Tapi!! Exsel dan Fahmi tidak memperdulikan perkataan Alex barusan.. mereka berdua masih aja bertanya yang nggak jelas kepada sahabatnya itu.
"Lu beneran nggak suka sama si tikus? eh maksudnya si Laura?" ejek Exsel sekali lagi.
Alex pun melihat kedua sahabatnya itu, dengan tatapan menusuk dan ingin menyerang.
"Kan udah gue bilang dari tadi, kalau gue nggak suka sama sekali dengan cewek yang bawel" tegas Alex sekali lagi, dengan nada ditekankan.
"Masak?" goda Fahmi yang sama sekali tak percaya.
"Hmm.." deham Alex singkat sembari menggaruk kepalanya itu yang kagak gatal.
Fahmi dan Exsel pun tersenyum jahil, mereka tahu bahwa sahabatnya itu sedang berbohong. Karena, mereka sangat paham atas tingkah laku Alex kalau sedang berbohong pasti akan menggaruk kepalanya itu yang sama sekali tak gatal.
"Gue cuma ingatin lu doang Lex. Hati-hati disaat lu suka sama Laura. Suatu saat jika ia direbut dan bersama orang lain. Disitu lu akan menyesal" ucap Fahmi yang lagi memperingatkan sahabatnya itu.
Tapi tak ada respon sama sekali dari Alex dan kemuliaan percakapan masih berlanjut.
"Gue dengar si Devano, ketua OSIS sok ganteng se-Arwana naksir sama si Laura, kemarin aja gue lihat dia ngasih Laura cokelat" tambah Exsel yang lagi memanasin si pria es batu, yang berada di sampingnya.
Tapi, Alex hanya pura-pura membuka bukunya itu, ia mulai menyoret-nyoret seenaknya. Alex hanya ingin mencoba untuk tidak peduli kepada apapun itu, walaupun kedua telinganya dapat mendengar jelas ocehan Fahmi dan Exsel.
"Kemarin gue juga lihat si Devano maksa banget buat anterin Laura pulang ke rumah" timpal Fahmi yang ingin menyakinkan perasaan Alex itu.
Exsel pun langsung menatap sahabatnya itu dan menepuk bahu Alex dengan prihatin.
"Mumpung serigala tetangga belum memakan tubuh dan hati si Laura. Mending lu gerak duluan" titah Exsel yang sok bijak.
Alex pun menatap Exsel dengan tatapan tajam, dan Alex pun langsung menepis kasar tangan Exsel dari bahunya.
"Apaan sih lu berdua pada kagak jelas tau nggak" gumam Alex yang mulai kesal.
"Gue kasih tau ke kalian sekali lagi, kalau gue Alex.. nggak bakal jatuh cinta sama yang namanya Laura Ramadani."
"Walaupun keadaannya seperti apa? tapi gue tetap sama dengan prinsip gue sendiri, dan janji gue" lanjut Alex dengan tegas, kalau ia sama sekali tidak menyukai Laura.
Exsel dan Fahmi pun bingung harus bagaimana lagi, buat sahabatnya itu mengerti tentang perasaannya sendiri.
"Okelah kalau gitu. Jangan nyesal..." Fahmi dan Exsel pun menyerah atas sikap Alex itu yang kayak batu.
"Gue cuma ngasih tau doang ke lu sebagai sahabat gue, karena gue nggak mau sahabat gue akan menyesal dikemudian hari" lanjut Fahmi dengan kata-katanya itu yang bijak.
"Hmm" deham Alex dengan singkat, dan tak peduli.
"Iya gue setuju atas perkataan Fahmi" jawab Exsel yang meng-iyakan perkataan Fahmi.
"Kalau lu nyesal takutnya nanti kayak suaminya mbak Ika" ejek Exsel sekali lagi.
"Urusan gue sama mbak Ika apa?" tanya Alex dengan singkat.
"Karena lu di tolak kemudian harinya, hahaha" ledek Exsel sambil ketawa.
Alex pun yang tadinya ingin mengubah topik, ia akhirnya lebih baik diam didepan sahabatnya itu, karena topiknya nggak jauh membahas tentang perasaannya itu.
Dan awan pun tiba-tiba berubah menjadi mendung.
*****
Jam istirahat kedua berbunyi, Alex pun berdiri dari kursinya, meminta Fahmi untuk minggir memberinya jalan. Alex terlihat terburu-buru keluar kelas. Fahmi dan Exsel pun menatap sahabatnya itu dengan tatapan heran dan bingung.
"Mau kemana lu?" tanya Fahmi yang penuh dengan penasaran.
Alex tidak menjawab, dan langsung nyelonong berlari keluar begitu aja. Entah pria itu mau kemana tidak ada yang tahu selain orang itu sendiri dan Tuhan.
*****
Pulang sekolah
Laura mengacak-acak rambutnya yang penuh dengan frustasi, ia benar-benar tidak tahan lagi. Laura pun mengambil tasnya dan segera berdiri dari kursinya itu.
"Siska gue udah nggak tahan. Gue angkat tangan" ucap Laura yang penuh dengan dramatis.
"Apaan?" tanya Siska yang tak paham.
"Gue ingin ketemu Alex, gue kangen sama dia..." rengek Laura yang kayak anak kecil.
"Ya ampun Laura, tinggal 3 hari lagi loh. Tahan dikit.." omel Siska
"Ya ampun Sis, 4 hari Alex nggak datang ke gue, 4 hari dia nggak nyariin gue. Dan yang paling gue takutin itu adalah, kalau Alex suka sama cewek lain gimana? kalau Alex nggak suka gue gimana?" gumam Laura sambil terisak-isak.
"Gue nggak mau ada cewek lain yang deketin Alex. Walaupun gue mati, gue bakal perjuangkan cinta gue ini" lanjut Laura dengan sungguh-sungguh.
"Misi ini kita batalin aja" gumam Laura dengan pasrah.
"GUE UDAH NGGAK KUAT LAGI" teriak Laura sekeras mungkin.
Siska pun menghela nafas dengan berat, ia mengangguk-angguk kepalanya dengan pasrah. Jika Laura sudah keras kepala seperti ini, singa di kebun binatang pun pada takut dan tidak akan berani menyentuhnya.
"Terserah lu deh, terserah gue mah terserah lu aja" gumam Siska dengan pasrah.
Siska pun berdiri dari kursinya dan meninggalkan Laura begitu saja. Ia pergi beranjak keluar duluan dan tidak memperdulikan tingkah Laura yang semakin tak jelas didalam kelas.
Laura melangkah keluar kelas dengan langkah lemas. Alex sepertinya benar-benar tidak peduli dengannya, dan ia harus mulai dari awal lagi buat deketin Alex. Sungguh susah sekali buat dapatkan hati seorang yang bernama Alex.
Padahal ia sudah rela-relain pindah ke sekolah, rela-relain pasang muka tiang, tetapi tetap saja Alex tidak luluh juga hatinya.
"Laura..." teriak seseorang lelaki dari arah belakang Laura.
Aku menunggumu disini, tapi apakah kamu menunggu aku disana? jujur aku kangen dengan mu.. tapi apakah perasaanku untukmu, kau juga merasakan hal yang sama, apa yang aku rasakan itu..
"Laura.."
Tubuh Laura pun tersentak, langkahnya pun terhenti, ia terkejut mendengar suara teriakan namanya yang dipanggil begitu keras, ia pun berpikir kalau Alex yang memanggilnya, dan ternyata.....??