siang itu, Erin menghadiri salah satu kelas yang ia ambil di semester pertamanya, yaitu mata kuliah Bahasa Inggris. sejak kecil, pelajaran ini bukanlah sesuatu yang disukai oleh Erin. sehingga saat ini, Erin tidak memperhatikan penjelasan dari dosennya yaitu Mr. Supardjo dan hanya menatap kosong keluar jendela. sayangnya Erin tidak beruntung hari itu karena Mr. Supardjo menyadari bahwa Erin tidak memperhatikan.
"excuse me, are you paying attention to my class?" seru Mr. Supardjo yang kini berdiri tepat di hadapan Erin dan membuatnya kembali fokus pada kelas.
"sorry mister" jawab Erin berusaha menutupi rasa malu yang dihadapinya di depan orang-orang yang ada di kelas tersebut.
"now let me ask you a question, who is the main of the story?" Mr. Supardjo mengajukan pertanyaan kepada Erin dan membuatnya bingung harus memberikan jawaban apa.
Erin beberapa kali membuka buku paketnya dan membolak-balikkan halaman berusaha mencari materi apa yang sebenarnya dimaksud oleh Mr. Supardjo tetapi tidak menemukannya. melihat Erin kebingungan, seorang laki-laki yang duduk di sebelahnya merasa tidak tega, terlebih karena setengah mahasiswa yang ada di kelas tersebut mentertawakan Erin dalam diam.
"sir, the main character of the story is king Mahardika" jawab lelaki itu, membantu Erin keluar dari masalah.
"i didn't ask you to answer for her" sahut Mr. Supardjo dengan sedikit nada menekan dan menunjukkan bahwa ia tidak suka diatur oleh mahasiswanya sendiri.
"i'm sorry sir, but you ask the wrong question anyway. you ask who is the main of the story, the right question should be who is the main character of the story" jawab lelaki itu membuat kelas sedikit tertawa dan Mr. Supardjo merasa malu.
akhirnya Mr. Supardjo meninggalkan meja Erin dan melanjutkan materinya. Erin sedikit lega karena seseorang membantunya keluar dari masalah di hari pertamanya. Erin melirik lelaki tersebut. ia adalah seorang lelaki kurus dengan rambut hitam rapih, menggunakan kaca mata dengan sedikit bekas jerawat di kedua sisi pipinya. ia mengenakan kemeja dan jeans yang ketat juga sebuah jaket abu-abu.
"thanks" sahut Erin kepada lelaki tersebut dengan menepuk tangannya.
"sama-sama" balas lelaki itu tersenyum dan kemudian mulai mengobrol dengan lelaki lainnya di sebelahnya.
Erin kini hanya diam dan sedikit memperhatikan penjelasan dari Mr. Supardjo dan terkadang melirik lelaki yang menolongnya bercanda dengan teman lelakinya. Erin tidak tahu nama lelaki tersebut dan ia berusaha untuk mencari tahu, berharap lelaki tersebut menjadi teman pertama baginya di UNJ.
tak lama, mata kuliah akhirnya berakhir dan Mr. Supardjo pergi meninggalkan kelas. Erin sedang sibuk merapihkan bindernya dan menyadari bahwa lelaki tersebut sudah ingin meninggalkan kelas bersama temannya.
"aku berani bersumpah jika aku ketinggalan, aku akan menghukum mu di kosan!" sahut teman lelakinya, seorang pria yang lebih stylish.
"iya, Dilan... sabar..." jawab lelaki berkacamata.
"kau lama sekali!" seru Dilan menggerutu dan sedikit kesal.
sekarang Erin tahu nama temannya adalah Dilan, tetapi Erin ingin mengetahui nama lelaki yang menolongnya. tanpa sadar Dilan sudah menarik lelaki tersebut berlari keluar dari kelas. Erin membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memasukkan bindernya ke dalam tas kecilnya sebelum akhirnya bisa bangkit dari duduknya dan mengejar kedua pria tersebut.
Erin melihat Dilan dan lelaki berkacamata sudah berdiri di depan lift dan masuk ke dalam lift tersebut. Erin berusaha mempercepat langkahnya dan mulai berteriak di lorong yang cukup ramai dengan mahasiswa lainnya.
"tunggu! siapa namamu?!" seru Erin.
Erin berhasil berdiri di hadapan pintu lift namun pintunya sudah hampir menutup sempurna dan tidak memungkinkan bagi Erin untuk masuk ke dalamnya. lelaki berkacamata menyadari keberadaan Erin. dengan nafas tergesa-gesa, Erin kembali bertanya sebelum terlambat.
"siapa namamu?" tanya Erin. lelaki itu tersenyum, dan tepat sebelum pintu lift tertutup dengan rapat, ia menjawab.
"Allan" jawabnya dan pintu pun tertutup rapat.
Erin masih mengatur nafasnya setelah berlari dari kelas menuju pintu lift. tetapi ia tersenyum bahagia karena usahanya memberikan hasil yang setimpal. kini Erin tahu nama lelaki yang menolongnya di kelas Bahasa Inggris tadi adalah Allan. menurut Erin, Allan terlihat seperti orang yang asyik untuk diajak berteman. dalam hatinya, Erin terus mengulangi kata-kata bahwa ia harus berteman dengan Allan, harus!.