"Ngapain lo minta alamat dia Tha?" Suara Jovan terdengar serak-serak mengantuk saat Artha meneleponnya tengah malam.
"Mau gue ajak main karambol," jawab Artha seperti biasa.
Terdengar Jovan tertawa garing.
"Gue ada urusan penting banget ama dia bos. Minta alamat rumah sama nomor hp dia sekalian dong."
"Jangan bilang lo mau gebukin dia?"
"Iyuuuh...si bos nuduh banget deh. Nggak lah bos. Mau ngobrol hal yang penting banget aja sama dia."
"Soal Anya?" Jovan menebak.
"Mmm...iya." Mau tidak mau Artha mengakui.
Terdengar suara Jovan menguap panjang sebelum berkata, "gue akan kasih, tapi tolong jangan bikin keributan."
"Nggak bos. Suer."
Saat berjanji sejatinya Artha tidak benar-benar yakin nantinya tidak akan terjadi gesekan. Akal sehatnya terkadang menguap di kala emosi memegang kendalinya.
Sorry nggak janji ya bos...
Setelah mendapatkan nomor kontak dan alamat Pasha, Artha tidak mau menunggu pagi untuk menghubungi lelaki itu. Pasha bahkan memintanya datang ke kediamannya meski waktu telah menunjukan pukul satu pagi.
Dan sekarang, Artha telah berdiri di tengah ruang tamu rumah besar Pasha. Ia sedang berencana menggertak Singa di kandangnya.
Saat tiba di rumah Pasha, jujur Artha sedikit gentar. Bukan karena rumah mewahnya tapi karena salah satu bodyguard-nya Pasha. Tinggi besar mirip Thanos dengan jemari full batu akik.
Tidak lama menunggu, lelaki itu muncul menemui Artha dengan santai. Hanya mengenakan kaos oblong putih polos membalut tubuh atletisnya dan celana piyama bergaris.
"Silahkan duduk." Pasha persilahkan Artha duduk dengan sopan.
Namun nyatanya Artha memilih ingin berdiri saja. Tidak ingin terlalu banyak berbasa-basi.
"Maaf, mengganggu waktu tidur lo. Kedatangan gue tidak akan lama asal lo..."
"Asal apa?"
"Berhenti mengusik Rahma dan menipu Anya," Artha memberi tahu maksud kedatangannya yang sebenarnya. Mengira Pasha akan langsung murka dengan tuntutannya.
Tapi nyatanya pria itu justru tetap tenang, duduk di sofa besarnya.
"Pasti Rahma ya yang bilang?" terka Pasha.
"Hufff....perempuan itu masih saja menyeret orang lain masuk ke dalam masalahnya," ujar Pasha sembari bangkit dari sofa lalu berjalan mendekati Artha yang berdiri kokoh bagai karang di tengah lautan.
Rahang Artha kian mengeras, tatapan matanya semakin tajam seolah ingin mengiris-iris lelaki di depannya yang melangkah dengan santai, dengan kedua tangan masuk ke dalam kantong celana piyamanya.
"Gue minta jangan lanjutkan rencana lo. Anya bisa terluka. Lo paham?"
"Gue nggak akan mungkin melukai Anya. Gue beri tahu ya, gue benar-benar suka dengan Anya. Dia tipekal perempuan yang gue idam-idamkan. Sedang Rahma...dia hanya....sepotong masa lalu." Nada suara Pasha sedikit berubah di saat menyebut nama Rahma.
Dengan gerakan cepat Artha mencengkeram kerah kaos Pasha yang lengah dan mendorongnya cukup keras hingga membentur tembok.
"GUE INGATKAN SEKALI LAGI PASHA ISKANDAR!!! JANGAN MENCOBA BERBOHONG!!!"
Mr. Vampir dan Mr. Werewolf kini saling memamerkan gigi. Terutama Mr. Werewolf yang tampak lebih emosional. Sedangkan Mr. Vampir tetap cool seperti model pria pada iklan pasta gigi remaja.
"Gue tau rencana lo sebenarnya apa?! Lo cuma mau peralat Anya untuk mencapai tujuan lo!" Artha berbicara dengan sangat keras dan wajah yang terlalu dekat dengan wajah Pasha. Beberapa percikan air ludah Artha bahkan mengenai wajah Pasha yang hebatnya tetap bersikap tenang. Diam-diam Artha salut dengan ketenangan sikap lelaki ini.
"Berhentilah sekarang juga, lo akan menyakiti Anya. Atau gue akan..."
"Akan apa?" tantang Pasha dengan senyum mencemooh.
"Membuat wajahmu seperti Squidward!" Artha mengancam akan membuat wajah tampan Pasha menjadi serupa dengan salah satu tokoh dalam Spongebob. Hidung bengkok, mata bengkak dan wajah menghijau.
Pasha tertawa keras. Entah karena geli dengan ancaman Artha atau karena membayangkan wajahnya akan seperti Squidward si gurita jutek namun lucu yang senang mengomel di bikini bottom.
Tanpa terduga oleh Artha tiba-tiba tubuhnya terangkat tinggi dan dibanting ke lantai dengan cukup keras. Artha terlentang mengerang kesakitan sambil menatap bodyguard Pasha yang mirip Thanos yang tadi membantingnya.
"Terima kasih, John." Pasha berterima kasih pada bodyguard-nya. "Dan tolong usir tamu kita keluar." tambahnya lagi dengan nada tetap ramah.
Thanos alias John mengangkat tubuh Artha dari lantai. Hendak menyeretnya keluar namun Artha malah menggigit lengan John hingga membekas. Akibatnya John reflek membalas dengan bogem mentah tenaga akik ke wajah Artha. Cukup sekali namun langsung membuat kepala Artha jadi pusing berkunang-kunang.
"Cukup John. Kasihan nanti dia pingsan di tempat kita. Malah repot. Seret dia ke jalanan."
"Baik bos." John kali ini mengunci kedua tangan Artha di punggung dan membawanya keluar dengan paksa.
"Gue akan buat perhitungan kalo sampai Anya kenapa-kenapa!" Artha berteriak sebelum diusir keluar.
"Tenang saja. Anya tetap aman bersama gue." Pasha tersenyum miring sambil melambaikan tangannya pada Artha.
BRUUG!!!
Artha dilemparkan begitu saja dengan mudahnya ke jalanan hingga mencium aspal oleh Thanos. Cukup keras hingga kedua sikunya lecet. Perih.
"Pergi atau gue gepengin kepala lo!" ancam Thanos cukup keras untuk membangunkan para tetangga sebelum menutup pintu gerbang.
Artha meringis sambil berusaha bangkit. Mengusap perlahan tulang pipinya yang terasa nyeri dan berdenyut-denyut. Ia akan pulang sambil menyiapkan tenaga untuk esok hari. Artha berencana mencoba sekali lagi menemui Anya. Berusaha meyakinkan Anya agar membatalkan acara lamarannya. Sialnya ia hanya berbekal curhatan Rahma. Ia tidak punya bukti kuat. Ia hanya punya tekad yang membara untuk menyelamatkan masa depan Anya dan juga masa depan dirinya.
Sepeninggal kepergian tamu kurang ajarnya, Pasha kembali ke kamarnya. Tangannya lalu meraih ponsel di nakas. Menghubungi seseorang yang menjadi biang keributan. Pasha tersenyum karena ia tidak perlu menunggu lama.
"Hallo...Tumben cepat kali kau angkat. Suami kau sedang pergi ronda ya?....Berusaha main cantik kau ya....pinjam tangan orang lain. Hahaha....Nggak ada kasihan-kasihannya kau ya dengan dia? Melibatkan orang lain untuk menggagalkan rencana aku....Dengar ya Rahma lon sayang...Aku nggak akan menghentikan rencanaku. Tidak...tidak akan....Bukankah kita sudah sepakat?...Sampai ketemu di Aceh."
Pasha menutup teleponnya. Wajahnya langsung berubah suram.
Nasib pernah mempertemukan mereka berdua, nasib pula yang membuat mereka berdua terpisah. Namun dengan cara yang tidak pernah Pasha bayangkan sebelumnya, mereka berdua kembali bertemu setelah enam tahun berpisah. Mendapati kekasihnya itu telah menikah dengan pak Abdullah Saleh, mitra bisnis kopinya. Membuat Pasha bertekad akan menghancurkan rumah tangganya apabila Rahma tidak kunjung menuruti keinginannya.
Artha memang tidak sepenuhnya keliru. Pasha memang sedang menjalankan semacam permainan jahat.