hari ini adalah hari senin dan Erin kembali melanjutkan aktivitas nya sebagai mahasiswi yaitu kuliah. Erin berjalan menuju kelas bahasa Inggris Mr. Supardjo hanya untuk mendapatkan kelas dalam keadaan ramai karena sepertinya tidak ada dosen.
Erin melihat kursi kosong di sebelah Allan dan Dilan lalu memutuskan untuk duduk disana. saat itu Dilan sedang asyik bermain games sementara Allan sedang sibuk mengerjakan tugas dari Mr. Supardjo. Allan menyadari kehadiran Erin di sampingnya dan menghentikan sejenak apa yang sedang ia lakukan.
"morning" sapa Allan dengan penuh senyuman kepada Erin.
"morning juga, kemana Mr. Supardjo nya?" balas Erin.
"PJ bilang bapak ada rapat, beliau hanya meninggalkan tugas mengerjakan bab 1 halaman 8-10" jawab Allan menunjuk ke arah papan tulis dimana tertulis tugas yang diberikan oleh Mr. Supardjo.
"baiklah" Erin mengangguk.
"hei!" Dilan memotong pembicaraan, Allan dan Erin menoleh ke arahnya. "kau tidak perlu khawatir, Allan pintar bahasa Inggris jadi serahkan saja padanya. 5 menit juga selesai, sebaiknya kau mengobrol dengan ku saja" lanjut Dilan berbicara kepada Erin. Allan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
Erin menarik bangku dan duduk tepat di hadapan Dilan yang sudah menghentikan permainan games nya.
"jadi... apakah kalian teman SMA? sepertinya kalian akrab sekali" tanya Erin kepada Dilan.
"tidak, kita bukan teman SMA. kita bertemu di minggu daftar ulang" jawab Dilan. "dari jauh aku melihat Allan duduk sendirian termenung dan tidak memiliki teman sehingga aku menghampiri dan mengajaknya berkenalan" lanjut Dilan. Allan yang mendengarnya segera memukul kepala Dilan.
"kejadiannya tidak seperti itu" sahut Allan mengoreksi cerita dari Dilan.
"hahaha" Erin tertawa. "jadi bagaimana cerita yang sebenarnya?" tanya Erin.
"memang benar kita bertemu ketika daftar ulang, itu karena Dilan berlari begitu kencang dengan es good day di tangannya, lalu ia menabrak ku dan menumpahkan seluruh esnya di jaket ku" sahut Allan, Dilan hanya tertawa mendengarnya.
"benarkah?" seru Erin tidak percaya dan tertawa bersama Dilan.
"tentu saja benar. Dilan begitu menyesal dan meminta maaf berkali-kali saat itu" sahut Allan.
"hanya satu kali, kau tidak perlu melebih-lebihkan" Dilan memberikan pembelaan.
"setelah itu kita bertukar nomor telepon dan akhirnya berteman. kebetulan kita sama-sama sedang mencari kosan, jadi... kita tinggal satu kosan sekarang" Allan menutup cerita.
"awww... itu indah sekali" sahut Erin tersenyum mendengar bagaimana Allan dan Dilan bisa berteman.
"Erin, percayalah... aku memang sengaja menumpahkan minuman ku padanya" bisik Dilan pada Erin namun Allan masih dapat mendengarnya dengan baik.
"aku tahu kau sengaja, aku tahu kau benar-benar mengincarku dari sekian banyak orang" balas Allan yang menghela nafasnya dalam-dalam.
"kau tahu apa yang ku pikirkan?" seru Erin kepada Allan dan Dilan.
"apa?" tanya Allan dan Dilan secara hampir bersamaan.
"menurutku, kalian pasangan serasi" jawab Erin tersenyum. Dilan tertawa lepas sementara Allan hanya memberikan roll-eye kepada Erin. melihat reaksi keduanya membuat Erin tertawa.
"kita ini memang ditakdirkan untuk bertemu, lalu menikah, dan memiliki anak" sahut Dilan yang merangkul Allan dengan kedua tangannya. Erin memperhatikan sikap sedikit kerisihan namun tanpa penolakan yang diberikan oleh Allan terhadap sentuhan Dilan kepadanya.
"ew" sahut Allan melepaskan rangkulan Dilan. "nih, sudah selesai. cepat salin supaya kita bisa makan sebelum kantin ramai" lanjut Allan memberikan kertas tugasnya kepada Dilan.
Dilan segera menyalin tugas milik Allan sementara Erin hanya memperhatikan. Dilan melihat Erin yang terdiam dan tidak mengerjakan tugasnya.
"hei, cepat salin jawaban Allan supaya kau bisa ikut makan bersama kami" sahut Dilan kepada Erin. Erin terdiam menatap Allan yang sedang asyik memainkan ponselnya.
"apa kau tidak keberatan jika aku menyalin tugasmu?" tanya Erin kepada Allan.
"tentu saja tidak, pertanyaan macam apa itu? salin saja" jawab Allan. "aku mau menelepon adikku dulu, Agung" sahut Allan berdiri dan berjalan keluar kelas.
Erin akhirnya mengeluarkan kertas dan mengikuti Dilan menyalin hasil tugas milik Allan. sesekali Erin menatap keluar kelas dan melihat Allan yang sedang menelepon adiknya yaitu Agung. sepertinya sebuah percakapan yang cukup intens terjadi melalui telepon. Erin sebenarnya penasaran dengan apa yang terjadi, tetapi untuk saat ini Erin tidak terlalu ingin ikut campur urusan kedua temannya yang baru saja ia kenal belum lama ini. setidaknya Erin bersyukur bahwa keduanya adalah orang yang baik.