Pagi ini mereka sudah siap meluncur ke tempat tujuan masing masing. Sebelum berangkat pagi mereka masih bisa menikmati nasi goreng buatan Heswa. Selama perjalanan Jati fokus pada jalanan yang mulai padat merayap. Setelah memakan waktu sekitar dua puluh menit mereka sampai di kampus Heswa.
"Ini, kamu pakai untuk kebutuhan kamu!" Jati menyerahkan benda kotak tipis yang memiliki saldo sangat banyak bagi Heswa.
"Aku masih punya uang kok mas!" Heswa berusaha menolak kartu itu.
"Ehem" Jati hanya berdehem dan mengarahkan pandangannya pada jam tangan yang melingkar di tangannya.
"Iya mas, makasih." Heswa mengambil kartu itu dan mencium tangan suaminya lalu bergegas turun dari mobil. Heswa berjalan santai menuju perpustakaan tempat dia janjian dengan temannya. Dia datang lebih pagi dari teman temannya, bahkan perpustakaan kampus tempat mereka janjian juga belum buka.
Jati segera melesatkan mobilnya menuju perusahaannya. Pagi ini Jati ada rapat penting dengan pak Hermanto. Sebenarnya ini rapat tersembunyi dari bu Grace karena bu Grace meminta Jati libur seminggu untuk menikmati masa pengantin barunya.
***
Tok..tok..tok..
"Pak Jati, Pak Hermanto sudah datang dan menunggu anda di ruangannya." Rizal melaporkan kedatangan Pak Hermanto.
"Ya, kamu ikut saya kesana!" mereka bergegas menuju ruangan Pak Hermanto.
tok..tok..tok.. Jati mengetuk pintu sebelum masuk ke ruangan Pak Hermanto.
"Jati, kamu sudah siap gantikan saya?" Pak Hermanto menjabat tangan Jati profesional.
"Siap Pak." Jati menyambut tangan papanya juga profesional.
"Saya sudah mulai mempersiapkan surat resmi pemindahan jabatan." Mereka tampak profesional saat berada di kantor. "Miss Diandra Joyoutomo akan menggantikan posisi anda dua minggu lagi!" Pak Hermanto memberi tahu Jati kedatangan adiknya yang baru lulus kuliah di Italia.
"Baik pak, saya mengerti." Jawab Jati mengulum senyum.
"Kita bertemu lagi tiga hari kedepan di ruangan ini untuk tanda tangan penyerahan jabatan CEO!" Pak Hermanto berkata tegas.
"Baik Pak!" Jati menjawab tegas.
"Kalian boleh keluar, saya akan bicara dengan Jati secara pribadi!" Pak Hermanto meminta para skretarisnya dan sekretaris Jati keluar.
"Jati, jangan bilang mama kalau papa memintamu datang hari ini. Papa sudah ingin menikmati masa tua dengan mama" Pak Hermanto memandang pemandangan kepadatan kota dari balik jendela.
"Iya pa, Jati ngerti. Hari ini Heswa juga sudah kembali ke kampus untuk mengurus magang!" Pak Hermanto tersenyum lega.
"Kenapa tidak meminta Heswa magang disini!" Pak Hermanto berbalik dan memandang ke arah Jati.
"Emmh... I don't think so. Papa kan tahu sendiri bagaimana keluarga Heswa mendidik anak mereka. Tadi saja Heswa hampir menolak kartu debit yang aku kasih!" Pak Hermanto tertawa bahagia mendengar cerita Jati yang duduk santai di sofa.
"Gadis itu memang unik Jati, papa bersyukur kamu mendapatkannya." Pak Hermanto sumringah dan bangga dengan menantunya.
***
Sementara di kampus Heswa. Heswa, Tia dan Selvi mencari buku buku untuk mereka pelajari. Selain belajar dari buku buku, mereka juga berkonsultasi pada Dosen.
"Terima kasih bu" Mereka keluar dari ruangn Dosen bersama sama.
"Sel, Ya, Udah siang nih. makan yuk!" Heswa memegang perutnya yang kelaparan.
"Cuss...Kantin sekarang!" Selvi menarik kedua tangan sahabatnya menuju kantin. Mereka segera memesan makanan dan mengisi perut yang mulai keroncongan .
"Heswa, maaf baru mau bilang ini sama kamu." Tia memulai bicara setelah mereka selesai makan.
"Ya Tia, kenapa?" Heswa bertanya santai.
"Aku juga mendaftarkanmu di perusahaan Joyoutomo Group!" Tia menjelaskan dengan mengadu kedua telunjuknya karena takut sahabatnya akan kecewa.
Heswa menghela napas panjang. Menatap dalam wajah sahabatnya yang dia kenal baik dari sejak SMA itu. Tia tahu betul sifat Heswa yang selalu profesional. Dia tidak pernah mau mencampuri urusan pribadi dengan urusan kuliah ataupun pekerjaannya kedepan.
"it's ok, kamu mendaftarkan aku sebelum kamu tahu semuanya Tia. Aku malah terima kasih kamu udah bantu aku. Lagian belum tentu juga kan perusahaan besar itu menerima mahasiswa seperti kita." Heswa tersenyum hangat dan mengusap punggung sahabat baiknya.
"Thanks ya Wa, kamu memang paling the best." Tia mengacungkan dua jempolnya kearah Heswa.
"Kalau misal kamu keterima di sana gimana Wa?" Tanya Selvi dengan wajah serius.
"Hehehe, itu aku juga belum tahu. Yang pasti aku tidak mau masuk ke perusahaan raksasa itu dengan embel embel istri mas Jati." Heswa tersenyum lebar dan merasa percaya diri.
"Ting!" Suara chat masuk di ponsel Heswa. Heswa mengusap layarnya dan tertera nama "Mas Jati".
Mas Jati: Udah pulang?
Heswa : Belum.
Mas Jati : Udah makan? Aku lagi pengen masakan kamu
Heswa : Udah. Tunggu nanti malam aku masakin buat kamu mas.
Mas Jati: Pulang jam berapa?
Heswa senyum senyum sendiri membalas pesan dari suaminya. Tia dan Selvi yang melihatnya merasa iri dengan kerhamonisan pengantin baru itu.
"Cie...pengantin baru kita lagi kasmaran. jadi iri" Selvi menggoda Heswa yang buru buru menutup ponselnya.
"Selvi ihhh...KEPO banget sih..." Heswa mencubit lengan Selvi dengan gemas.
"Dasar miss KEPO" Tia membela Heswa dengan menjewer telinga Selvi
"Aw..aw..aw..aw.. sakit tau, awas kalian ya." Selvi menyengir kesakitan akibat ulah kedua temannya.
"Mau pulang sekarang?" Tia mengajak teman temannya pulang karena sudah mulai sore. Mereka akhirnya memutuskan pulang. Heswa pulang dengan menumpang motor Tia.
"Masih panas tahu Ya, bentar lagi ya....!" Selvi masih enggan beranjak dari tempat duduknya.
"Ya udah, biar aku sama Tia pulang duluan ya.." Heswa dan Tia beranjak mau meninggalkan Selvi.
"Ehhh...tunggu tunggu...masa iya aku di sini sendirian. Masa orang cantik gini ditinggal sendiri!" Tia yang mendengarnya terasa ingin muntah.
"Ya udah ayo pulang!! Lagian mau ngapain di sini lama lama. Mending juga di rumah!!" Tia segera menyeret temannya yang centil dan ribet itu.
***
Jati terus menunggu balasan dari Heswa. Dia membolak balik berkas berkas yang berada di atas meja. Sudah hampir setengah jam Jati menunggu. Tanpa berpikir panjang dia segera mendial nomor istrinya.
"Halo! Kamu di mana?" Jati sedikit panik
"Baru sampai rumah mas." Heswa menjawab santai.
"Kenapa tadi tidak balas chat-ku?" Jati menggaruk dahinya yang tidak gatal.
"Maaf mas, tadi Selvi kepo sih jadi aku buru buru masukin HP ke tas." Heswa memberi penjelasan.
"Ya sudah kamu istirahat. Aku lanjutkan pekerjaanku dulu baru pulang." Jati tersenyum lega.
"Iya!" Heswa segera menutup sambungan teleponnya.
Rizal masuk keruangan Jati dan mengantarkan berkas yang harus segera di tanda tangani. Keberadaan Rizal yang tiba tiba masuk membuyarkan semua lamunan Jati. Jati segera menyelesaikan semua pekerjaannya untuk hari ini.
"Aku mau pulang Zal, besok aku masih di masa cuti. Jangan ganggu dulu." Jati meraih kunci mobil dan ponselnya.
"Yes, sir. Tumben Jat kau pulang buru buru." Rizal bingung dengan tingkah temannya sekaligus atasannya itu.
"Mau lihat pemandangan indah!" Jati terkekeh memberikan jawaban yang berhasil membuat Rizal penasaran.