Erin berusaha membasuh wajahnya dan membersihkan make up yang tersisa. mulai dari lipstik dan eyeliner nya. Pamela hanya memperhatikan tingkah Erin yang tidak henti-hentinya membasuh kan air ke wajahnya. Pamela hanya menghela nafas.
"kau tahu, kau tidak perlu menghapus semua make up mu" sahut Pamela kepada Erin.
"tentu saja perlu, semua ini berlebihan" jawab Erin.
"lagipula.. menurut ku kau tidak perlu make up untuk menunjukkan kecantikan mu yang natural" balas Pamela berusaha menghibur Erin.
"kau bercanda? di depan mu ada cermin yang besar. jelas terlihat bahwa aku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan dirimu. kau cantik sekali" jawab Erin yang kembali membasuh wajahnya.
"baiklah, kita saling memuji sekarang, huh?" Pamela tersenyum namun Erin tidak membalasnya.
Erin akhirnya selesai membasuh wajahnya dan dengan beberapa lembar tissue, ia mengeringkan wajahnya dan berusaha tersenyum walaupun baginya semua itu terasa begitu berat.
"aku berharap aku bisa secantik dirimu" gumam Erin yang melirik ke arah Pamela kemudian memaksakan senyuman di wajahnya.
"kau tahu, kau harus belajar memberikan pujian pada dirimu sendiri. kau membutuhkannya" balas Pamela.
Erin menyaksikan Pamela mengeluarkan lipstik merah kemudian memakaikan lipstik tersebut di bibirnya. Erin ingin sekali merasa percaya diri seperti Pamela namun setelah apa yang terjadi, Erin tidak berfikir ia akan menyentuh make up lagi.
"kau tidak tampak seperti seseorang yang berasal dari Jakarta" sahut Pamela memasukkan kembali lipstik ke dalam tasnya.
"kau benar, aku dari Lampung" jawab Erin.
"Lampung? jauh sekali" Pamela mengangguk mengerti. "sebagai anak Jakarta asli, akan ku berikan saran padamu... jangan pernah dengarkan apa yang dikatakan oleh orang lain, kau berhak menjadi cantik, kau berhak menjadi dirimu sendiri. jika mereka tidak menghargai itu, maka mereka tidak pantas menjadi temanmu" lanjut Pamela membuat Erin tersenyum.
"terima kasih" jawab Erin.
"baiklah..." Pamela merangkul Erin. "ayo kita pergi dari sini, aku bisa mengantarmu ke kosan" sahut Pamela.
"tunggu..." sahut Erin.
"iya? kenapa?" tanya Pamela.
"aku tidak terlalu punya teman di Jakarta dan kau begitu baik padaku.. apakah tidak masalah jika kita bertukar nomor WhatsApp? mungkin kita bisa bertemu dan makan bersama lain hari?" sahut Erin meminta kepada Pamela.
"tentu... berikan ponselmu" balas Pamela.
Erin memberikan ponselnya pada Pamela dan ia segera mengetik nomor ponselnya. Pamela tidak lupa membuka Instagram untuk mengikuti akun miliknya.
"ponsel ku mati, aku akan balas mengikuti nanti ketika ku sudah di rumah" sahut Pamela mengembalikan ponsel milik Erin.
"jadi... apa kita teman?" tanya Erin. Pamela tersenyum.
"tentu saja kita teman... menuju persahabatan sejati" sahut Pamela merangkul Erin dan membuatnya tertawa bahagia.
Erin dan Pamela bersama keluar dari kamar mandi. setelah apa yang terjadi hari ini, Erin senang menemukan teman baru di Jakarta. rasanya bagi Erin masih ada harapan untuk menjadikan masa kuliah sebagai masa terbaik dalam hidupnya. pertama berteman dengan Allan, dan kini berteman dengan Pamela.
satu hal yang perlu dikhawatirkan bagi Erin adalah keberadaan Kevin yang sampai saat ini masih tidak ada kabar. kemana kekasihnya itu, kenapa ia tidak menepati janjinya. apa yang sedang ia lakukan saat ini?.