Chapter 4 - BAB 4

Mereka berdua pergi kearah toko perhiasan yang letaknya di bawah lantai food court tersebut. Heswa tidak berjalan mendampingi Jati tetapi dia berada satu langkah di belakang Jati. Jati merasa kalau dia sedang berjalan dengan pegawainya. Jati segera menarik tangan tunangannya itu untuk berjalan sejajar dengannya.

"Mas Jati lepas!" Heswa kaget karena tiba tiba jati menarik lembut tangannya. Wajah Heswa mulai memucat karena takut.

"Maaf Heswa, Aku ga bermaksud menakutimu! Maafkan aku ya? Aku Janji ga akan nyentuh kamu tanpa izin dari kamu!" Jati melembutkan suaranya dan melepaskan tangan Heswa dengan segera.

"Tolong beri aku jarak, biar aku nyaman. emh... maksudku bukan Mas Jati penggangguku, tapi aku memang... emh.. Tenang saja mas, aku akan berusaha biasa agar hubungan kita tidak terlihat aneh." Heswa berbicara dengan menundukkan kepalannya.

"Kamu harus belajar memandangku saat bicara denganku!" Jati berusaha mendekati Heswa secara perlahan.

"Baiklah! Ta- tapi aku ga janji bisa lama lihat kearahmu!" Heswa berusaha menatap wajah Jati dengan tenang. Mereka kembali berjalan bersama secara beriringan walaupun masih ada jarak diantara mereka.

Sesampainya di toko perhiasan milik teman mama Jati. Mereka memilih milih perhiasan yang ada di etalase toko dan katalog yang tersedia di toko tersebut. Tanpa Jati sadari sang pemilik toko sudah berada di dekatnya.

"Jati ya?" tanya seseorang padanya.

"Tante Rosa!" Jati segera menyalami wanita paruhbaya itu.

"Ini adalah cincin yang dipesan mamamu satu bulan yang lalu!" Bu Rosa mengeluarkan kotak perhiasan yang ia simpan. Sebenarnya bu Grace sudah memesan cincin nikah untuk menantunya sebelum lamaran, bahkan sebelum Jati menyetujui untuk dijodohkan dengan Heswa.

Jati segera meraih dan melihat seksama. Heswa yang penasaran ikut melihat sambil menjijitkan kakinya namun tetap tak nampak karena terhalang punggung Jati.

"Kamu mau tahu?" Jati menggoda Heswa yang tak mnyadari Jati mengetahui apa yang dia perbuat.

"Iya mas!" Jawab Heswa sambil berusaha mengarahkan pandangannya ke kotak perhiasan itu.

"Sini tangannya" Jati meminta Heswa mengulurkan tangannya pada tangan Jati.

"Belajar pegang tanganku!" Jati bersuara lirih agar Heswa tak malu.

Heswa memegang tangan Jati penuh keraguan. Jati segera menangkap lembut tangan Heswa dan mengeluarkan cincin itu dari kotaknya. Jati yang ingin memasangkan cincin itu ke jari Heswa kaget karena Heswa menarik tangannya dengan cepat.

"Aku coba sendiri ya?" Heswa memelas pada Jati.

"Tapi kan..." belum selesai Jati melanjutkan bicaranya.

"Please....." Heswa kembali memelas dengan wajah memerah seperti tomat memandang kearah Jati.

Deg deg deg.

Jantung Jati rasanya ingin keluar saat melihat wajah Heswa yang mnggemaskan baginya itu. Dia mengulum senyum dan menganggukkan kepalanya tanda setuju. Jati tahu kalau Heswa merasa malu bahkan bisa saja dibilang takut dan tidak bisa berlama lama memegang tangannya.

Heswa segera memasang cincin itu di jari manisnya tapi sayangnya cincin itu terlalu besar melingkar di jari manisnya. Jati segera meminta tante Rosa untuk memperbaikinya sesuai ukuran jari manis Heswa. Tante Rosa manyanggupi dan berjanji dua hari lagi akan selesai.

"Kamu mau ikut ambil kalau sudah jadi nanti?" Jati melipat tangannya menatap ke arah Heswa.

"Ti- tidak mas, aku udah ada janji sama ibu mau buat kebaya." Heswa memberikan alasan yang tepat kali ini.

"Jangan sampai kecapean. Nanti pas acara kamu bakal lebih cape lagi, meskipun acaranya cuma beberapa jam aja." Jati mulai memberi perhatian pada Heswa untuk mencairkan gunung Es yang telah lama membeku di dalam hatinya.

Heswa mengangguk paham dari perkataan Jati. Memang benar menjadi Raja dan Ratu semalam itu bukanlah hal yang sepele. Sesedrhana apa pun acaranya pasti tetap menguras tenaga dan pikiran.

Jati dan Heswa bergegas keluar dan mencari keberadaan keluarga Heswa. Heswa dan Jati menemukan keluarga pak Hasan di toko kain di lantai yang sama.

"Sepertinya warna ini cocok dikulit mbak Heswa bu" Dara menunjukkan kain yang disentuhnya.

"Ini buat nikah Ra, bukan wisuda. Harusnya warna putih saja" Jawab bu Sari sembari pergi mencari bahan yang lain.

"Jaman sekarang gak harus putih kok bu!" Jati tiba tiba menyahut dari belakang mereka dan mencoba membela calon adik iparnya.

"Tapi kan lebih bagus putih kalau buat akad nikah!" Bu Sari meneguhkan pendiriannya.

"Bu, ini kan pernikahanku bisa ga kalau aku sendiri yang pilih! Aku cuma pengen buat kenangan kalau aku bisa menikah sesuai keinginanku. Aku tidak ingin melakukannya dengan terpaksa bu!" Heswa berbisik merayu ibunya.

"Ya, sudah kalau memang kamu maunya begitu. Ibu cuma pengen kamu bahagia dengan pernikahanmu. Jangn kecewakan kita ya..!" Bu Sari meraih tangan Heswa dan menggenggamnya erat.

Mereka akhirnya memutuskan menggunakan warna silver. Bu Sari awalnya tidak setuju, namun semua mendesak agar untuk menggunakan warna silver. Karena merasa kalah suara akhirnya bu Sari mengalah dan mengikuti kemauan semuanya.

Mereka semua pulang setelah menyelesaikan pembayaran.

***

Jati bergegas menuju rumah orang tuanya untuk makan siang bersama. Jalanan hari ini begitu padat hingga Jati harus menghabiskan waktu hampir empat puluh lima menit untuk menuju rumah orang tuanya.

"Assalamu'alaikum" teriak Jati saat memasuki rumah orang tuanya.

"Waalaikumsalam" sahut mama Grace dan Ardina berbarengan dari meja makan.

"Jati sore nanti kita cari orang untuk buat baju nikah kalian!" Bu Grace meminta Jati agar bisa mencari designer.

"Gak perlu ma, Ibu udah mau buatin Heswa kebaya sendiri. Nanti tinggal aku cari suit yang pas sama kebaya Heswa." Jati menenangkan mamanya agar tidak terlalu sibuk mengurusi semuanya.

"Tapikan ..." belum selesai mamanya berbicara Jati kembali memotong.

"Kita juga harus menghargai keputusan mereka untuk menentukan kebaya anak perempuan mereka." Jati mengingatkan mamanya sembari menyuapkan makanan ke mulutnya.

Yang dikatakan Jati memang ada benarnya. Banyak pernikahan yang di batalkan cuma gara gara kedua keluarga yang mementingkan egonya masing masing. Mereka memutuskan segera makan dan mengurusi kebutuhan yang lain. Kedua pihak keluarga setuju melangsungkan acara pernikahan. Jati dan Heswa di cabang hotel milik keluarga Jati yang ada di kota tersebut.

***

Tiga hari setelah itu Jati sedang berada di ruangan perusahaan mereka. Dia begitu sibuk dengan agenda rapat di dalam perusahaan maupun di luar perusahaannya. Negosiasi alot dengan client sudah menjadi hal biasa baginya. Hari ini terasa begitu melelahkan baginya.

"Huft" dia menghembuskan napasnya kasar.

"Pak, nanti jam tiga kita ada rapat dengan Pak Dirut untuk laporan bersama para manager" Rizal Wibisono adalah sekretaris sekaligus tangan kanannya selalu menyampaikan agenda selanjutnya agar Jati tidak melewatkannya.

"Zal, tolong pesenin makan. Saya lapar soalnya tadi belum jadi makan." Perintah Jati pada Rizal.

"Siap Boss!!" Ucap Rial dan segera bergegas memsan makanan via online. Rizal juga meminta Kinan skretaris Jati yang lain untuk menyiapkan berkas untuk rapat nanti sore.

Rapat kurang lima menit Jati dan bawahannya sudah siap di ruang meeting menunggu kedatangan Pak Hermanto. Rapat berlangsung dengan lancar. Tanpa basa basi Pak Hermanto juga mengumumkan bahwa beliau akan pensiun. Jati yang akan menggantikan posisinya sebagai pewaris utama. Tak lupa Pak Hermanto juga mengumumkan pernikahan Jati dan meminta mereka datang.

***

Sementara dikediaman Heswa. Heswa sedang asik chatting dengan teman temannya. Kedua teman Heswa sedang sibuk menyiapkan persiapan magang mereka dan Heswa. Tia dan Selvi membantu Heswa menyiapkan semua keperluan magangnya. Mereka tahu bahwa Heswa sedang sibuk menyiapkan pernikahannya yang mendadak.

"Heswa, semua sudah beres. Nanti kamu tunggu kabar lagi dari kami ya?!" Suara Tia dari sebrang telpon.

"Iya...Makasih banyak Ya udah mau bantu aku." Heswa lega mendapat kabar dari Tia.

"Tadi kita udah ajukan kebeberapa perusahaan yang gede juga. Siapa tahu jodoh bisa magang di sana. Hehehe" Tia tertawa dengan penuh harapan.

Tia tidak mengetahui bahwa Joyoutomo group adalah perusahaan milik keluarga calon suami Heswa. Tia hanya tahu bahwa Joyoutomo grup adalah perusahaan besar yang bergerak di bidang properti. Perusahaan tersebut merupakan tempat kerja impian para lulusan jurusan arsitektur. Tia dan Selvi juga memasukkan Heswa pada perusahaan tersebut.