Pov Fayza
Sebenarnya apa yang aku takutkan dari Varo?
Itu yang ingin aku cari jawaban nya.
Tempramen nya kah, sikap kasar nya atau ia yang hanya ingin tubuh ku?
Aku pernah bilang kalau aku malah menyukai cara seks nya yang agak kasar. Marahnya pun aku sudah terbiasa, bahkan ia bertindak anarkis? Aku masih tidak begitu takut. Lalu apa yang aku resahkan?
Aku mengesap ice lemon tea dari cafe Apartemen ini. Dengan sepiring kentang goreng. Aku bosan di kamar. Dan nyasar di sini. Cafe yang menghadap kolom renang besar. Bahkan banyak orang asing disini ikut menikmati malam mereka sambil bercengkrama. Tentu tak sendiri. Aku ditemani Tasya. Hanya saja orang nya mendadak sakit perut dan izin buang hajat ke kamar dulu. Sampai sekarang belum kembali.
Sejak insiden memalukan tadi sore aku sempat panik. Tapi aneh saja. Dicelana dalam ku tidak ada kebocoran isi perut. Bagaimana bisa cairan menjijikan itu ada di bawah pantat ku. Tapi aku sudah terlanjur membatalkan janji dengan Arland. Menghubungi nya juga enggan. Minat ku dengan Arland semakin menyusut. Pekerjaan, pikiran dan segala hal yang aku lakukan sekarang sudah mengalihkan dia ke sisi jauh dari hati ini. Dan yang aku rasakan hanya sesuatu yang sepi, padahal ini dulu yang aku mau. Saat mengetahui kehamilan yang tak aku kehendaki dengan sepupu sendiri. Aku meyakinkan diri kalau ini sesuatu yang salah aku harusnya bersama dengan pria yang benar-benar aku cintai, dengan Arland!misalnya kala itu. Bahkan dengan tegas meminta Vian untuk jalan di jalan masing-masing.
Lantas...?
Ini sudah terwujud kan!
Dia memiliki cinta sendiri dengan Deasy dan aku?
Aku tertawa mengingat aku mencintai siapa saat ini. Tadi siang saat bertemu Arland saja aku merasa biasa saja dengan nya. Lha.. Saat mendengar permintaan Varo yang ingin ciuman dari negosiasi nya tadi siang. Itu justru membuat ku merasa aneh sendiri. Seperti anak abg yang baru membaca balasan pesan dari gebetan.
Tetap saja fakta bahwa Vian sudah menghilang dan Varo dengan cinta nya dengan Deasy tidak bisa dielakkan. Bahkan tadi Elysa ada kirim pesan. Katanya Deasy ada ke V.E!
Dia tidak cerita detail nya tapi aku tau Deasy ingin lihat keadaan kekasih nya. Ya semoga saja Deasy tidak pergi setelah tau Varo tidak punya apa-apa.
Aku merasa memang kejam sudah membuat harta Varo aku kuasai. Waktu memikirkan itu aku seperti hilang arah. Aku memilih nya karena melihat mereka saling mencintai. Tapi sekarang aku merasa sangat kejam. Malah membuat mereka kesusahan.
" Apa tidak dingin sendirian disini?? "
Aku kaget dengan suara itu. Saat berbalik ada Gavin. Kenapa dia ada disini??
" eh hey. Gavin! Kamu kenapa ada disini? " Tanya ku
" Aku juga penghuni disini. Kamu sendiri? Bagaimana bisa ada disini? "
Aku baru tau kalau dia tinggal di Apartemen ini juga. " Yaach. Penghuni baru'' jawab ku Skasme.
Gavin menunjuk kursi kosong di depan ku. Sebenarnya itu kursi punya Tasya. Tapi aku mengangguk saja. Toh anak nya juga belum nongol. Membuat ku sedikit cemas apakah perut nya baik baik saja.
" Aku kelaparan, stock makanan dikulkas hanya ada sisa plastik nya doang. Kebetulan sekali ketemu yang dikenal. Sekalian bisa nemenin makan" Kata Gavin disana dengan antusias. Dia memang pria ceria yang mudah beradaptasi dengan orang lain. Sifat nya 11-12 dengan Vian. Dan itu membuat ku malah sedih. Rindu dengan Vian. Walau Vian adalah Varo tapi Varo sangat bukan Vian.
" Kenapa bengong? " Gavin mengendikkan jari nya membuat ku terperanjat.
Aku mengedikkan bahu lalu menyeruput lagi minuman ku. Kulihat Gavin memanggil waiters disana dan ia memesan seporsi makanan untuk nya.
" Gavin.. Sorry aku bahas ini. Kamu apakah pernah merindukan almarhum istri kamu??? "
Gavin memajukan pundak nya dengan tangan bertumpu ke atas meja. Ia sedikit merenung " Bohong kalau aku bilang tidak! Kami pacaran 7 tahun dan menikah 2 tahun, 9 tahun bukan waktu yang singkat! Aku merindukan nya tapi keadaan sudah tidak memungkinkan. " Sahut Gavin disana terlihat melow. Kemudian ia tersenyum sampai dua lesung pipi nya terlihat.
" Apakah.. Kamu merindukan dia karena kamu mencintai nya atau hanya mengingat kenangan kalian yang pernah bersama saja?? " Tanya ku lagi dengan tidak tau malu bahkan sangat egois mengangkat topic ini.
" Ya.. Aku merindukan nya karena aku mencintai nya. Apakah kamu sedang merindukan suami mu?? "
Skakmat..! Serasa kepala ku baru di guyur dengan air es dingin. Bahkan kulihat geriyangan mata Gavin yang meledek ku. Tentu! Siapa yang tidak tau drama kisah aku dengan Alvaro plus pelakor nya.
" Tidak! Aku hanya bertanya padamu! Kenapa malah menanyakan nya balik" Sergah ku segera meminun kembali minuman ku. Rasa kecut nya membuat ku sedikit segar lagi.
" Rindu karena kenangan dan rindu karena cinta itu sama saja. Ga mungkin kamu mengenang ngenang orang yang tidak kamu sukai kan. Itu artinya kamu cinta tuh sama sepupu mu!! "
" Ga ah. Ga itu. Jangan meledek ku.. Aku tidak mungkin"
Gavin semakin melebarkan tawa nya. Dengan kesal aku melempari nya dengan kentang di depan ku.
" Ga mungkin apa. Wajah mu sampai merah begitu.. "
"Aku meringis dan menepis apa saja yang ledek barusan.
Kemudian seorang waiters pria nongol. Dia pakai jambang panjang dan kumis kebalik. Kok serasa dejavu ya.
Mirip dengan supir V. E yang mengantar ku tadi sore.
Aku memperhatikan pria ini. Ada tompel di atas jambang nya. Berarti dia bukan supir yang tadi sore. Hanya saja tinggi dan postur nya ini sama.
" Silahkan di nikmati Mas" Kata pria ini pada Gavin. Lalu ia melirik ku yang masih melototinya.
Aku segera menepis rasa aneh yang menjalar. Walau hanya singkat pria ini melihat ku tapi kenapa begitu dalam seperti sedang memarahi ku.
" Ini kesukaan ku. Lobster merah saos lada hitam" Kata Gavin menggosok-gosok kedua tangan nya dengan mata berbinar melihat makanan laut besar itu di piring nya.
" Kau mau? "
Aku mengendik. Aku tak terlaku suka sejenis seafood.
Kuperhatikan Gavin makan nya sangat lahap. Rasanya cara makan nya sudah beda. Waktu pertemuan awal sebagai orang yang akan di jodohkan dulu sangat rapi, elegan. Tapi setelah fix jadi teman dia mulai buka topeng. Makan nya sesuka hati nya bahkan dengan lebar ia membuka mulutnya.
" Wuuuaaah enak sekali. Seger... '' seru pria ini lalu mengambil minuman nya di sana.
Kruuuuuuk
Ia berhenti aku juga mendengar suara perut yang sama. Was was. Aku takut kalau kejadian tadi siang kembali terulang. Apakah itu perut ku??? Seketika aku panik.
" Auuw.. Perut gue.. Aaah" Gavin menggeliat kemudian menekan perut nya. Kenapa ini sangat mirip dengan Tasya? Tadi dia habis minum jus. Belum apa apa dia udah menggeliat kesana kemari.
Aku melirik ke sana kemari mata ku jatuh pada pria berjambang yang serasa familiar itu. Dan malah kegep sedang melihat ke meja kami sambil tersenyum geli. Buru-buru ia berpaling dan pergi saat menyadari matamu menangkap nya. Kenapa aku mencurigai nya??
" Aaaku sakit perut Fayza ! Aku balik dulu ya.. " Kata Gavin segera berdiri dan membungkuk. Wajah nya
Sangat pucat.
" Ya.. Cepat minum obat kalau ga brenti" Kata ku mengingatkan. Tau tau Gavin lari pontang panting.
Pasti sangat kebelet dia. Semoga saja lift nya ga penuh.
Mataku memandangi makanan yang baru dimakan Gavin.
" Ini-?
Aku segera bangkit dari sana lalu mencari keberadaan pria tadi. Kalau benar dugaan ku apa tujuan nya membuat Tasya dan Gavin sakit perut. Mungkin kah dia orang nya Deasy? Apa dia mau mengancam ku??
Bermacan spekuasi muncul di kepala ku. Atau mungkin ini suruhan Varo.
Hanya saja cara ini sangat ringan. Tak Mungkin Varo memberi obat pencahar ke orang-orang ku hanya untuk menakuti ku.
" Permisi.. Maaf saya masuk.. " Kata ku berjalan cepat dan cepat ku lihat bahu pria yang tadi ada di ujung sana. Aku terus mencari jejak nya. Ia menghindari ku. ya aku yakin itu ia seolah tau aku mengetahui nya dan dia berusaha kabur. Apa sebaiknya aku menelepon Leo!! Tapi kalau mata ku lengah sedikit dia akan lolos.
Jalan ku semakin cepat tadi kulihat ia lari di sepanjang kolam ini lalu masuk kedalam salah satu gang sempit yang menuju taman belakang Gedung Apartemen.
Aku Berhenti sejenak. Ini sudah terlalu jauh! untuk menghindari yang tidak tidak aku mengambil ponsel ku dan mencari nama Leo. Belum sempat terpanggil kulihat pria berseragam putih si waiters tadi melintas dari ujung. Kaki ku langsung mengikuti arah tempat itu. Gang yang lembab dan bau rumput yang khas sedikit menyegar kan saat memasuki area taman ini. Disana sedikit gelap hanya lampu taman ada di beberapa pojok.
Aku mempercepat langkah saat mendengar suara langkah dari sebelah kanan lalu kulihat pria itu ada disana. Kabur lagi saat aku melihat nya. Apa dia sengaja??
" Hey Berhenti.. " Teriak ku lalu lari mengejar nya.
Aku tak sadar sudah masuk kedalam taman yang ada beberapa pohon besar-besar disana.
Aku mengejar pria yang bisa berbahaya untuk ku tapi naluri ku seolah mengatakan aku akan baik baik saja.
Aku memperlambat langkah dan berhenti dari pria itu tadi berada sekarang memang sudah hilang lagi.
" Katakan apa tujuan mu? Kamu kan yang membuat adik ku dan teman ku sakit perut? " Kataku seolah bicara dengan udara.
Hening tak ada jawaban hanya suara katak yang mendengkur bersahut sahutan di sana.
" Kamu suruhan siapa?? Bukan hal mudah membuat orang sakit perut di tempat usaha orang Bung ! Backingan mu pasti seseorang yang menargetkan aku kan!!! "
Nafas ku naik turun disini. Suasana alam disini terasa dingin dan itu membuat ku meremang. Aku lalu mengambil ponsel dan menekan ikon hijau pada nama Leo.
Tuuuuuttt
Panggilan itu terhubung lalu ada suara ponsel bedering disalah satu bilik pohon. Dan ini sambung menyambung dengan suara dering Leo.
Mendadak aku dilanda kegugupan. Apakah orang itu sudah menyakiti Leo. Aku mengingat film-film pembunuhan jaman dulu. Dan parahnya aku serasa ada di lingkungan yang memungkin kan. Tempat gelap seolah dalam hutan.
Telepon itu di angkat. Disini aku rasanya ingin lari tapi telepon itu masih menempel di telinga ku.
" Apa kamu tidak kenyamukan disana? Aku sangat kenyamukan disini!! "
Fix itu bukan Leo tapi suara???
Disaat aku dalam keadaan kaget juga hendak kabur tau tau mulut ku dibekap. Tekanan nya kuat juga. Sampai suara ini tersumbat. Bahkan tangan ku satunya terjepit di telinga. Dan satunya sudah di kuasai nya kebelakang.
" Apakah kamu ada dengar ? Setan doyan sekali mau ambil janin apa lagi anak pertama?? " Bisik suara ini membuat ku meremang. 100% ini Varo bahkan Parfume nya juga.
" Apa yang kamu lakukan pada Leo? Kenapa ponsel nya ada sama kamu??? " Cecar ku membabi buta. Aku takut Varo akan menembak Leo lagi seperti malam itu.
" Aku hanya pinjam saja kok!!" Sahut nya disana santai.
Ia lalu membalikkan badan ku dan kulihat pria dengan baju stelan pelayan yang tadi melayani Gavin. Masih ada jambang dan kumis terbalik nya. Hanya saja mata pria ini tampak jernih disini.
Ia melonggarkan bekapan tangan nya.
" Varo! Ini kamu kan?? " Cecar ku menusuk kearah matanya.
Ia terkekeh disana lalu melepas tompel besar diatas jambangnya.
" Iyuuu.. Gatal sekali.. Ini " Dan ia melepas tompel palsu itu juga sehingga wajah nya 100% supir tadi sore. Dan malah menempelkan tompel palsu itu ke sebelah mata ku. Misuh misuh aku melepaskan bedan lengket dan berbulu itu.
" Kamu-
" Jangan kaget! Aku yang mengerjai mu tadi sore dengan eek palsu. Itu cokelat sayang... Bukan eek mu.. " Ucap nya disana mengulum senyum. Ia lalu melepas jambang dan kumis kebalik itu lalu melemparnya asal ke belakang
" Itu tidak lucu Varo! Lepaskan aku ga. Atau aku teriak nih" Ancam ku mencoba melepaskan tangan nya dari tangan ku.
" Oh no no.. Ga ada yang peduli kalau suami istri sedang teriak teriak ditengah taman begini. Sayang...! , aku akan melepaskan mu.. Tenang saja. Aku tidak mau menyakiti mu.. Nanti ada laporan lagi sampe ke Papa Farid kan bahaya... "
Aku kemudian dilepaskan hanya saja ada yang aneh. Varo sangat santai bicara nya tidak seperti biasa yang ketus dan ini malah membuat ku enggan pergi. Seperti mengisyaratkan dia tidak berbahaya.
" Kamu mau apa? Apa mau mencari stempel mu?? Aku katakan aku akan segera mengembalikan nya. Kamu tenang saja. Aku juga tak butuh benda itu lama-lama" Kata ku langsung keintinya. Tentu Varo menginginkan stempel itu untuk mengambil balik semua saham dan aset nya yang aku kuasai.
" Ambil saja itu. Toh itu untuk kamu kan..!! "
Aku tidak percaya dengan apa jawaban nya " Apa! "
Disana kulihat Varo maju selangkah dan aku mundur. Ia berjalan sangat normal. Ini yang aku curigai dari kemaren. Bagaimana bisa? Kulihat sorot matanya jernih seperti Vian mungkin kah?? Tapi kembali terlihat seperti Varo.
" Maksud kamu apa? "
" Maksud ku jelas! Saham dan semua harta atas nama Melviano Andhika Alvaro itu hak nya istri nya. Leo sudah menjelaskan padamu kan sayang? Bagaimana? Apakah ini cukup membuat mu mengenali ku?? "
Aku terdiam bahkan saat kedua bahu ku di guncang oleh nya. Dan sorot mata pria ini jernih dengan perpaduan yang tajam juga. Aku bingung. Dan makin aneh dengan pertanyaan diakhir kalimat.
" Vi vian?? "
" Bukan... ! " Selanya menggeleng
Nafas ku terhenti. " Varo?? "
" Bukan?? " Sahut nya lagi
Alis ku bertautan. Dia mau mengerjaiku atau apa? Kenapa malah main tebak-tebakan begini.
' hentikan.. Jangan membuat ku bingung " Gusar ku menurunkan tangan nya.
" Suami kamu yang paling kece! Pangeran Melviano Andhika Alvaro!! " Ucap nya membuat ku benar benar lupa bagaimana bernafas.
Ia mengguncang bahu ku lagi
" Kenapa kaget? Aku Vian! " Ia tersenyum lembut seperti Vian lalu matanya menyipit " Aku juga Alvaro!! "
" Kamu bingung??? "
Aku masih terdiam.
" Baiklah mungkin kamu butuh Big hug. "
Bahkan aku membiarkan ia memeluk ku. Dan pria ini menyelam di ceruk ku seolah sangat lama tidak melakukan nya. Tubuh ku jusa seolah meluruh dengan porsi tubuh nya seperti itu. Sesaat ada kenyamanan menjalar.
" Vian?? Kamu beneran Vian??"
" Hmm.. Ya. Aku juga masih Alvaro! "
Aku mencoba menariknya tapi ia menolak dan tetap mempertahankan tubuh ku disana. Rasanya aku kembali merasakan sesuatu yang meresap di dalam sini. Sesuatu rasa rindu yang masuk.
" Semua sudah selesai Fayza! Aku dan Varo sama sama ada dan kami jadi satu. Aku dan Varo adalah Melviano Varo dan aku adalah Alvaro.!
Kamu mengerti kan..! "
" Bagaimana bisa?? " Tanya ku masih minta di yakinkan. Aku takut ini akal akalan Varo saja.
" Sebagai Varo aku mengingat semua yang Vian miliki sebaliknya sebagai Vian mengingat tingkah buruk ku pada kamu daaan juga mengingat baik bagaimana kita bercinta!
Mendengar itu aku rasanya mau kabur. Kalau Varo yang mengatakan nya aku wajar saja kalau Vian? Itu mengingatkan ku lagi dengan label sepupu. Sangat memalukan.
Vian merenggangkan tubuh nya dan aku menarik tubuh ku juga.
" Kenapa.. Kamu malu? Aha.. Sudah aku tebak. Jangan bilang kamu masih mengingat hubungan kita sebagai sepupu?! "
Parahnya Vian menebak otakku.
" Aku suami kamu Fayza. Dan kita kan tetap bercinta panas setiap saat"
Mataku melotot horor. Vian sungguh vulgar. Rasanya hawa panas keluar dari kedua lubang telinga ku.
Dia malah tersenyum 3 jari disana. Kemudian dengan cepat ia menarik kepala ku. Lalu main sosor dengan mencium bibir ku sangat rakus.
Aku bahkan ngap ngapan mencari pasokan udara. Hingga ada lampu sorot kecil mencari cari disana.
" Waah gawat ada security! Kita pindah tempat. Okey!!!!