Wajah ku masih sangat merah tapi kaki ini juga malah masih mengikuti pria yang membawa ku kedalam gedung Apartement dengan bilik yang tak ku kenal. Setiap melihat matanya melirik ku aku menunduk malu. Dan tangan nya terus menggenggam tangan ku.
" Ini apartement Leo" Kata Vian lalu mendorong pintu disana.
Aku ikut mengikutinya dibelakang. Hingga aku melihat ada sosok Leo yang di terjerat dalam kursi.
" Leo..
Aku melepas tangan Vian lalu masuk kedalam kamar dimana pria itu seperti nya masih pingsan.
" Leo.. Bangun " Kata ku dengan panik dan segera menarik simpul tali tambang yang menjerat badan besar nya.
" Jangan khawatir dia hanya kubius sejam lagi juga bangun kok"
Aku melihat kearah Varo dengan marah. Dan masih berusaha melepaskan tali itu. Ikatan nya sangat kuat. Tangan ku sampai sakit tergores gores tali itu.
" Kamu menipu ku lagi kamu bukan Vian. Vian dan Leo bersahabat. " Kata ku dengan panik mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk memotong.
" Dia tidak mempercayai ku sih. Aku juga harus gercep kan. Jadi ku bius saja dia biar ga bawel" Sahut Varo dengan santai. Bahkan ia masih bersandar di ambang pintu.
Aku menemukan pisau di dekat buah segera benda itu aku gunakan untuk mengiris tali tambang dengan susah payah.
" Itu pisau buah. Bakal lama. Leo punya samurai... "
Aku terperanjat mendengar samurai dan saat ku angkat kepala mata ku syok melihat pedang panjang yang tampak sangat panjang dan panjang, Varo menebaskan benda itu beberapa ayunan. Sampai rasanya jantung ku nyaris copot.
Lalu kaki ku kejatuhan tali tambang itu. Disana Leo merosot. Spontan aku menahan tubuh nya yang berat.
Suara dentingan samurai tadi dilempar dan memekikan telinga. Tangan ku malah di jauhkan dari Leo.
" Jangan sembarangan sentuh pria Fayza. Apa kamu tau aku cemburu melihat mu dekat dengan Leo"
Aku tergugu mendengar nya. Dan ngeh saja membiarkan Varo menarik tubuh Leo yang bobotnya lebih besar dari nya. Pria itu sudah ia taroh diatas kasur nya sedang tertidur nyenyak.
" Jadi kamu Vian apa Varo sih??"Tanya masih merasa ragu.
" Coba kamu buka laci nakas sebelah sana. Kamu akan menemukan k*nd*m yang banyak, itu koleksi Leo dari berbagai negara" Kata Varo membuat ku terperangah.
" Ga mau. Untuk apa!!! "
" Kan kamu ragu aku ini Vian atau bukan. Varo ga mungkin tau ini yang mengenal Leo hanya aku" Kata nya disana. Dan aku melihat laci yang di maksud Varo. Aku menuju kesana lalu menarik nya ada kotak persegi didalam nya. Benda itu aku ambil dan aku buka.
Benar saja didalam nya ada berbagai warna dari benda menggelikan yang baru aku lihat seumur hidup. Jumlah nya banyak ada lebel keterangan dari nama nama negara.
Serius ini Leo?? Kenapa rahasia seorang pria ini sangat mengerikan. Apa yang dipikirkan Leo saat melihat benda-benda ini???
" Mau ambil satu? Cari size Arab itu cocok tuh buat my little prince!! "
Kata Varo disana. Ia lalu tertawa kecil. Senang sekali dia menggoda orang.
Aku segera mengembalikan kotak mengerikan itu.
" Udah selesai.. ! Kita ke kamar sebelah bagaimana?? "
Disini aku serasa cengo. Mata ku melihat Varo
dengan gugup.
" Aku ga mau! " Sergah ku segera berjalan cepat menuju pintu.
" Ya.. Fayza... Kamu kenapa begitu aku sudah lama puasa "
Telinga ku mendengung mendengar kalimat nya yang menjurus kesana. Dan ini sukses membuat ku panas dingin. Parah nya lagi ia mengikuti ku lalu memblokade jalan ku dengan seringaian yang sulit dijelaskan.
" Jangan buru-buru. Jalan nya hati hati sayang. Nanti anak kita kaget Ibu nya lari marathon.. Begini"
Vian mehadang ku mengikuti kemana kakiku berusaha menyelip.
" Varo dengar! Aku aku..
" Aku aku apa?? " Matanya mehunus kearah mata ku. Mata Varo yang tajam tapi juga sangat jernih dengan ciri Vian dan itu sukses membuat ku sangat gugup. Mata ku menatap dada lebarnya yang terbalut seragam pelayan membuat dia terlihat sangat maskulin. Dan aura mereka memang seperti berbaur dengan satu. Sisi dingin dari Varo dan rasa nyaman yang Vian miliki. Lalu kenapa aku merasa ingin memeluk dada bidang VianVaro ini.
Aku melihat kebelakang sudah mundur beberapa langkah Varo mengintimidasi ku didepan ini dan bersamaan menghipnotis ku dengan mata nya.
" Sebelah sini sayang.. "
Aku terperanjat saat ia membuka pintu kamar sebelah. "Sejak kapan ada di-"
Tangan ku langsung di tarik kedalam dan Varo mengunci kamar itu. Kulihat di belakang ada kasur nyaman dengan lampu temaram yang juga sudah diselimuti hawa adem dari ac, seperti nya ini sudah disiapkan.
Oke fine. Mungkin aku harus ajak dia bicara untuk mencerna semuanya.
" Ini tidak mungkin Varo membiarmu kembali Vian!"
" Apa kamu tidak senang melihat ku kembali Fayza?? "
" Bukan! Aku hanya masih tidak percaya secepat itu Varo menyerah?? "
Mataku ku makin terkesiap melihat Varo atau Vian didepan ku ini melepas baju nya. Mata ku langsung kuarahkan kelain arah. Tapi dari ekor mata ku ia malah menuju depan cermin. Melihat sisi samping dirinya dengan kepala mengengok kesisi kanan.
" Waah. Sudah.. Ada kemajuan... Perut ini lebih maju" Pekik nya disana mengelus perut nya yang masih dalam bentuk yang sama.
" Pasti karena aku hanya makan tidur " Gerutu nya disana lalu memeriksa wajah nya seperti menelaah wajah nya sendiri. Hingga ia berdecak berkali kali. " Aman. Masih tampan!! "
Apa aku diabaikan oleh dia?? Dia malah sibuk memeriksa dirinya. Sampai mata ku melebar melihat Vian membuka celana nya sendiri lalu menengok ke isi nya.
" Hhooo. Rudal ku masih nurut tau aja mana yang pantas di masuki" Kekeh nya membuat ku makin keki dan wajah ini kembali memerah. Bisakah ia kondisikan mulut laknat nya.
" Hey.. Vian... " Teriak ku kesal di anggurin.
" Eh-" Vian menghentikan aktivitas konyol nya ia tersenyum garing kearah ku. Jadi didepan ku ini berapa persen Vian dan Varo? Sungguh aku masih dilanda linglung.
" Apa sih Fayza.. Apa... " Tau tau di mendekat dengan langkah lebar lalu menjepit bibir ku sampai aku bisa melihat bibir ku maju dengan menumpu. Suara ku pun terdengar aneh. Aku memukul mukul tangan nya. Melihat nya kesal juga seenak nya menarik narik bibir orang. Dan orangnya tertawa lebar.
Aku masih melihat nya pedas dan dia seolah tak berbuat salah. Tapi kemudian aku tersenyum. Terkadang hal kecil remeh seperti ini malah yang dirindukan. Dan ini Vian sekali. Tingkah tengil nya yang sekecil apapun bisa berubah jadi hal yang dikangenin.
" Kamu mau ngajak ngobrol dulu. Ayoook.. " Pinggang ku di tarik dan Vian membawa ku sofa yang ada dikamar itu. Tapi melihat nya hanya mengenakan boxer kentat itu malah membuat ku gagal fokus. Apalagi orang nya duduk nya parah. Dengan kaki dilipat diatas sofa sebelag nya berdiri. Entah kenapa mata ku malah tertumpu pada sesuatu didalam sana yang menyamping. Apa ia sengaja berpose seperti itu. Aku menutup mata sebentar agar otak ku tak ikut miring.
" Varo? "
Ia menoleh. Tak ada yang berubah dari sorot nya. Jadi apakah mereka sudah menyatu. Ini memusingkan!
" Kenapa? Kenapa kamu membiarkan Vian masuk. Bukan nya kamu sangat benci dia. Apalagi Vian menentang hubungan mu dengan Deasy? "
Aku menarik nafas lagi. Ini pertanyaan yang menurut ku sangat dalam untuk Varo dan aku perlu mengetahui nya.
Vianvaro menyebikkan senyum nya. Matanya tertumpu pada ujung meja. Dari reaksi nya ini lebih dominan pada Varo. Dan cukup lama dia diam.
" Kamu selalu salah mendiskripsikan hubungan ku dengan Deasy! Aku hanya terbiasa dengan nya selama bertahun-tahun. Aku juga merasa bersalah dengan kelumpuhan kaki nya. Itu yang mendasari ku condong dengan nya. Tentu sebelum Vian mempertemukan kita"
Tapi bayangan ku malah lari sewaktu di rumah Deasy itu. Aku melihat jelas bagaimana hubungan Varo ada Deasy. Caranya memperlakukan Deasy itu melebihi dari rasa tanggung jawab yang ia sampaikan.
" Benarkah. Tapi aku melihat nya tidak begitu...
Vianvaro melihat kearah ku " Jujur aku kesal melihat kalian saling mengasihi seperti itu. Dan aku mengikuti saran Leo untuk menggunakan stempel itu agar Vian kembali. Aku sudah jahat dengan Varo. Aku memang wanita munafik. Waktu itu aku bilang aku tidak akan menyingkirkan Varo nyatanya!! Tapi disini bukan hanya Vian yang kembali tapi juga Varo kan. Aku masih bingung bagaimana memperlakukan mu. Setengah misi ku berhasil setengah nya aku merasa malu berhadapan dengan Varo, pasti setengah jiwa kamu. Membenci aku juga kan!!! "
Aku tersenyum kecut.
" Begitu ya"
Ia malah terkekeh sendiri. Apa dia menganggap ini bercandaan. Padahal aku Mengutarakan nya sepenuh hati.
" Kenapa kamu senyum? "
" Ga! Aku sudah nebak kok. Kenapa kamu malah menyerang ku tiba-tiba! Jujur. Awal nya aku kaget dan merasa di curi. Hanya saja aku malah tak masalah mau kamu ambil semua saham dan aset ku sampai kamu puas. Asal kan tidak menghindari ku! "
Aku tertohok dengan sorotan VianVaro disini. Apa dia mau membahas beberapa hari yang lalu aku susah payah menghindari nya sampai menyewa banyak bodyguard. Aku melakukan nya karena tidak mau bertemu dengan nya. Dengan Varo ada emosi yang tidak bisa aku jabarkan. Dan membenci pria itu setiap mengingat nya dengan Deasy!
" Kamu pasti sangat marah dan ingin belas dendam. Karena itu aku menghindari mu" Sahut ku berbohong dan terbata.
" Oh. Aku pikir karena kamu tidak ingin diganggu kehadiran ku lagi! Apa kamu tau bagaimana aku frustasi memikirkan mu yang malah selalu bersama Arland. Bersama pria pria model disana?? "
Bibir ini kaku. Apa lagi ia membawa nama model- model itu. Jadi dia tau aku masih bertemu dengan Betrand dan lainnya.
" Tapi itu ada positif nya juga. Kamu memberikan fakta bahwa aku tidak mau kehilangan mu. Tidak mau kamu kembali dengan Arland dan dekat dengan pria mana pun, well.. Aku kalah. Aku mengaku aku mencintai mu.. "
Mendengar itu rasanya ada hujanan petasan di atas kepala ku. Dan mendadak kuping ini budek.
"Tadi kamu bilang apa?? "
Ia menarik kedua kaki dan turun dari sana. Lalu mencondongkan kepala nya ke meja pembatas kami.
" Aku bilang aku mencintaimu "
Mataku terkunci oleh mata yang kuyakini adalah Varo.
" Itu tidak masuk akal. Bagaimana dengan Deasy?? " Sergah ku menghindari matanya yang seperti itu.
" Aku sudah bilang kamu salah mendiskripsikan hubungan ku dengan Deasy! Dan yang kamu lihat itu hanya sebagian. Mungkin kamu pergi sebelum aku melepaskan tangan nya. Kamu sampai salah paham begini. Tapi kenapa kamu kesal melihat ku begitu dengan Deasy? Apa kamu cemburu? "
" Cemburu? Tidak! Aku hanya kasian dengan Mami dan Tasya yang kamu abaikan" Sahut ku dengan mata ke arah lain. Rasanya aku sedang di investigasi oleh kepala kepolisian saja. Hingga Ada helaan kekecewaan yang ku dengar.
" Oh jadi begitu. Aku pikir kamu cemburu. Aku sudah Geer saja. Jadi pada intinya. Vian ataupun Varo tidak bisa mencuri hati kamu ya Fayza?? "
" Itu-
Bibirku bergetar. Aku sendiri tidak tau bagaimana perasaan ku dengan Vian maupun Varo. Hanya saja aku memang merasa sedih dan patah hati saat melihat ia dengan Deasy kemaren. sama dengan saat aku hancur saat melihat Arland selingkuh dengan Gladys.
Vianvaro menarik badan nya disana spontan tangan ku malah menarik jarinya. Aku mendadak gugup. Tangan ku segera aku tarik lagi.
" Sebenarnya.. Aku -
Aku gugup. Harus ya aku jujur dengan nya.
" Apa? "
" Aku berbohong kalau sedang keluar dengan Arland"
" Dan.. Tentang model itu. Itu karena aku sedang ngidam saja.. "
" Apa! "
" Jadi kamu itu semua bohongan?? "
Aku mengangguk lalu menarik pipi dalam ku. Cukup memalukan memang membawa nama nama mantan sekedar ingin lolos darinya.
" Oh oke. Tapi bagaimana bisa kamu ngidam model-model itu. Yang bapak nya itu aku. Tapi -
Aku mengedikkan bahu " Ga tau aku juga bingung. Tapi setiap melihat mereka aku merasa senang dan bahagia. " Sahut ku lalu tersenyum sendiri mengingat bagaimana saat di dekat mereka.
" Yaa... Apapun itu! Aku tidak mau kamu menemui mereka lagi. Biarkan saja anak ku ileran. Ntar aku bikin kan mangkok di baju nya biar nampung iler nya"
Mendengar itu aku tertawa kecil apa dia sangat cemburu. Rasanya aneh dan ada kebahagian kalau diri sendiri di cemburui oleh orang.
" Baiklah. Kalau kamu tidak suka aku tidak akan menemui mereka lagi" Kata ku membuat Vianvaro terlihat lebih tenang. Sumpah saat melihat nya bereaksi seperti tadi benar benar merasa dicintai sepenuh nya. Apalagi ini Varo pria yang kemaren membenci ku dengan alasan tak masuk akal. Dan fakta bahwa ia juga mencintai ku itu memberikan rasa yang tenang disini. Lalu apakah aku juga mencintai nya?
" Terimakasih.. " Vianvaro mengulas senyum lalu mengusap lengan ku. Ia lalu beranjak dari sana. Ia lalu kembali mengenakan celana dan kemeja putih tanpa auter pelayan.
Kenapa ia berpakaian. Bukan nya tadi dia seperti mau mengajak ku. Mengajak hmm.. Apakah aku salah kaprah.
Aku terbatuk. Rasanya ada kecewa juga. Emang apa yang aku pikirkan. Bercinta dengan nya? Tadi ia sengaja mengajak ku ke kamar ini. Apakah ia mengurungkan niat nya setelah kecewa dengan ku.
" Ini sudah malam. Tasya mungkin khawatir kamu tidak kembali. Apa kamu mau aku antar?? "
Aku bangkit dari sana.
" Ga usah. Aku bisa balik sendiri. Tasya mungkin akan memukul mu kalau melihat mu. " Kata ku segera membenahi rambut yang sedikit berantakan.
Vianvaro mengikuti dibelakang sebelum mencapai pintu. Tak tau kenapa aku merasa tidak ingin pulang.
" Bulan ini aku belum kontrol. Nanti temani aku! Kataku dengan suara gugup membuka pembicaraan tapi sebenarnya nya aku hanya mengulur waktu.
Ia hanya mengangguk tanpa berkata apa apa. Dari riak wajah nya ada sesuatu yang membuat nya memendam nya. Ini apakah tentang perasaan ku padanya tadi.
sebelum kaki ku sampai di ambang pintu. Aku berhenti. Ini gila memang. Aku tak pernah bertingkah liar dan berlebihan dengan seseorang hanya saja situasi ini membuat ku frustasi.
" Ada apa? Apa ada yang ketinggalan? " Tanya nya disana kaget melihat ku berhenti.
Aku berbalik dan malu malu melihat wajah nya " Emmm... Apa kamu memang ingin aku balik? " Tanya ku lalu menutup mata ku rapat-rapat. Aku terlanjur mengucapkan nya jadi harus terima konsekuensinya.
Vianvaro menaikkan alis nya. Bibir nya menyebik. " Aku rasa kamu ingin pulang kan. Pasti tak nyaman selalu aku ganggu..! "
" Tidak- aaah... Ya. Tapi..
Aku menggaruk tekuk ku yang tak gatal fine lupakan. Ini sudah memalukan. Aku tidak pernah terlihat seperti j*lang begini. Kecuali malam terakhir di bath up waktu itu dan itu kulakukan karena ada unsur tujuan. Kalau sekarang..
Aku melangkah kearah nya. " Aku harus mengatakan sesuatu sebelum aku pulang.. Aku.. Tak memiliki perasaan lagi dengan Arland.. "
Ia memgangkat kepala nya. Seolah terkejut dan menerima pernyataan ku.
Sesaat diam. Apa aku harus melanjutkan nya lagi??
Rasanya ini memalukan.
Tangan ku mengulur ke baju nya " Kamu benar. Aku pergi saat melihat kamu begitu peduli dengan Deasy aku marah dan kesal kenapa kamu begitu manis dengan Deasy. sedangkan dengan ku kamu sangat membenci ku. Otak ku hilang akal sampai menggunakan stempel itu untuk memisahkan kalian."
Aku menarik nafas sebentar.
" Aku egois ingin memiliki mu seutuhnya Varo!! "
Jari ku mengerut di kemeja putih itu. Dan menaikan kepala mehadap kearahnya. Aku benci ia hanya diam saja seolah terus ingin mendengarkan ucapanku yang semakin terdengar menggelikan ini.
" Baiklah aku pulang... Selamat malam" Ucap ku lantang. Aku sudah mengatakan nya juga jadi sebaiknya aku merendam kepala ku dengan air es biar cepat beku lagi.
Aku segera berbalik dari sana. Dan seperti nya salah satu harapan ku terwujud. Saat aku menarik pintu kedalam ia malah mendorong nya kembali tertutup.
" Fayza jangan menguji ku!! Apa setelah mengatakan nya aku akan membiarkan mu pulang dengan selamat!! "
Aku melihat nya dengan polos. " Apa maksud mu?? " Aku berbalik dan wajah nya sudah kembali dekat di wajah ku. Ada buruan nafas yang kudengar disana. Ia lalu menangkup wajah ku. Tangan nya terasa cukup hangat. Bahkan aku bisa mendengat suara jantung kami berdua
" Jadi apa kamu sudah jatuh cinta dengan Varo?? "
Kau merasakan desiran naik keatas pipi ku saat siratan mata nya disana melihat ku dengan penuh hasrat.
Aku menggeleng dan itu membuat nya menjauhkan wajah nya.
" Aku mencintai kedua nya Vian dan Varo! Mau kepribadian yang mana aku mencintai kalian.. " Ungkap ku membuat nya kembali menatap ku penuh kasih.
" Benarkah.. Kamu mencintai ku? " Serius??? "
Bisa kulihat riak dimatanya yang berbinar.
" Ya.. Aku Fayza. Sepupu mu ini sudah jatuh cinta dengan Melviano Andhika Alvaro" Ulang ku membuat nya semakin yakin.
Tiba-tiba saja tubuh ku diangkat spontan aku mengalungkan tangan ku ke leher dan melindungi diri dengan mengalungkan kaki ku juga di pinggangnya.
" Vian. Ini bisa jatuh. Kau tau aku sedang hamil.. " Pekik ku cemas.
" Aku tau. Tapi aku kuat Fayza! Jangan remehkan perut buncit ini kau bisa duduk disana sebagai pijakan" Umbar nya membuat ku geli. Bahkan aku yakin ia menahan berat ku.
Beberapa detik aku mulai bisa menyeimbangkan diri. Aku dibawa seperti anak kecil kembali kedalam kamar tadi. Kulihat iris mata jernih Vian yang mengandung sorot tajam ini dengan dalam. Bahkan aku tak menyangka akan mengatakan hal tak terduga tadi dan ucapan ku memang mewakili perasaan ku. Setelah melihat nya seperti ini aku semakin yakin aku mencintai nya. Mencintai sepupu ku yang mesum dan memupunyai kepribadian ganda ini. Bahkan aku baru sadar kalau Vian itu memang tampan ya. Hidung nya mancung dengan bibir merah dan matanya yang besar ini sangat menggemaskan. Tidak salah aku dulu pernah bimbang dengan Vian persi kecil. Pernah menyukai nya tapi ragu itu perasaan apa. Mungkin kalau dulu aku lebih peka aku yakin dari dulu aku sadar aku mencintai Vian.
Vian berhenti di atas kasur aku segera turun dari badan nya.
" Aku meremehkan mu. Kamu kurus kenapa berat sekali" Keluh nya sambil mengurut bahu nya.
" Itulah rahasia orang kurus. Jangan remehkan aku! Ucap ku lalu membantunya melepaskan kancing baju nya. Tapi ia malah menghentikan ku. Ia malah langsung melepaskan kemeja nya itu.
" Kamu sudah sangat pintar Fayza. Apa aku sebagai Varo sudah memberikan efek bercinta yang buruk padamu??"
" Tidak! Aku malah menyukai nya! " Aku ku jujur. Ya ini gila aku menyukai percintaan yang kasar.
Vianvaro menggeriyangi mata nya " Kau tau aku sebagai Vian sebenarnya tidak berani menyentuh mu lagi. Mungkin sepertinya aku harus berterima kasih dengan Varo. Dia menyalurkan cinta dengan cara nya . Jadi..! Apa genre percintaan apa kita malam ini?? "
********
udah bersatu nih readers...
mau di tamatin apa di tarik ulur dulu. 😃😃😃
saran dan komentar nya ya...