Ketika, Alex melihat siapa yang menarik lengannya, ternyata itu adalah tangan si gadis gila itu.
"Alex, besok jemput Laura ya. Kan Alex udah tau rumah Laura" pinta Laura nggak ada habis-habisnya mengganggu Alex.
Alex nyentak kasar kepada Laura.
"Nggak!!" jawab Alex dengan nada yang tinggi.
Laura pun tidak menyerah, dia masih menarik lengan Alex lagi.
"Pokoknya jemput! Titik." sahut Laura lagi dengan merengek.
Permintaan Laura seakan-akan seperti permintaan anak kecil yang ingin dibelikan mainan baru. Ia harus mendapatkan permintaannya itu.
"OGAH" tolak Alex tajam, melepaskan lagi tangan Laura dengan kasar.
"Jemput, pliss.." gumam Laura, sambil memohon ke Alex.
"Nggak Laura.." jawab Alex.
Kedua mata Alex pun membelalak, Laura tiba-tiba menjatuhkan tubuhnya di aspal, dan memegangi kaki kanannya Alex, sambil merengek tak jelas.
"Ngapain lu ndelosor disitu?" tanya Alex.
"Laura nggak bakalan lepasin kaki Alex, kalau Alex nggak njemput Laura besok." ancam Laura dengan sungguh-sungguh.
"Maksa banget sih.." desis Alex.
"Gue nggak akan lepasin, kalau belum ada jawaban 'iya' dari Alex." paksa Laura ke Alex.
Alex menjambak rambutnya sendiri, dadanya terasa begitu sesak. Lama-kelamaan ia bisa jadi ikutan gila, gara-gara gadis aneh dihadapannya.
"Ra lepasin, ya" pinta Alex sedikit melunak.
"Nggak!, janji dulu, besok jemput Laura" balas Laura dengan tatapan penuh harap.
"Lu kenapa sih? Berangkat sendiri emang nggak bisa?" tutur Alex.
Laura menggelengkan kepalanya.
"Si Tiara teman Laura aja kalau ke sekolah pasti Tiara di jemput sama pacarnya, kalau pulang juga dianter sama pacarnya. Laura juga mau kayak gitu. Di jemput pacar Laura" ucap Laura.
"Tapi gue bukan pacar lu...." jawab Alex.
Laura pun terdiam sejenak, menatap Alex dengan pandangan yang lekat.
"Kalau gitu, Alex mau jadi pacar Laura?" tanya Laura dengan senyum tipis.
"ASTAGHFIRULLAH.. ALLAHUAKBAR.." nyebut Alex dengan pasrah.
"Mau kan Lex??" tanya Laura lagi semakin gemas.
"Gue nggak mau" tolak Alex mentah-mentah.
Laura merenggut, sedikit kecewa dengan penolakan Alex secara terang-terangan. Tapi.. detik berikutnya, Laura tersenyum lagi.
"Yaudah besok Laura coba tanya Alex lagi, siapa tahu besok Alex sudah berubah pikiran" gumam Laura.
Kedua mata Alex terpejam rapat, tangan kanannya memijat pelipis yang terasa sakit. Kepalanya hampir meledak menahan amarah yang siap keluar kapanpun.
"Lepasin ra, gue mau pulang" nada suara Alex terdengar memekik, ia membuka kembali kedua matanya, menyorot dingin ke arah Laura.
"Nggak mau Alex." tegas Laura semakin erat memeluk kaki Alex.
"Lepas nggak?" gumam Alex dengan nada dingin, sambil menarik kakinya.
"Nggak bakalan, Alex janji dulu ke Laura kalau Alex mau jemput Laura ke sekolah besok.." pinta Laura.
"Apa susahnya sih jemput doang? yang penting Laura nggak minta aneh-aneh kok" omel Laura karena keinginannya tak kunjung diwujudkan.
"Lepasin Laura....!!!" suara Alex semakin dingin.
Laura mendecak sebal. Alex tak kunjung meng-iyakan permintaannya itu. Laura berpikir keras, ia tidak boleh rugi, Ia harus bisa membuat Alex menyukainya. Laura pun tersenyum penuh arti, karena ia memikirkan sesuatu.
"Yaudah Laura kasih dua pilihan ke Alex.." ucap Laura dengan suara lembut.
"Apa?" balas Alex masih dengan nada yang dingin.
Laura pun tersenyum licik dan penuh arti.
"Alex besok jemput Laura atau Alex jadi pacar Laura?" tanya Laura semangat.
"Gue jemput lu besok!!" jawab Alex tanpa berpikir dua kali.
Alex lebih baik bermain dengan anak singa, daripada harus bermain dengan emaknya singa. Bisa-bisa hidupnya bakal kacau, sumpah.. gadis bernama Laura Ramadani itu sangat merepotkan.
Kedua mata Laura pun membulat sempurna, ia segera berdiri dengan tatapan tak percaya. Jawaban Alex barusan membuatnya sepenuh tak percaya di kedua telinganya itu.
"Serius??" tanya Laura menahan jeritan senang yang ingin ia keluarkan dari mulutnya. "Alex mau jemput Laura besok??"
"Iya" jawab Alex singkat.
"Nggak terpaksa kan?" tanya Laura lagi.
"Ya terpaksalah..." jawab Alex dengan spontan.
"Mmm nggak apa-apa deh, yang penting Alex besok mau jemput Laura." gumam Laura dengan perasaan gemas.
"Makasih banyak ya Alex, gue tambah suka sama lu.."
Tubuh Alex tiba-tiba mematung, ia tak bisa bergerak. Karena, Laura tiba-tiba memeluknya, Alex merasakan jemarinya bergerak dengan panik, kedua matanya mengerjap-kerjap seperti orang linglung, ini untuk pertama kalinya seseorang PEREMPUAN memeluknya dengan tiba-tiba.
"Lepasin. Lu gila, meluk gue secara tiba-tiba" Alex pun dengan cepat mendorong tubuh Laura dengan kasar.
Walaupun Alex berkata seperti itu, tapi Laura merasakan bahagia. Karena ia bisa memeluk orang yang ia sukai dan ia sayangi. Laura tersenyum manis, bibirnya terangkat dengan sempurna.
Alex melihat Laura yang tersenyum kembali, ia pun menjadi pasrah. Karena ia tidak tahu harus bagaimana lagi dengan sikap gadis di depannya itu.
"Alex janji ya besok jemput Laura" pinta Laura.
"Hmm" gumam Alex dengan singkat.
"Awas kalau bohong.. nanti Laura akan marah lima hari lima malam ke Alex" ancam Laura. "Yaudah, Alex pulang sana... Nanti kalo udah sampai, Laura mau telfon.." ucap Laura lagi.
"Nggak usah!!" tolak Alex, sambil melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
"Yaudah kalau gitu, Laura chat aja. Tapi Alex harus balas ya. Nanti Alex balas pe...!!" sebelum Laura ingin melanjutkan kata-katanya itu, Alex pun sudah memasuki mobilnya, dan ia pun melajukan kendaraannya itu.
Laura menghela nafas panjang, mobil yang dikendarai Alex sudah melaju kencang meninggalkannya. Laura pun menatap dengan perasaan campur aduk, antara kecewa dan senang. Namun, Laura selalu membuat suasana disekitarnya menjadi terang kembali.
"Bodo amatlah, Alex mau kayak bagaimana sama gue, yang penting besok di jemput Alex. Ini namanya rezeki gadis Sholehah" gumam Laura.
Laura masuk kedalam rumah sambil senyum-senyum sendiri. Ia bagaikan sedang berjalan di ladang dengan penuh bunga-bunga yang semerbak harum. Laura semakin tak sabar untuk bertemu Alex besok pagi.
"Ngapain kamu senyam-senyum kayak gitu? Masuk rumah beri salam kek, ini malah nggak salam nggak apa-apa...."
Langkah Laura pun berhenti, lamunannya terbuyarkan akibat suara tersebut. Laura pun mematung, melihat wanita paruh baya yang berumur sekitar 48 tahunan, tapi kecantikannya masih melekat di wajahnya, tidak pernah pudar
"Assalamualaikum tante-mami" ucap Laura dengan riang, ia melangkah mendekati wanita yang ia sebut tante-mami. Ia lalu duduk di sebelah wanita tersebut.
Plaakk..
wanita itu memukul mulut Laura dengan gemas.
"Sudah dibilangin, kalau panggil tante ya tante saja, kalau mau panggil mami ya mami saja. Kau aneh sekali ra.." ucap tante dan juga yang disebut mami.
Laura berdesis pelan, ia menatap wanita yang didepannya itu dengan sebal.