Chereads / asam manis cinta remaja / Chapter 10 - Tak-Tik Laura

Chapter 10 - Tak-Tik Laura

"Fahmi.. Exsel.. bisa bantuin Laura bujuk Alex nggak?" rengek Laura dengan nada memelas.

"Nanti Laura kasih bolpoin 3 pack deh, sama Tipe-X nya 3 pack.." lanjut Laura.

Fahmi dan Exsel pun langsung siap siaga berdiri. Lalu Fahmi dan Exsel duduk menghampiri Alex.

"Mas Alex yang ganteng kayak gorila kecil, mau ya nonton bareng sama Laura" gumam Fahmi dengan memuji Alex.

"Abang Alex yang paling baik kayak semut, kasihan Lauranya" dilanjut oleh tingkah Exsel yang lebay.

"Mau sampai kapan singa jantan akan sok cuek kayak gini? kasihan si siput yang ngejar-ngejar singa jantannya berbulan-bulan" cetus Fahmi yang se-adanya.

"Baik dikit kek Lex sama Laura. Semacam baiknya pisau yang lagi membelah" lanjut Fahmi yang nyindir Alex.

Alex pun menghela napasnya dengan sangat berat, ia pun menatap Excel dan Fahmi bergantian dengan tatapan-nya yang tajam.

"Gue kasih bolpoin ke lu berdua 10 pack, sama Tipe-X nya 10 pack. Tapi lu berdua harus diam.." ucap Alex.

"SIAP LAKSANAKAN MACAN JANTAN" teriak Fahmi dan Exsel bersamaan sembari menggerakkan jemarinya ke mulut dengan pose mengunci mulutnya.

Laura pun mendesis tajam, yang sedari tadi melihat Fahmi dan Exsel yang mengkhianati-nya.

Laura pun melihat Alex yang sedang menjauhkan mangkok ciloknya yang sudah kosong, sampai Alex pun menarik jus jeruknya itu dan meminumnya sampai habis. Kemudian ia pun berdiri dari kursinya dan meninggalkan Laura yang masih duduk di bangku kantin.

"Alex mau kemana?" tanya Laura yang mencegah Alex pergi.

"Masuk kelas lah" jawab Alex datar.

"Alex beneran nggak mau nonton sama Laura?" tanya Laura sekali lagi dengan wajah melas.

"Lu nonton aja sama si Tiara atau yang lain" jawab Alex dengan dingin.

"Nggak mau. Laura maunya sama Alex.." kekuh Laura.

Alex menjadi lebih kesal dengan sikap Laura yang sedang memaksa dirinya untuk nonton bareng. Alex pun akhirnya berjalan meninggalkan Laura sendiri dengan Fahmi dan Exsel di kantin.

****

Laura yang lagi terduduk di bangkunya dengan bentuk wajah yang cemberut, kedua tangannya pun sambil menopang dagunya. Tatapannya pun menurun, melihat selembar dua tiket di atas meja.

"Lu kenapa? tumben wajah lu mendung kayak sapi ompong?" tanya Siska teman sebangku Laura, yang melihat sifat Laura acuh tak acuh itu.

Laura menghela napasnya dengan berat.

"Alex nggak mau nonton bareng gue..." gumam Laura yang mulai bercerita.

Siska pun menepuk-nepuk punggung sahabatnya itu, Siska pun ikut prihatin atas sahabatnya itu.

"Yang sabar Laura.. pasti ada jalannya kok" ucap Siska yang lagi menghibur sahabatnya.

"Gue udah sabar kali.. Tapi, kenapa susah banget sih buat pecahin benteng hatinya Alex" cetus Laura.

"Berarti lu udah nyerah dong??" tanya Siska.

"Ya nggak lah, Laura akan berusaha keras lagi untuk bisa mendapatkan Alex." jawab Laura.

Siska berdecak pelan, kayak nya sahabatnya itu memang sudah gila karena cintanya kepada Alex. Siska pun berpikir sejenak.

"Lu kayaknya harus ubah strategi deh, ra" ucap Siska yang mulai serius.

"Maksudnya? ubah strategi kek gimana? ucap Laura yang bingung.

Siska pun mendekatkan kursinya ke Laura, dan mulai menjelaskan-nya.

"Lu harus jual mahal ke Alex. Berlagak udah nggak peduli lagi sama dia. Lu ngejauh gitu deh ke Alex.. Kan nanti Alex bakalan ngerasa kehilangan lu" saran Siska.

Laura menatap Siska dengan tatapan ragu.

"Gue nggak bisa jauhin Alex, hati gue udah cinta mati sama dia" gerutu Laura karena merasa berat atas sarannya Siska tersebut.

Siska menatap Laura dengan rasa ingin mencubit kedua pipi sahabatnya itu.

"Haduhh Laura.. jangan lembek deh kayak bubur ayam. Cuma seminggu aja kok. Kita cuma mau tau, ada perubahan nggak sama sifat si banteng."

"Kalau dia nyariin lu, berarti dia suka sama lu. Tapi kalau dia nggak nyariin lu, berarti dia nggak suka sama lu. Dan lu harus jauhin dia" jelas Siska greget.

Laura pun berpikir sejenak.

"Kalau Alex biasa-biasa aja gimana? malah kalau saran itu bisa jauhin gue sama dia gimana? gue nggak bisa Sis" cetus Laura.

"Ihh lu jangan nething duluan kek. Di coba dulu Laura.." gumam Siska.

Laura pun menghela napasnya dengan berat, ia masih sedikit ragu atas tawaran Siska. Tapi disatu sisi, ia juga tergiur ingin mencoba ide tersebut.

"Seriusan nih?" tanya Laura memastikan.

"Iyaaaa serius!!!!! udah coba aja mulai besok. Jangan kayak ember bocor.." cetus Siska.

"Harus segitu kah? seminggu mah lama banget itu.. kayak kiamat udah menerjang gue tau.." ucap Laura.

"HARUS LAURA!!!!" paksa Siska dengan menggenggam kedua pipinya Laura.

Laura merenggut pasrah.

"O...oke...oke.. deh.. seminggu ini, nggak lebih?" ucap Laura.

"Iya Laura seminggu doang, Ya Allah Ya Robbi" gemas Siska.

"Gue nggak boleh nyapa atau ketemuan sama Alex kah?" tanya Laura.

"Nggak boleh!!!" bentak Siska.

"Nelpon?" tanya Laura lagi.

"No way, Laura" gumam Siska dengan tegas.

"Chat?" ucap Laura.

"Absolutely not allowed" gumam Siska dengan sangat gemas.

"Ngelirik doang masa nggak boleh juga sih? tanya Laura.

"ASTAGHFIRULLAH YA ROBBI. LAMA-LAMA GUE YASININ LU, ATAU GUE CARI DUKUN.." teriak Siska kehabisan kesabaran karena sahabatnya itu, api yang sudah mendidih di belakang tubuhnya pun sudah muncul. Sampai-sampai di kepalanya Siska ada tanduk dan asap.