Satu hari menjelang pernikahan Heswa dan Jati. Semua keluarga dari kedua belah pihak sangat sibuk mengurus acara pernikahan, tak lupa mereka juga mengadakan pengajian di kediaman masing masing untuk rasa syukur. Tak lupa Heswa mengundang kedua sahabatnya ke rumah untuk acara pengajian.
"Selamat ya..., sebentar lagi udah jadi istri..hiks" Tia memeluk sahabat baiknya dengan erat diikuti Selvi yang memeluk kedua sahabatnya.
"Padahal aku yang sering gonta ganti pacar, tapi kenapa gak ada yang berani melamar?" Gumam selvi lirih dan membuyarkan suasana yang haru dengan tawa.
"Nanti kita cari calon suami buat kamu!" ledek Tia pada Selvi.
"heheheh" mereka tertawa bersama di dalam kamar Heswa.
"Besok jangan lupa datang lo ya!!" Heswa memelas pada kedua sahabatnya.
***
Hari ini adalah hari pernikahan yang telah ditunggu tunggu oleh kedua pihak keluarga. Terlihat begitu meriah namun tetap sederhana. Sudah tersedia meja dan kursi yang berjajar rapi untuk akad nikah yang akan segera dimulai. Jati sudah menempati tempat duduknya dengan gagah dan nampak sedikit tegang di wajahnya. Ternyata menghadapi akad nikah lebih mendebarkan daripada menghadapi para profesor saat ujian atau pun menghadapi client pentingnya. Jantungnya berdegup begitu kencang dan semakin kencang saat penghulu mulai duduk di depannya.
Belum juga selesai mengontrol jantungnya yang sedang menabuh degan keras tiba tiba semua mata tertuju pada mempelai perempuan yang berbalut kebaya. Wajah ayunya sudah berhasil menghipnotis para undangan serta mertuanya. Jangan ditanya bagaimana perasan Jati kali ini yang harus menyaksikan bidadari yang begitu sempurna berjalan kearahnya di dampingi ibunya.
Nampak sekali Jati dan Heswa yang gugup di hadapan penghulu dan Ayah Heswa. Sebelum memulai akad Pak Hasan menyerahkan hak walinya kepada penghulu yang berada di sebelahnya. Sekarang mulai terlihat tangan Jati menjabat tangan sang penghulu.
"Saya terima nikah dan kawinnya Maheswari Putri Kusuma Binti Hasan Kusuma dengan mas kawin tersebut TUNAI!!" Suara Jati lantang dan tegas saat mengucapkan ijab qabul didepan penghulu. Satu tarikan napas berhasil mendampingi Jati yang berhasil mengucapkan akadnya di hadapan sang penghulu.
"SAH" para saksi berteriak dengan lantangnya. Diiringi dengan tangis haru dari kedua ibu paruh baya yang duduk berdampingan.
Heswa mencium tangan Jati dengan gugupnya. Semua orang melihatnya dan Heswa harus melakukannya. Jati tersenyum lembut untuk menenangkan Heswa.
Acara ijab qabul yang diwarnai haru itu berjalan dengan lancar. Semua anggota keluarga menitikan air matanya. Tak ketinggalan kedua sahabat Heswa yang ikut menangis terharu melihat sahabat mereka sudah sah menjadi istri Jati.
Kali ini hanya ada Rizal sahabat Jati sekaligus penanggung jawab acara ini. Dua sahabatnya yang lain tidak ada yang datang menghadiri pernikahannya.
Selesai acara ijab qabul Jati dan Heswa menuju ke singgasananya untuk menjadi raja dan ratu sehari. Resepsi sederhana seperti yang diharapkan Heswa di penuhi keluarga Jati. Hanya ada beberapa kolega bisnis, keluarga dan teman teman dekat saja.
Semua tamu menyalami kedua mempelai dan tak lupa berfoto bersama. Mereka juga menikmati menu menu yang telah tersedia. Jati tersenyum bahagia karena telah menikah dan akan naik tahta menjadi CEO di perusahaannya.
"Selamat ya bro, udah jadi Kepala Rumah tangga. Jangan lupa bonusku ya boss!" Kali ini Rizal berbisik menggoda Jati. Tak lupa Rizal juga menunduk hormat pada nyonya Joyoutomo yang baru itu.
Begitu semua tamu sudah mulai berpamitan dan suasan gedung itu mulai sepi kini Heswa merasakan kakinya yang mulai lelah.
"Kita duduk dulu... Kasihan kamu cape." Heswa segera duduk diiring Jati disebelahnya.
Suasan Gedung semakin sepi. Jati dan Heswa di minta ibu Grace untuk istirahat. Keluarga Jati memang sudah menyiapkan semua kebutuhan mereka dengan matang.Karena mengadakan pesta di hotel milik keluarga Jati jadi semua kamar di siapkan untuk keluarga dan tamu. Termasuk kamar Jati dan Heswa yang disiapkan special.
Jati dan Heswa menuju kamar pengantin dengan beriringan. Jati menyadari kalau Heswa mungkin akan merasa tidak nyaman jika mereka malam ini harus tidur bersama. Kini mereka berdua sudah di dalam kamar pengantin yang telah disediakan oleh bu Grace.
"Heswa, Kamu mandi dulu saja." Jati meminta Heswa untuk segera membersihkan dirinya.
"Iya, aku ambil baju ganti dulu!" Heswa bergegas menuju ke kamar mandi.
Hampir satu jam Heswa membersihkan badanya. Ya, dia harus menghapus make up yang menempel di wajahnya. Setelah memakan waktu lama untuk membersihkan kotoran yang menempel Heswa bergegas keluar dari kamar mandi dan mendapati sedang tertidur.
"Mas Jati, bangun!! Mandi dulu!" Heswa berusaha membangunkan suaminya namun tidak berani menyentuhnya.
Tiba tiba smartphone hitam yang tergeletak di nakas berbunyi dengan nyaring. Membuyarkan mimpi indah Jati dan segera menerima panggilan.
"Kamu udah selesai dari tadi?" Tanya Jati setelah menerima telepon.
"Sudah mas, baru selesai" Jawab Heswa gugup.
'sh*t, Sabar Jati, coba aja udah bisa diajak main.' Jati bergumam dalam hati saat melihat Heswa selesai mandi dengan handuk yang menggulung dikepalanya. Jangan lupakan leher jenjang Heswa yang begitu menggoda jantung, pikiran serta junior Jati.
Heswa memang tidak memiliki kulit seputih artis artis atau model terkenal. Kulitnya lebih ke eksotis idaman para bule, tingginya juga sekitar 165cm dan berat badanya juga hanya sekitar 52 kg. Dengan rambut hitam lebat. Tapi jati menyukai fisik Heswa seperti itu. Cantiknya Indonesia asli menurut Jati. Dari sini membuktikan bahwa cantik tidak harus seputih yang selama ini dipikirkan banyak wanita.
"Aku mandi dulu, nanti kita makan malam sama keluarga di restoran hotel!" Jati menelan ludahnya dan bergegas menuju kamar mandi.
Jati memandang wajahnya yang begitu bingung sekaligus kacau setelah mengalihkan dari pemandangan yang indah. Membayangkannya saja berhasil membuat juniornya terus memberontak. 'Sabar boy!!' Jati meredakan juniornya dengan berendam air dingin.
Sedangkan Heswa masih sibuk dengan pergelutan perasaannya. Dia tidak tahu bagaimana harus menghadapi malam ini. Menyentuh suaminya saja dia tidak berani bagaimana dia harus melayaninya seperti pengantin baru pada umumnya. Dia sedikit menyesali kondisi traumanya kali ini. Tapi dia juga bersyukur hanya suaminya kelak yang bisa menyentuhnya sekaligus mengambil mahkotanya.