Erin sedang berdiam di kamarnya mengerjakan tugas saat ponselnya berbunyi. beberapa pesan masuk dari Kevin. sudah puluhan pesan dari Kevin yang tidak dibalas oleh Erin semenjak kejadian Tiara di warung bakso. beberapa panggilan tak terjawab juga telah terjadi. Erin merasa marah karena Kevin membuatnya menunggu selama beberapa jam tanpa kabar sama sekali.
Erin merasa semakin terganggu dengan telepon dari Kevin sehingga pada akhirnya Erin memilih untuk mengangkatnya dengan amarah dan emosi yang begitu membara.
"apa?" sahut Erin ketus.
"aku ada di depan kosan mu, keluarlah... aku ingin berbicara" balas Kevin kepada Erin. Erin terdiam dan tidak mengatakan apapun. "hanya 5 menit saja" Kevin melanjutkan ucapannya.
"fine" jawab Erin mematikan ponselnya.
Erin berjalan dengan cepat menuju pintu depan kosannya dan mendapati Kevin berdiri di depan gerbang dengan sebuah bucket bunga di tangannya. Erin tentunya tidak terkesan, Kevin selalu membawa bucket bunga sebagai bentuk permintaan maaf nya jika ia melakukan kesalahan, bagi Erin bucket bunga yang saat ini ia bawa tidak ada bedanya dengan bucket lainnya, hanya sebuah pemanis.
"dengar, aku minta maaf karena tidak memberikan kabar padamu kemarin. ponsel ku mati dan aku tidak membawa charger. aku tahu itu sangat ceroboh dan aku berjanji tidak akan mengulangi nya lagi, oke?" sahut Kevin berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kemarin.
"kau bisa saja langsung datang ke tempat janjian kita tetapi kau tidak datang sama sekali" balas Erin dengan kesal.
"aku datang... setelah Maghrib" jawab Kevin.
"setelah Maghrib?! kita janjian pukul 4! kau berfikir aku akan menunggu selama 2 jam?" Erin merasa tidak percaya dengan alasan yang diberikan oleh Kevin.
"maaf... aku sedang mengerjakan tugas kelompok, dan itu rumit sekali. aku tidak berfikir kau akan menunggu selama itu" balas Kevin yang semakin merasa bersalah atas tindakan nya.
"lupakan masalah menunggunya, aku berbicara dengan Tiara kemarin" sahut Erin membuat Kevin terkejut.
"apa? kenapa kau berbicara dengannya?" balas Kevin bingung.
"dia memanggilku pelacur di depan banyak orang!!" seru Erin kesal membuat Kevin tidak mempercayai apa yang ia dengar.
"aku sudah mengatakan padamu untuk tidak berbicara kepadanya, kenapa kau melakukannya? kau tidak mendengarkan ku" balas Kevin berusaha memahami keadaan yang sebenarnya terjadi. Erin mulai meneteskan air mata.
"maaf Kevin, semuanya begitu rumit... aku butuh waktu..." sahut Erin berjalan kembali ke dalam kosan dan menutup pintu, meninggalkan Kevin yang berdiri diam dan kebingungan.
Erin kembali ke kamar kosannya dan memeluk bantal miliknya, menangis begitu sendu dan merasa bahwa dirinya begitu kecil dan lemah. tidak pernah ia mengira minggu pertamanya berkuliah akan begitu sulit baginya dan bagi hubungan yang ia miliki. rasanya Erin tidak siap untuk menghadapi apa yang akan terjadi esok hari.