Chapter 3 - BAB 3

"Syarat apa yang harus kupenuhi?" Jati mulai bersuara dan tampak tidak percaya dengan apa yang indranya dengar. Sempat dia berpikir yang tidak tidak tentang calon istrinya. Heswa terdiam sesaat tanpa menatap ke arah Jati.

"Saya ingin melanjutkan kuliah saya sampai selesai walaupun sudah menikah, saya juga ingin meraih cita cita saya dengan bekerja dibidang yang selama ini saya inginkan. Dan yang terakhir saya tidak mau jika nanti acara pernikahannya digelar mewah. Saya ingin hanya ada orang orang terdekat. " Heswa berusaha tenang menjelaskan semua syarat yang ia ajukan.

Semua orang saling menatap satu sama lain. Pak Hasan menatap heran putrinya yang mengucapkan syarat itu. Selama ini Heswa tidak pernah membicarakannya. Sepertinya hanya Jati saja yang merasa lega setelah mendengar syarat Heswa. Ternyata Heswa memang gadis yang istimewa. Di tengah era modern dan digital yang terus berkembang masih ada gadis yang bisa di bilang tidak haus dengan ketenaran bahkan yang paling istimewa karena Heswa masih perawan.

" Baiklah akan kami penuhi semua syaratmu!" Jati berbicara dengan tegas sembari menatap wajah calon istrinya. Semua syarat yang diajukan Heswa bukanlah hal yang sulit, bahkan terbilang mudah.

Pernikahan yang direncanakan itu akan digelar dua minggu lagi. Mereka mantap memilih hari kamis untuk melakukan akad nikah dan resepsi sederhana sesuai permintaan Maheswari.Karena semua setuju akhirnya acara lamaran yang sederhana itu ditutup dengan sesi makan bersama dan semua menikmati masakan rumahan ala keluarga Maheswari.Selesai sesi acara makan bersama keluarga Joyoutomo bergegas pulang dan mempersiapkan semua surat dan syarat untuk pernikahan Jati dan Heswa.

***

Pagi pagi sekali bu Sari sudah bergelut dengan peralatan dapur bersama Heswa. Mereka sedang asik memilih resep resep baru untuk menu sarapan.

"ehm.. Nanti siang kita pergi jalan jalan yuk, munpung hari minggu!" Pak Hasan mengagetkan bu Sari dan Heswa yang sedang memasak menu sarapan.

"Mau kemana pak?" Heswa mengeryitkan dahinya merasa penasaran.

"Kita ke mall aja, sekalian cari bahan bahan kebaya buat nikahnya Heswa!" bu Sari tiba tiba bersemangat untuk pergi. Bu Sari dari dulu memiliki cita cita bisa melihat anak anaknya menikah mengenakan kebaya yang dia buat sendiri.

"OK, nanti selesai sarapan kita siap siap pergi ya? Dara mana?" pak Hasan mendongakkan kepalanya menatap ke lantai 2.

"Ada apa pak? Kangen ya sama aku?" goda dara pada ayahnya.

"Hehehe..Kamu ini! Hari ini kita mau jalan jalan ke mall jadi kamu gak boleh pergi sama teman temanmu" Pak hasan merangkul pundak anak bontotnya.

"Asik!!" Dara sangat girang dan memeluk ayahnya itu.

"Tapi gak boleh jajan sembarangan ya?!" Bu sari segera mengeluarkan jurus hemat ala ibu ibu jaman now.

"Hehehe.." Heswa dan pak Hasan tertawa bersama sambil menatap wajah Dara yang mulai lesu.Dara mengerucutkan bibirnya dan duduk di kursi makan karena kesal tak diiinkan jajan di mall. Tapi bukan Dara namanya jika tak memiliki cara merayu sang ayah yang super baik itu.

"Tapi aku boleh beli minuman kekinian ya pak!!" Dara memberikan senyum termanisnya pada ayahnya itu.

"Siap Boss!" Pak Hasan menyudutkan tangannya seperti orang yang sedang hormat kepada inspektur upacara.

"Hehehhe" bu Sari dan Heswa tertawa bersama melihat tingkah kedua makhluk Tuhan paling absurd yang ada dihadapan mereka.

***

Sementara dikediaman Jati. 'ting' suara notif di hpnya berbunyi sekali. Jati segera mengusap layar smart phone miliknya.

Mama : Hari ini kamu beli cincin nikahnya. Belinya di toko perhiasan teman mama saja yang biasa kamu anter mama kesana.

"Huft" Jati menghembuskan napasnya kasar. Dia segera menghentikan aktifitas olahraganya, dan meneguk gelas berisi air putih yang telah disiapkan asisten rumah tangganya.

Jati: Iyaa ma. Tapi aku tidak tahu ukuran jari Heswa!

Mama: Makanya cari tahu. kamu kan bisa menghubungi Heswa dan tanyakan padanya.

Jati: Aku tidak punya nomornya. boleh minta?

Mama: Mama juga tidak punya. Kamu cari tahu sendiri.

Jati: Baiklah, aku akan minta pada pak Hasan.

Mama: Pulang beli cincin kamu ke rumah mama ya?Jati: Iya

Jati bergegas mandi dan sarapan. Dia juga meminta asisten rumah tangganya untuk tidak membuatkan makan siang untuknya karena dia akan makan dirumah orang tuanya. Perut Jati sudah terisi penuh dan segera kembali kekamar untuk menghubungi pak Hasan dan meminta kontak Heswa.

Tepat pukul 10.00 Pak Hasan dan keluarga meluncur menuju mall. Disisi lain Pak Hasan juga sudah janjian dengan Jati untuk bertemu di mall tersebut tanpa sepengetahuan anggota keluarganya.

Jati juga segera menuju garasi dan masuk kedalam mobil dan melesatkannya menuju mall. Jarak tempuh yang dibutuhkan Jati sekitar lima belas sampai dua puluh menit.

Jati tiba lebih dulu di mall dan segara menuju cafe favoritnya untuk menikmati kopi. Lima belas menit sudah Jati menghabiskan waktunya dalam cafe kecil itu. Saat Jati sedang asik dengan ponselnya pak Hasan mengirimkan pesan bahwa mereka sudah tiba di mall dan sedang antre membeli minuman. Jati segera melihat ke sekitar area food court di mall tersebut tampak pak Hasan dan keluarganya sedang mengantre di kedai minuman kekinian.

"Bapak.." Sapa Jati pada pak Hasan dan mencium tangan pak Hasan dan bu Sari. Tak lupa ia juga melihat kearah Heswa.

"Kak Jati di sini juga?"tanya Dara heran.

"Iya..Ini pasti Dara pengen beli minuman kekinian ala anak muda jaman sekarang ya?" Jati mengarahkan pandangannya pada Dara.

"Iya kak, Aku belom coba sendiri. Padahal semua temen temenku udah nyoba, bahkan udah ada yang beli sampe tiga kali. Yah, jadinya aku penasaran deh..." Dara meringis menunjukkan deretan giginya yang rapi ke arah calon kakak iparnya.

"Hehehe, jadi kamu pengen banget jadi anak gaul kekinian gitu?" Jati terkekeh melihat tingkah sok gaulnya si Dara.

"Pak, bu..boleh pinjam Heswanya sebentar? Saya mau beli cincin nikah! Tapi kan saya belum tahu ukuran jari Heswa. Ketemu Heswa juga baru dua kali ini." Tiba tiba Jati mengalihkan pandangannya ke arah Heswa yang belum berani menatapnya sampai saat ini. Jati meminta izin pada orang tua Heswa.

Semua mata tertuju ke arah Heswa. Raut wajahnya sudah nampak pucat. Heswa hanya bisa terus menundukkan wajahnya agar tidak terlihat gugup. Sesekali dia memikirkan ide untuk bisa kabur dari mall itu. Andaikan dia ninja pasti dia sudah mengeluarkan asap untuk melarikan diri tanpa bisa terlihat dari orang tuanya maupun tunangannya.

"Iya.." jawab Pak Hasan dan bu Sari bersamaan.

"Tapi pak..." Heswa menarik lengan ayahnya dan berbisik ketelinganya.

"Tapi nanti kembali gak boleh ada yang hilang satu pun ya.." Ancam Pak Hasan dengan nada bercanda. Pak Hasan yakin Jati orang yang baik dan bisa dipercaya.

Bu Sari membujuk Heswa agar mengikuti Jati. Bu Sari meyakinkan Heswa bahwa Jati bukan orang lain, dia adalah calon suaminya yang harus dia taati seumur hidupnya.