"Masih marah?" Rafael duduk di sofa ruang TV, bersebelahan dengan Runa. Ditatapnya cewek mungil itu yang sejak tadi hanya duduk termangu.
Runa menggeleng pelan. "Nggak," jawabnya. Pelan dan singkat.
"Kalo nggak marah, kenapa sejak kita nyampe rumah lo diem aja?"
"Gue capek. Ngantuk."
Rafael menarik napas panjang, kemudian mengembuskannya perlahan. Ia memutar tubuhnya, menatap cewek itu lekat. "Gue minta maaf soal Shirley, Run."
Cowok itu sengaja menggantung kalimatnya, ingin melihat dulu bagaimana reaksi Runa. Ketika dilihatnya cewek itu hanya diam, sama sekali tidak ada raut kesal di wajahnya, Rafael menganggap itu sebagai lampu hijau untuk lanjut bicara. "Gue nggak enak aja sama dia. Dia kan, nggak ngelaporin lo ke bokapnya. Lagian, elo juga sih, kenapa nggak pernah bilang kalo elo buta arah?"
Kedua mata Runa melebar. "Loh? Kok, elo malah nyalahin gue?"
"Harusnya lo kasih tahu gue."