Chereads / asam manis cinta remaja / Chapter 12 - Tidak bisa menahan kerinduan ini

Chapter 12 - Tidak bisa menahan kerinduan ini

Alex pun cuma bisa terdiam sebentar, entah kenapa ia merasa aneh dengan perlakuan Laura yang sekarang. Sifatnya beda seperti biasanya. Namun, Alex tidak peduli sama sekali atas perlakuan Laura barusan. Ia tak ingin memikirkan hal tidak penting seperti saat ini.

"Tumben si tikus nggak ke kantin? biasanya juga rusuh didepan lu Lex" ucap Fahmi yang lagi mencari tubuhnya Laura di kantin, sambil melihat sekeliling kantin.

Namun, Alex cuma bisa diam saja, mungkin hanya dia dan Allah yang sempat melihat kehadiran si Laura mahluk astral itu.

"Tapi yang paling kocak.. tadi si Laura kacang-in Alex begitu aja, malah ia melongos begitu aja" tambah ejekan Exsel, sambil ketawa nggak jelas.

"Kalau Laura kayak gini mah.. berarti nggak ada tontonan gratis, padahal gue udah siapin cemilan nya" gumam Exsel yang katanya disetujui oleh Fahmi.

"Hmm jadi kangen gue sama si tikus itu.." gumam Exsel dengan acuh.

Alex pun langsung meletakkan sendok dan garpu-nya di atas piring, entah kenapa nafsu makannya jadi menghilang seketika, padahal cilok dihadapannya itu masih banyak. Alex pun langsung menyodorkan piringnya itu ke Exsel.

"Nih buat lu" ucap Alex dengan sangat malas dan meninggalkan kedua temannya itu di kantin dan berjalan duluan kembali ke kelasnya.

*****

Alex pun berjalan menuju kelasnya, banyak sekali adik-adik kelasnya yang menyapanya dengan nada di lembut-lembutkan dan manja. Namun, Alex hanya bisa membalas dengan senyuman singkat. Ia bukanlah pria sok dingin nan sok tampan seperti di drama-drama.

"Lex!!!" teriak seseorang pria dari arah belakang Alex.

Alex pun membalikkan badannya, ia pun menoleh ke suara yang memanggilnya. Dan ternyata itu adalah Rendi, kakak kelasnya yang juga salah satu murid pandai di SMA Arwana dan biasanya mengikuti olimpiade biologi.

"Lex, lu di suruh ke Lab-Olimpiade, di suruh kumpul sama pak Bambang" ucapnya.

"Oke" jawab Alex.

Ia pun menyusul kakak kelasnya itu, dan mengikutinya dari belakang. Sepertinya sebentar lagi akan ada lomba olimpiade lagi yang harus ia ikuti.

Alex dan Rendi pun masuk kedalam Lab-Olimpiade, disana sudah ada beberapa siswa-siswi lainnya duduk rapih di bangku masing-masing. Pandangan Alex pun berhenti oleh seorang gadis yang duduk paling depan di bagian ujung yang lagi sendirian.. siapa lagi kalau bukan Laura.

"Gadis itu juga ikut Olimpiade?"

Ah.. Alex hampir lupa kalau Laura adalah gadis yang memiliki otak cerdas yang dipenuhi dengan ilmu-ilmu ramuan bom dan ramuan cinta. Makanya otaknya jadi geser seperti itu.

"Tuh duduk dekat bidadari pujaan.." suruh Rendi yang lagi menggoda Alex dan meninggalkan-nya begitu aja.

Alex pun menghela nafas dengan berat dan panjang, ia mencoba tidak menghiraukan. Kedua matanya melihat seluruh bangku, tapi tidak ada yang kosong lagi, kecuali di kursi Laura disampingnya itu. Alex pun tak ada pilihan lain selain berjalan kesana sebelum pak Bambang datang.

Alex langsung segera duduk di samping Laura, tanpa menyapa ataupun memanggil gadis itu. Laura sama sekali tidak menghiraukan kehadirannya Alex, gadis itu hanya fokus memainkan ponselnya dengan asyik.

Untuk beberapa menit, keheningan hanya terjadi diantara kedua makhluk astral itu. Alex pun cuma merasa canggung, ia biasanya tak pernah menghiraukan apapun disekitarnya bahkan sangat senang jika keadaan tenang seperti ini. Tapi, entah kenapa rasanya begitu beda. Seperti ada yang kurang.. belahan hati kah?

Sesekali lagi, Alex pun melirik gadis di sampingnya itu, dan gadis itu pun hanya mengabaikannya. Ia hanya diam dan sama sekali tak mengajaknya bicara, yang tidak heboh seperti biasanya. Di satu sisi, Alex bukan lah tipe pria yang akan memulai obrolan terlebih dahulu.

Sampai akhirnya, pak Bambang masuk kedalam Lab, beliau pun masuk dengan Bu Reina yang biasanya membimbing siswa-siswi Olimpiade. Alex pun bernapas dengan lega, setidaknya ia bisa fokus ke delany dan tidak menghiraukan gadis aneh disampingnya itu.

Bu Reina dan Pak Bambang pun mulai menjelaskan tujuan dari pertemuan siang ini. Dugaan Alex pun salah besar, ia mengira bahwa akan ada Olimpiade lagi... tapi ternyata tidak, mereka semua pun mendapatkan tugas untuk menjadi panitia Outbound pelatihan newbie calon anggota Olimpiade dari kelas 10 yang akan diadakan hari minggu besok.

Alex dan teman-teman lainnya pun nampak terkejut karena begitu mendadak. Hari minggu pun tinggal 3 hari lagi akan datang dan mereka tak tahu harus mempersiapkan apa saja.

"Tenang aja, kalian disana hanya bertugas memantau adik-adik kelas kalian, dan mengajari mereka. Selebihnya itu akan menjadi tanggung jawab anak-anak OSIS dan para guru." ucap Bu Reina.

"Alhamdulillah" serempak semuanya dengan bersyukur.

Setelah pengumuman singkat itu, semua siswa dan siswi pun dipersilahkan untuk kembali ke kelas masing-masing. Karena bel masuk sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu.

Alex pun sengaja tidak berdiri, yang lagi menunggu respon dari Laura untuk melewatinya. Setidaknya gadis itu pasti akan membuka suara dan menyuruhnya berdiri. Alex pun berpura-pura mengeluarkan ponselnya, membuka-tutup layar utamanya, mengunci-membuka ponselnya lagi seperti orang yang tak ada kerjaan.

Alex tak mendengar suara dari Laura. Ia akhirnya pun menoleh melihatnya. Gadis itu masih ada disana, duduk diam disampingnya yang lagi tak melakukan apapun. Tatapannya kosong ke depan. Alex pun menghela nafas dengan sangat pelan, ia tidak mengerti dengan sikap gadis aneh ini sejak tadi pagi.

"Lu sakit?" tanya Alex yang tak kuat dengan kecanggungan diantara dirinya dan Laura. Ia merasa sangat aneh dan tidak tenang sendiri.

"Nggak" jawab Laura singkat, tanpa menolehkan kepalanya.

"Terus? Kenapa lu dari tadi diam aja?" tanya Alex yang lagi mengungkapkan rasa penasarannya itu.

"Cuma ingin diam aja" jawab Laura dengan jutek.

Alex pun terdiam sejenak, semakin lama ia semakin tidak mengerti. Apa dia melakukan kesalahan kepada gadis ini? Atau gara-gara kemarin, yang menolak untuk nonton bareng bersama Laura.?