Fahmi menaruh tasnya di atas meja, ia melihat teman sebangkunya sudah datang lebih dulu daripada dirinya. Fahmi pun sedikit heran dan sekaligus takjub.
"Tumben jam segini Pangeran iblis udah datang ke sekolah?" sindir Fahmi sembari duduk di kursinya.
Tapi, tak ada sambutan dari pria disebelahnya itu. Fahmi pun menatap Alex yang sedari sedang sibuk mengeluarkan berbagai coklat, bunga, bahkan kado yang berada dikolong mejanya itu. Di satu sisi, wajahnya Alex terlihat serius mengecek satu-persatu note yang ditempel di barang-barang yang diberikan oleh para penggemarnya itu.
"Lu ngapain sih? tumben bacain satu-persatu note itu? Biasanya juga lu langsung bagi-bagi ke anak sekolah" tanya Fahmi dengan heran.
Tapi, tak ada jawaban sama sekali dari Alex, Alex pun malah semakin sibuk seperti mencari sesuatu yang berharga buat dirinya itu.
"Alex sayang, lu lagi nyari apaan?" tanya Fahmi dengan nada gemas.
"Perlu gue bantu nggak?" tawar Fahmi yang ingin membantu sahabatnya itu.
Tapi sama saja, tak ada sama sekali respon dari pria dingin itu, yang berada disampingnya Fahmi. Lama-lama Fahmi pun merasa jengah dan sekaligus kesal setengah mati. Fahmi pun mendekatkan wajahnya ke telinga Alex.
"ALEX LU LAGI NYARI APAAN?" teriak Fahmi yang tak tanggung-tanggung, dan dikepala-nya Fahmi seperti udah ada tanduk iblis.
Braakkkk...
Alex pun langsung menggebrak meja dengan keras, sampai-sampai membuat Fahmi buru-buru berdiri dan menjauh, karena ia hampir aja kena stroke.
Alex pun tanpa sadar teriak...
"KENAPA NGGAK ADA HADIAH DARI LAURA??" teriak Alex tanpa sadar.
Fahmi pun seketika menjadi diam, apalagi anak sekelas yang seketika pun menjadi diam juga. Biawak, tikus, kecoa, bahkan cicak didinding pun juga ikut diam. Bahkan Exsel yang baru masuk kelas pun seketika diam. Seperti waktu sudah berhenti ditengah jalan.
"Wah..si Exsel udah datang lu? kita ke kantin yuk. Gue kangen sama mbak Ika. Teriak Fahmi yang pura-pura tidak mendengar apa yang barusan terjadi. Fahmi pun langsung mendekati Exsel dan menyeret pria itu.
"It...itu...ta.. tadi.. gue.. nggak salah dengar kan?" tanya Exsel dengan nada tak percaya.
"Si Alex.. ??"
Dengan cepat Fahmi langsung membungkam mulut Exsel dengan rapat-rapat, Fahmi pun langsung menyeret pria itu.
Di sisi lain, semua anak-anak berlagak tak peduli, mereka pun kembali menghadap ke depan dan melakukan aktivitas masing-masing. Padahal dalam hati mereka menahan tawa yang begitu megah.
"Teman-teman ke kantin yuk, nanti gue traktir cilok mbak Ika semuanya" teriak Fahmi yang kembali muncul dari balik pintu.
"Ayooo, serempak semua anak kelas yang segera beranjak keluar dari kelas mereka, dan meninggalkan satu oknum yang tengah sibuk merutuki mulutnya.
Sepi tak berpenghuni seperti itulah kelas Alex saat ini, hanya ada tas-tas di atas meja menjadi saksi bisu dan tengah mentertawakan Alex.
Alex pun mengacak-acak rambutnya yang penuh dengan frustasi, bagaimana bisa dirinya sampai keceplosan seperti itu tadi, ini semua terjadi gara-gara si kecebong itu, Fahmi.
Laura memang setiap hari selalu memberi Alex satu bungkus hadiah, seperti cokelat, bekal makanan, dan Laura selalu mengambil hadiah-hadiah dari gadis lain, tapi hanya menyisakan hadiah darinya saja disana. Namun, hari ini Alex sedikit terkejut melihat kolong mejanya yang masih penuh dengan cokelat-cokelat dan bunga.
"Apakah dia sakit? Makanya ia nggak masuk sekolah?" batin Alex pun bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Ditambah dengan semalam Laura yang biasanya bakalan terus-menerus menelfon-nya dan mengirimkan pesan, malah tidak dilakukan olehnya. Entahlah, Alex pun merasa sedikit heran atas perilaku Laura hari ini.
"Kenapa gue harus mikirin gadis gila itu sih??. Harusnya gue seneng dong, nggak di ganggu oleh gadis gila itu"
"Lu harus senang Alex, lu harus senang"
"Lu bebas Alex, lu akhirnya bebas..."
"Ini pasti Tuhan memberikan kehidupan kembali lagi, tanpa gadis gila itu."
"Jadi gue harus bahagia dan senang, itu pasti harus" gumam Alex yang nggak jelas kepada dirinya sendiri, seperti dia yang gila.
*****
Jam istirahat pun akhirnya datang juga. Surga bagi seluruh anak-anak SMA Arwana, dan seluruh penjual di kantin karena dagangan mereka laris manis.
Fahmi, Exsel, dan Alex seperti biasanya akan berjalan bersama menuju kantin, untuk mengisi perut kosong mereka, dan cacing di perut mereka pasti udah pada kelaparan. Bagi si Alex kantin adalah untuk mengisi perut. Tapi, kalau bagi si Exsel dan Fahmi kantin itu untuk menggoda cewek yang berada di kantin.
Dari arah berlawanan kurang lebih berjarak 8 meter, terlihat Laura yang sedang berjalan dengan 3 temannya itu, sambil ketawa yang nggak jelas. Mereka pun berjalan ke arah Alex.
Fahmi pun langsung mencolek bahu Alex.
"Tu si bidadari pujaan hati datang. Siap-siap pasang telinga gajahnya" ucap Fahmi yang udah menutup kedua telinganya itu.
"Siap-siap lu Lex, neraka api buaya darat akan menyerang." Tambah Exsel yang langsung ngacir pindah ke sebelah Fahmi.
Sedangkan Alex hanya diam saja dan tetap berjalan dengan tenang.
"Tumben tuh si anak tikus nggak teriak-teriak?" tanya Exsel dengan heran.
Jarak mereka pun hampir mendekati 2 meter. Tapi Laura masih terlihat asyik ketawa dan sama sekali tidak memperdulikan Alex.
Dan akhirnya jarak mereka hanya tinggal beberapa centimeter, dan.....??
"Lah nyelonong begitu saja?" teriak Exsel heboh sendiri.
"Paling udah taubat tuh si anak tikus, atau udah di siram bunga tujuh rupa?" tambah Fahmi yang tak kalah herannya.
Sedangkan Alex hanya memilih untuk diam saja, ia mencoba tidak peduli sama sekali dengan Laura, dan membiarkan Laura melewatinya begitu saja, tanpa menatap dan menyapanya sedikit pun seperti biasanya.
"Lex, tumben pacar lu kacang-in lu, biasanya dia gila kalo lihat lu" tanya si Fahmi se-adanya.
"Gue nggak punya pacar" ketus Alex.
Alex langsung mempercepat langkahnya meninggalkan temannya itu yang masih heboh sendiri. Alex pun berusaha tetap tenang dan bisa saja. Ia tak mau mendengarkan ocehan kedua temannya itu.
Alex, Fahmi, dan Exsel pun makan dibangku pojok, dekat dengan stand mbak Ika. Mereka pun sibuk memakan cilok yang dipesan beberapa menit lalu. Detik berikutnya Alex tak sengaja lihat Laura yang memasuki kantin, gadis itu pun terlihat kebingungan mencari tempat duduk. Karena, kantin sudah sangat penuh dengan mahasiswa dan mahasiswi.