Aku tidak ikut rombongan Mami yang ke ubud. Berhubung ada acara jalan kaki yang mendaki takut capek. Mami mengijinkan ku tidak ikut.
" Sudah ayo ikut kita aja... " Kata Tasya yang sudah bawa perlengkapan ransel nya di belakang. Di sana ada Elysa, Siska dan yang lainnya.
" Kalian juga ikut!! " Perintah Tasya kepada Leo dn Hans.
Hans mengangguk dengan cepat berbeda dengan Leo yang nampak enggan. Ia sibuk menyeruput kopi nya.
" Jangan kerja mulu. Ikut ya kalian.. Abaaaang" Teriak Tasya disana kepada Vian disebelah ku.
" Aku mau mereka ikut bang ya... " Cicit Tasya sekali lagi kepada sodara nya yang sedari tadi banyak diam.
" Terserah" Jawab Vian cuek.
Tasya langsung bersorak girang ! Dan gadis itu lanjut mencari tambahan orang dengan berkeliling seputaran Resto.
" Tasya dah sewa bus! Jadi orang nya harus banyak. Tapi ga boleh ada yang tua. Maksimal 35 tahun. Yang tua Ntar berisik" Kata Tasya dengan dengan semangat 45 tak peduli para tetua disana yang nampak berbinar mau ikut langsung down dengar syarat umur maksimum yang Tasya koar kan.
" Yeee kami juga ga minat ikut" Sahut Mami mencibir sambil mengipaskan kipas kebangsaan nya dengan acuh.
" Alhamdulillah yaaa kalo gitu" Jawab Tasya bersorak.
Tasya lalu kembali setelah mengajak sana sini. Dari tadi aku sibuk melihat prilaku Tasya yang konyol seperti supir-supir diterminal yang lagi nyari penumpang bahkan dengan gaya memaksa para sepupu yang kelihatan nya punya acara sendiri-sendiri.
" Nah itu... Kan teman abang... " Ia berseru melihat kearah Bobby dan Raka yang juga baru muncul di ambang pintu.
" Hey.. Bang.. Abang, abang yang kepala nya botak.. Upiiiin "Teriak Tasya keras.
Itu Restoran Hotel isinya memang lebih dominan keluarga besar dan tamu undangan acara pernikahan kami tadi malam karena berhubung ini hotel juga sudah di booking khusus tamu undangan dan keluarga jadi semua ngumpul di 1 hotel itu jadi lah isi manusia nya yang itu itu saja. Hanya sedikit ada turis luar yang memang tamu hotel lainnya.
Raka dan Bobby mendekati Tasya. Kedua juga terlihat sangat santai dengan kaos dan celana pendek motif bunga-bunga. Mereka seperti nya sudah siap melancong.
" Bang ga ada acarakan. Ikut kita yuk. Udah pesan bus nih.. Ikut yaaa... Kita Diving terus nanti malam bole deh kita ke club.. Bagemane... Kita party" Ajak Tasya dengan embel embel bujukan terakhir yang lebih menggiurkan ditelinga Bobby dan Raka.
" Oh. Oke.. Siap! Kita mau Diving kek. Mau terjun payung gua siap! " Sahut Bobby sambil mengusap kepala nya yang botak.
" Wah siip bang.. Ayok siapa lagi yang mau ikut.. Khusus anak muda maksimal 35 tahun, di atas nya ga bisa ikut... " Teriak Tasya lagi dengan cuek.
" Kita ikut ga Vi? " Tanya ku pada Vian yang ada disebelah ku.
" Terserah aja" Jawab nya disana sambil menekuri ponsel nya.
Aku jadi bingung sendiri. Lelah sih tidak terlalu. Kalau di tinggal bakal bosan juga dikamar. Semua nya pada pergi.
" Ikut Boss.. Ikut " aku mendelik kearah Elysa di belakang ku.
Gadis ini tersenyum sumringah. Sangat antusias malah dengan dress bunga bunga dan topi lebar di kepala nya.
" Moment-moment seru ga bakal keulang kedua kali lho Boss.. Apalagi ini rame rame kan"
Aku membenarkan perkataan Elysa. Dan mengacungi nya jempol.
" Aku mau ikut Vian.. " Kataku pada Vian yang hanya mengangguk singkat lalu matanya kembali menuju hp nya lagi. Aku meringis melihat respon Vian yang dingin. Mungkin sifat Varo sedang mendominasi. Itu pikir ku.
Dan dalam 1 jam bus ini sudah terisi sekitar 25 orang yang sudah diseleksi Tasya dengan ketat. Bahkan Om Ardi yang masih single tapi sudah berumur saja ia tolak mentah-mentah. Dan parah nya model-model V.E yang masih belum pulang juga ikut ia boyong. Semua nya campur pria dan wanita. Itu membuat sumringah Bobby dan Raka serta yang masih single menebarkan sayap mereka. Tak kecuali Elysa yang juga selalu ngecek riasan nya di cermin. Berbeda dengan Hans yang hanya 1 target. Siska! Tapi Siska seperti nya mencoba mencari perhatian Leo. Aku perhatikan dia diam diam melirik kearah Leo yang sibuk melihat keluar jendela.
Aku dan Vian duduk di belakang supir Bus di sebelah kiri ada Bobby dan Raka.
Di belakang ada Elysa dan Siska.
Tasya duduk dengan salah satu sepupu yang lain. Yang aku ingat nama nya Erik. Dia sepupu jauh Tasya.
Sedangkan Leo dengan Gavin di belakang Siska dan Elysa. Hans kulihat duduk dengan Betrand.
Sisanya di belakang para sepupu dan model-model V.E.
Sepanjang perjalanan aku tak hentinya ikut tertawa melihat kelakuan Tasya, Elysa dan juga Raka yang main Tiktok di sana. Bahkan mereka semua nyanyi berjamaah lagu Tiktok yang lagi viral.
" Hahaa liat itu mereka Vi.. Kamu ga ikut bukin video?? " Tanya ku sambil menepuk bahu suami ku. Tapi orang nya tidak menyahut.
Tawa ku memudar serasa hambar sendirian, sedangkan Vian hanya diam sambil melihat ke luar jendela. Aku rasa dia beneran lagi mogok bicara. Kemungkinan besar aku memang ketahuan berbohong dan dia tau aku tadi pagi menghubungi Arland. Tapi kalau aku mengaku sekarang pasti dia tanya alasan nya. Aku harus cari alasan yang masuk akal. Tanpa mengungkit nama Jesicca. Tapi apa?
Ingin sekali aku menceritakan nya tapi aku takut merusak suasana liburan ini.
Biarlah sambil aku cari alasan yang tepat biarkan saja Vian ngambek seperti ini. Lagipula lucu juga melihat Vian seperti anak anak begini. Liat saja sampai kapan ia akan bertahan dan meledak dengan ambekan nya.
45 menit kemudian kami semua sudah sampai di tujuan.
Mataku langsung disambut dengan laut biru dengan angin yang kencang. Rasanya sangat menyenangkan berada di alam yang indah seperti ini. Setelah beberapa bulan penuh dengan masalah ini itu hari ini seolah terbayar indah.
Aku menyebik kesal dengan Via yang terus menghindar. Ya sudah lah.. Lupakan. Nikmati pemandangan ini dulu..
Dan rombongan ini dibantu pemandu tempat disana untuk menaiki kapal yang menunggu kami.
Aku memisahkan diri dari Vian. Dan bergabung dengan Elysa juga Siska dan Tasya. Karena dia seperti nya juga malas bicara bahkan saat aku menoleh ia langsung kelain arah. Umur saja yang tua tapi tingkah seperti bocil.
Dan disini aku terjebak dengan obrolan cewek ala Tasya dan Elysa.
Seperti biasa aku hanya menyahut jika di tanya sisa nya hanya mendengar ocehan Elysa juga Tasya dan melihat tingkah konyol kedua nya yang seperti nya sudah dekat malah cekikikan Bareng-bareng.
" Mba Siska. Jangan kaku gitu donk.. Ini kan lagi event liburan.. Ga rame tau kalau kaku gitu" Seru Tasya disana dengan bibir menyenbik kebawah, diangguki Elysa.
" Iya! Emang wajah saya dari dulu emang begini Nona " Sahut Siska datar. Tersenyum tipis.
" Healaaah. Cocok banged sama kak Fayza! " Sungut anak itu melirik kearah ku. Aku mengabaikan nya dan lanjut melihat ke luar sana di mana kapal ini sudah berarak sejak 10 menit yang lalu. Kulihat diluar sana Vian sedang bersama Leo. Entah apa yang mereka bicarakan kelihatan Leo sangat serius. Kemudian Leo menjauh dan Vian kumpul dengan Bobby dan Raka lagi. Di seberang sana ada para model cewek yang juga sedang menikmati pemandangan di laut lepas. Dari sana ku juga bisa lihat tingkah Bobby juga Raka yang curi-curi pandang dengan pada model yang semua nya terlihat sangat cantik dan seksi. Aku jadi penasaran bagaimana tingkah Vian kalau sedang bersama kawan-kawan nya dan ada cewek cantik didekat mereka. Para pria biasanya suka tebar pesona dan adu ketampanan kalau dengan teman-teman nya. Lihat saja kalau Vian macam-macam aku juga tidak akan tinggal diam.
Disana Bobby dan Raka tampak meledek Vian seolah memprovokasi nya. Lalu aku meringis keki melihat Vian yang memanggil salah satu model cewek disana. Dia kenal nama nya?
Rasanya aku ingin sekali menarik telinga nya tapi rasa gengsi ku tentu lebih besar.
Oke tahan... Fayza liat berikut nya. Sungut ku merasa panas di dada.
Model cewek tadi mendekat kearah Vian dan kawan-kawan. Mereka bicara apa aku jelas tak mendengar nya. Tapi sepertinya ia mengenalkan kepada Bobby dan Raka. Tuh kan. Tingkah suami ternyata semurah itu kalau jauh dari istri. Lihat saja Raka dia pasti ngakunya single. Kau berani bertaruh!
Sabar sabar Fayza...
" Wow. Lagi ngamatin suami nih diem diem! "
Aku kaget dan menoleh kearah Gavin yang nyengir. Wajah ku memerah karena malu. Mengintip tingkah laku Vian di sana genit-genitan dengan para model. Itu juga membuat harga diri ku merembes.
" Ih ga.. Lagi liat laut kok" Koar ku mendengus kesal
" Ciyeee.. Cemburu itu. Hhhaa.." Ledek nya disana. Aku misuh misuh lalu pergi dari depan Gavin yang masih meledek ku.
Kulihat Leo ada di salah satu jendela. Kebetulan sekali. Aku ingin menanyakan sesuatu padanya. Tapi ternyata kapal yang membawa kami sudah sampai di pulau kecil yang aku tak tau nama nya. Kami semua segera turun dari sana.
Ternyata disana ada wisata alam bawah laut. Sebagian yang ingin melihat bawah laut dengan kapal selam mengikuti petunjuk guide. Sedangkan yang mau melakukan diving juga mengikuti pemandu lain.
" Boss? Diving apa ikut kapal selam? " Tanya Elysa.
" Kamu? "
" Diving doonk.. "
Aku mengangguk lalu melirik kearah Vian.
" Vi.. Kamu ikut man-? "
" Ya sebentar Bob" Potong Vian lalu malah meninggalkan ku dan menuju kearah Bobby yang memberinya stelan menyelam.
Aku mendengis keki. Sumpah tingkah Vian sangat childish!!
Aku kembali kedepan Elysa.
" Aku takut baju nya kentat kasian baby ku. Aku ke kapal selam aja! " Kata ku memilih yang lebih aman walau rasanya sedih aja harus pisah kelompok dengan Vian, secara aku orang nya sulit berbaur dengan orang lain. Ya walau masih ada para sepupu. Tapi aku masih kaku dengan mereka.
" Aah iya ya ! Mau saya temenin Boss? " Tanya Elysa lagi. Tentu saja aku tidak mau mengacaukan liburan nya. " Ga perlu." Jawab ku lalu aku segera mengasingkan diri. Kulihat lagi Vian sedang tertawa lepas dengan Raka bahkan ada model yang tadi bergabung kepala ini mau meledak saja.
Dengan gusar aku melangkah kesana. Kedatangan ku malah membuat mereka diam seribu bahasa dan Vian, dia mengacuhkan ku.
" Ini kasih ke dia tas nya" Aku menyerahkan tas slempang Vian kepada Raka dengan kasar lalu pergi. Kulihat di grup kapal selam ada Ninda. Sepupu ku yang masih Smp. Kau segera berlari kearah nya. Walau terasa canggung tapi aku ga mau terlihat memalukan sendirian.
Kemudian kulihat Leo juga ada masuk di rombongan kapal selam.
" Nin. Aku kesana dulu ya" Kataku segera di angguki Ninda yang terlihat kikuk dengan ku itu. Aku segera menoel bahu Leo ketika di belakang nya.
" Fay.. Eh mm nyonya..! "
" Kebetulan! Ada yang mau aku bahas dengan kamu" Kataku sembari terus nengikuti alur anggota lain yang juga mau melihat dunia bawah laut dengan kapal selam ini.
" Aku perlu data tentang kematian Jessica! " Pinta ku pada Leo setelah kami sudah dapat bergerak nyaman di dalam kapal selam itu yang sudah masuk kedalam laut.
" Jessica? "
Aku mengangguk. " Ya.. Ibu kandung Vian. Bisa kan? "
Leo mengangguk " Untuk apa? "
" Tadi malam aku menerima memo aneh dari nama Jesicca. Lalu melihat nya dan aku menemukan pulpen yang isinya malah nomor telepon Arland! "
Leo diam saja mencerna cerita ku " Arland?? "
Aku mengangguk. " Ya. Aku sudah menanyakan nya tadi pagi. Tapi seperti nya dia mabuk dan susah di ajak komunikasi! Tolong kasih aku info secepatnya ya.. "
" Baik" Sahut Leo. Lalu sisa nya kami menikmati pemandangan dibawah laut dengan kapal itu, aku sendiri berbaur dengan adik sepupu yang lain walau terasa sendirian juga karena sulit sok dekat dan membuka wacana.
Sekitar 20 menit kapal itu berputar kembali dan naik kepermukaan. Rasanya cukup melegakan. Kalau tau begini aku memilik stay di kamar hotel. Tidur seharian.
Kami semua kembali ke tempat tadi yang berupa resort indah. Dan mereka seperti nya belum kembali. Aku memilih duduk di Cafe Bar disana yang berupa lesehan kursi santai tepat berhadapan dengan pantai laut. Memesan seporsi makanan, jus jeruk dan sepiring cemilan kentang goreng. Sekitar lebih setengah jam mereka belum kembali juga.
Membayangkan bagaimana keseruan disana yang membuat para suami itu melupaka para istrinya. Membuat ku kesal setengah mati.
" Liat saja nanti aku balas" Seru ku kesal.
Aku mengambil ponsel lalu mengetik sesuatu ke pesan Vian.
" Asik ya main cewek. Lupa istri! Fine!!!! Lupakan Fayza!!! Fayza ga ada jangan nyari2 oke!! "
Aku tak tau kenapa aku mengirimi hal itu. Tadi nya gensi ku gede banged tapi rasanya disini emosi ku malah meledak.
Setelah mengirim nya aku segera mehabiskan makan ku
Lama kelamaan rasa keyang yang ada
Membuat ku malah mengantuk apalagi angin deras dan desiran air laut yang begelung disana membuat indera pendengaran ku sangat rileks dan kelopak mataku semakin terasa berat, mungkin tidur sebentar akan mengurangi rasa bosan ku yang menunggu mereka.
" Nyonya! "
aku terperanjat saat Leo mendekat.
" Ya!
" Saya mau menyusul ke Varo. Anda mau ikut? "
Aku menggeleng sambil menguap " Tidak aku sangat ngantuk"
" Baiklah" Leo lalu berlalu disana. Aku lanjud menutup muka ku dengan topi putih dan kacamata ini. Rasa ngantuk ku semakin besar dan berkali kali menguap. Hingga rasanya tubuh ku seperti angin terasa sangat ringan. Dan entah berapa lama aku tertidur disana.
Seperti ada rasa panas yang membakar. Aku membuka mata dan di atas tampak langit cerah yang sangat terik di atas sana lalu suara burung diatas yang berkeliling. Ada yang aneh perasaan tadi aku di bawah payung lebar.
Rasa panas kembali seperti menyiram keseluruh badan ku. Spontan aku bangun dan saat itu nyaris saja jantung ku melompat. Karena tubuh ku bergoyang.
Sekeliling ku air. dan aku berada di dalam perahu kecil seorang diri di tengah laut yang luas.
*
*
*
Author Pov.
" Balik balik... " Teriak Tasya oakai toak guide yang sudah diatas kapal dengan pakaian lengkap. Di sisi kapal masih ada Bobby yang masih tebar pesona dengan model berambut bob sejak awal ia terus gencar menggombal dengan model blasteran itu.
" Satu jam lagi ya"
Sahut Bobby nyengir
" Satu jam pala lu bang.. Gue haus.. Dehidrasi ni.. "
Gavin menyodorkan segelas jus jeruk kearah Tasya.
" Gua mau air kelapa... " Tolak Tasya cemberut.
" Ya sudah buruan balik. Nah itu siapa yang datang" Gavin menunjuk sebuah skyboat yang datang dengan cepat.
" Itu seperti nya Leo! "
Disana Leo datang mendekat dan segera melompat ke atas kapal. Ia mencari keberadaan Varo.
" Bang.. Kak Fayza dimana? " Tanya Tasya pikir ipar nya itu juga ikut
" Tidak ikut! " Sahut Leo lalu melihat Varo yang baru muncul di permukaan air. Hidung Varo sampai sangat merah karena kelamaan menyelam.
" Tuan. Saya dapat kabar tentang Anthony! "
Varo segera naik ke atas kapal dan menerima handuk yang diberikan Hans. Menggosok kulitnya yang basah beberapa kali.
" Apa yang kamu dapatkan?? "
" Anthony pernah ada hubungan dengan Jesicca. Maksud saya Ibu anda! "
Varo berhenti mengeringkan badan nya lalumenatap Leo tajam.
" Anthony? "
Vian ingat rupa Anthony yang pernah ia temui di rumah sakit sewaktu Ibu nya Arland sakit. Pria itu sempat melihat nya dengan aneh. Itu yang ia ingat selebihnya ia tidak ada pernah bertemu dengan pria itu lagi maupun ingatan di masa lalu.
" Dan lagi. Tadi nyonya meminta saya menyelidiki kematian ibu anda. "
" Fayza?? "
Leo nampak ragu. Ia merasa mengkhianati Fayza. Tapi tentu Anthony dan Arland merupakan satu garis yang sama.
" Dia bilang tadi malam ada yang mengirimi memo atas nama Jesicca. Lalu nyonya menemukan pulpen yang isinya nomor telepon Arland. Nyonya tadi pagi menghubungi Arland tapi tidak menemukan keterangan"
" Pagi tadi? " Vian mengingat bagaimana saat ia hendak masuk mendengar Fayza sedang menghubungi seseorang dan menyebut nama Arland ia sengaja menguping tapi keburu istri nya itu menutup telepon dan itu faktor ia merasa kecewa dengan Fayza. Ia pikir istrinya nya itu diam diam masih menghubungi mantan nya itu. Apalagi Fayza membohongi nya.
" Jadi karena masalah itu dia menghubungi Arland? " Runtuk nya sedikit merasa lega walau masih ada kekecewaan tentang kebohongan Fayza.
'' kenapa tuan? " Tanya Leo bingung.
" Tidak! Cepat cari tau tentang memo itu, Arland dan Anthony juga ibu ku dia tidak mungkin masih hidup "
" Baik"
Vian menghela nafas berat. Ia berbalik kearah laut mencoba berpikir Keras dengan keterkaitan semua nya" Memo atas nama Jesicca. Siapa yang sedang bermain main disini... " Geram nya meradang.
Vianvaro lalu mengambil ponsel nya ada pesa dari Fayza.
Membaca isi nya. Disana jelas Fayza sedang mengutuk nya.
" Dia melihat nya! Aah.. "
*
Vian dan Leo kembali ke daratan lebih dulu ketimbang yang lain yang masih susah di ajak pulang. Ia segera mendekati tempat Fayza terakhir Leo saat meninggalkan nya.
" Sebelah sana. Itu topi Nyonya" Kata Leo menunjuk kursi yang ada disana. Sebuah Cafe Bar ala pinggir pantai. Dimeja juga masih ada sepiring makanan dan jus jeruk yang tampak mencair.
" Sayang... " Panggil Vian mendekat. Ia merasa bersalah sudah mendiamkan Fayza sejak pagi lalu memisahkan diri dari rombongan.
Di kursi santai berlapis busa berwarna orange itu hanya ada topi lepar berwarna putih milik Fayza dan kain bali yang menjadi alas tempat istri nya itu berbaring seperti kata Leo. Bahkan sendal nya masih ada di pasir. Hanya saja Fayza tidak ada disana.
***
Up 2 hari sekali yaaaa.... 😅😅🙏🙏🙏