Chereads / One Night with a pervert Cousin / Chapter 61 - Enam Puluh Satu

Chapter 61 - Enam Puluh Satu

Author Pov

Tasya merasa pinggang nya encok setelah bolak balik dari kamar mandi dan perut nya terasa melilit. 1 jam berlalu perut nya sudah mendingan. Ia pun turun kebawah menuju apotek. Sekalian mau nyari makanan buat pengganti isi perut yang terbongkar habis.

" Aduuuh kak Fay dimana sih. Kenapa telepon nya ga di angkat" Gerutu nya sambil menunggu obat di ambilkan oleh petugas Apoteker disana.

" Mba. Obat diare ada? "

Tasya menoleh sekilas, sesaat ia mendelik mengenali pria yang tampak pucat dengan sesekali meringis seperti keadaan dirinya 10 menit yang lalu.

" Iya yang bagus " Kata Gavin disana meminta kepada petugas apoteker yang melayaninya.

" Waaah kakek uzur. Ketemu lagi. Hahaaa lagi sakit apa kek? Berak berak ya...?? " Kata Tasya iseng sambil say hello melambaikan tangan nya kearah Gavin yang tampak kaget melihat Tasya. Si gadis mungil yang pernah membuat nya turun naik emosi sewaktu dirumah sakit. Ia semakin sial malah ketemu adiknya Vian tersebut disana. Mulut Tasya yang asal membuat nya berasa sangat tua. Apalagi kadar hormon emosi nya baru terkuras gara-gara diare dadakan yang ga ada akhlak nya itu.

" Ooh. Adek.. Sama siapa disini? Anak SMP ga boleh lho keliaran di daerah sini lho ntar ketauan kepala sekolah nya " Kata Gavin balas mengejek Tasya. Ia tau gadis ini selalu jengkel di anggap anak kecil padahal ia tau Tasya sudah kuliahan.

Mendengar itu Tasya merengut. Apalagi dibilang anak Smp, pertumbuhan nya memang stak di usia Smp dan ia kesal kalau ada yang bilang ia masih anak Smp. Bahkan itu kata-kata keramat baginya. Masih mending di panggil pendek. Ketimbang anak Smp yang jelas jelas-jelas anak ingusan dan masih bocah banged.

" Dek.. Ini obat nya. Minum 2 kali sekali minum. Kalau sudah kurang diare nya cukup 1 kali saja" Kata si apoteker itu persis juga didepan Gavin dan itu sukses membuat Gavin mau meledakkan tawa nya.

Sudah di panggil adek dan ketahuan ia juga sedang menderita sakit yang sama. Tasya hanya memperlihatkan wajah masam dan segera mengambil obat itu lalu pergi. Ia menyesal tadi menyapa Gavin.

" Asem banged sih! Ngeledek dia malah gua ketahuan! Tapi ngomong-ngomong kenapa dia ada disini? Cih.. Apa dia tau Kak Fay ada di apartemen ini? "  Gerutu Tasya sambil membuka botol air mineral lalu meminum obat itu.

Tasya lalu berhenti lagi ia mencoba menghubungi Fayza.

Tuuuutt...

Tuuuttt

Tek..

Telepon di angkat ia siap berteriak menanyakan dimana gerangan ipar nya itu berada. Jam tangan nya sudah menunjukan setengah 12 malam. Dan ia kesal saat sakit perut melilit ipar nya tak kunjung naik ke kamar.

Tapi suara lain menyahut! suara pria dengan suara agak parau.

" Iini siapa ini siapa? Loe siapa? Angkat telepon kakak gue" Sosor Tasya dengan nyaring.

" Ah! Tasya toh. Ini gue abang loe" Sahut Vian disana tenang. Tasya tentu hapal suara kakak nya. Emosi nya langsung naik keubun-ubun.

" Abang! Abang yang mana. Abang gue udah mau di kontrak sama producer the world of the  married season 2. Jadi Park Hae Joon tuh dia tapi versi Indonesia masuk stasiun ikan terbang di film ajab 100 episode berturut turut! Korengan sampe mati " Cicit Tasya meletup letup bahkan tak peduli dengan orang orang yang kaget dengan teriakan nya.

Vian terkekeh disana " Masih marah? Abang punya link pribadi lho buat ketemu sama  D-Dragon Bigbang.. "

Sesaat Tasya diam matanya berbinar mendengar nama idola nya. " Jiyon.. Jiyon gua.. Aaah serius. Eh tapi tunggu. Kok tau sih Tasya suka oppa Jiyong? Yang tau cuman bang Vian!! "

" Yaa.. Kalau bukan pangeran Vian mana mungkin ipar loe ada di samping gua... "

" What!! Serius ini Bang? Ini abang Vian beneran bukan Alien si Alvaro sok ganteng itu?? Seru Tasya serasa diare nya sudah sembuh total. Ia ingin jingkrak-jingkrak sampai semua penghuni Apartemen ini tau kalau Abang kesayangan nya sudah hidup kembali.

" Hmm ya.. Ini abang kamu Vian. Gimana perut kamu Dek? Masih sakit? Abang ada obat penawar nya lho.. "

" Hah. Kok tau sih. Eh penawar. Ke kenapa bisa? Apa ini kerjaan nya Abang?? " Pekik Tasya lagi.

" Ya maaf ya ! Soal nya terpaksa. Kalau izin ke kamu dulu keburu kamu kebiri. Kan kasian kak Fayza nya kesepian ntar.. "

" Oh astagaaaa!! Sekarang kalian ada dimana?? "

" Liat keatas pojok "

Tasya melihat keatas dijejeran balkon balkon sekeliling sana. Ada sosok pria dengan handuk melilit di pinggang dan melambai-lambaikan tangan nya. Sangat jauh tapi Tasya bisa lihat dan yakin itu sodaranya yang baru liburan dari planet lain.

" Lha.. Abang ngapain disana? Apa jangan jangan kalian?? "

" Yes.. My little prince lagi kunjungan sama calon ponakan elu.. " Kekeh Vian disana.

" Eh busyet! Udah main setor say hello dia! Terus kalian di kamar siapa itu. Kenapa ga ke apartemen Kak Fay aja sih!! "

" Di tempat Leo. Disana mana enak ada elu yang mencret-mencret" Tawa Vian bikin Tasya kesal saja.

" Ya sudah.. Fayza gua sita ya Tas. Elo bantu abang atur ketemuan sama Papi. Soalnya  Nama gua udah di tolak dari satpam rumah!! "Pinta Vian disana.

" Siap Boss"

Tasya mematikan telepon nya rasa bahagia sungguh ia rasakan. Tentu ini yang ia tunggu. Jiwa Vian sodara nya sudah kembali. Dan ia sudah bisa tenang sekarang.

Dengan santai Tasya kembali melangkah. Tapi tiba-tiba saja ia ditarik ke belakang oleh seseorang. Nyaris saya ia terjerambab tapi tubuh nya tertahan di belakang.

Tapi di depan nya ada dua orang pria asing bertubuh besar yang nyaris menabrak nya. Mungkin kalau tadi sedikit saja kelewat tubuh mungil Tasya akan terguling guling disana.

" Dek.. Kamu ga papa? "

Tasya terkesiap. Ia masih kaget tapi hanya sebentar. Spontan ia menengok ke belakang dan melihat sosok Gavin bahkan tangan nya masih mager di pinggang nya serasa ada kejut listrik yang muncul dan itu membuat nya sedikit linglung seketika buru-buru Tasya bangun.

" Kakek Uzur ya ampun bikin kaget. Gua pikir tadi Setan!! "

Gavin meringis dan merasa nyesal membantu Tasya.

" Ho ho sorry kakek ya. Bercanda. Terimakasih ya... " Tasya segera menunduk dan kembali berbalik. sesaat mata nya teralih pada dua pria asing bertubuh tinggi besar itu yang baru masuk kedalam sebuah sedan hitam. Mobil itu serasa tidak asing. Apalagi ada sisi wajah pria penuh dengan jambang tebal dengan kacamata transparant di kursi belakang. Wajah nya mirip seseorang. Siapa itu Tasya lupa tapi ia yakin pernah melihat nya.

" Came on Tasy berpikir. Ingat ingat! Dia bukan aktor Korea loe pasti ingat!! "

Otak nya seperti roda berputar putar hingga sampai di satu titik. Ada sosok yang ia ingat. " Aah.. Aku masih nyimpen foto nya.. Coba kita cocok kan.. " Ia mengambil ponsel dan mencari cari di kumpulan screenshot di tanggal yang cukup jauh. Cukup lama tangan nya menggeser ke bawah dan itu tak luput dari pantauan Gavin. Gadis itu cukup jadi perhatian kaum adam di sekitar nya. Bagaimana tidak Tasya keluar hanya mengenakan pants levis sobek pendek dan kaos yang dada nya rendah bahkan sendal nya beda sebelah. Ia tadi nya mau balik ke flat tapi melihat Tasya yang acuh dengan sekeliling plus dengan penampilan seperti loly-loly adek gemes bikin hati nurani nya terketuk mantauin Tasya dari belakang.

" Oh No" Pekik gadis itu buka  Gavin ikut melompat.

" Ga mungkin! Ga mungkin tadi itu diaaaaa" Ucap nya sambil mengetuk ngetuk layar kaca ponsel nya. Membuat Gavin jadi penasaran ia menengok dari belakang ada foto Om Om tua dengan produksi wajah luar dan rahang di penuhi jambang tebal. Foto nya cukup memberikan kesan agak menyeramkan dalam artian foto pria itu terkesan jahat.

Meski ketajaman matanya sudah mulai luntur Gavin bisa membaca nama disana.

"Albagail.. ! "

*

*

*

Fayza membuka mata, matahari ada sedikit nyelip di sela gorden disana. Ia masih merasakan dengungan panas dan agak lemas namun saat bersamaan ia merasakan cantik dan dibutuhkan oleh seseorang. Perlahan ia membuka mata dan lampu temaram masih menyelimuti suasana kamar itu secarik kecil bibir nya tersenyum mengingat bagaimana ia tertidur setelah percintaan panas dengan Vianvaro-suami nya tadi malam. Tadi malam seolah percintaan lebih sempurna dari sebelum nya. Percintaan yang tanpa ampun membuat wanita ini semakin tak berdaya, Vianvaro sungguh lebih gila dari seorang Varo. Mungkin itu perpaduan dari kedua nya. Ada adegan kasar yang harus melibatkan alat tertentu dan penekanan tubuh. Ada juga cara lembut yang di praktekkan, Dan dia menyukai nya, Vianvaro seolah mengetahui apa yang Fayza inginkan.

Rasa cinta semakin tumbuh dengan hubungan s**s. Dan itu yang Fayza alami. Ia yakin takdir yang serasa mempermainkan nya sekarang sudah menjadi bola manis yang akan menyelimuti kebahagian nya. Bersama si buah hati yang akan lahir nanti.

Itulah dia rencana Tuhan selalu manis meski awal nya terasa amis.

Ia melihat punggung lebar pria yang berwarna putih. Kulit Vianvaro memang sangat mencolok. Berbanding terbalik dengan kulit nya yang memang tak seputih suami nya itu.

Pria itu sudah bangun ternyata dan duduk di tepian ranjang sana. Perlahan Fayza menyibak selimut ia merayap pelan menuju Vianvaro lalu menyelipkan kedua tangan nya ke sisi pinggang pria itu yang masih tak mengenakan baju.

" Eh- sudah bangun... "

".. Hmmm apa yang kamu lakukan?

Vianvaro menoleh ke belakang dan melihat Fayza yang masih tampak mengantuk. Ia segera menyembunyikan sesuatu benda yang baru masuk dalam mimpi nya.

" Periksa otong doang kok" Kekeh Vianvaro membuat wanita yang memeluk nya itu langsung menabok bahu nya.

" Vian. Mulut mu..

Vian balik badan ia semakin gemas melihat wajah merona Fayza disana. Apalagi istri nya ini masih tak mengenakan pakaian sama sekali meski selimut yang menutupi dada nya terus merosot membuatnya ingin sekali melumatnya lagi.

" Apa aku membuat mu lelah semalam? " Tanya nya lembut sambil menutupi bahu Fayza.

" Sedikit, tapi aku masih mengantuk...

Vian mengapit hidung Fayza dengan gemas " Aku tau kamu sangat kelelahan. Tidur lah lagi. Aku akan membuatkan mu sarapan.. ! " Bisik nya sambil mengusap pipi merah Fayza disana.

" Seperti nya ngidam ku sudah berubah Vian..

" Hm ngidam. Kamu mau apa sekarang? "

" Kamu..

Fayza nyengir. Ia lalu kembali memeluk Vian tanpa ragu seperti dulu. Mencium aroma Vian yang terasa membuat nya sangat nyaman. Rasa bahagia yang susah ia jabarkan.

Vian merasa  gelombang panas kembali masuk. sentuhan  Fayza bisa membuat nya ingin bermain main dengan istri nya itu lagi. Kalau tidak mengingat istri nya sedang mengandung mungkin ia akan menerkam Fayza pagi ini. Bahkan ia sedikit menyesal percintaan nya tadi malah terlalu extrem. Ia takut buah hati nya akan kaget didalam sana dan kenapa-kenapa.

" Kenapa aroma jadi seenak ini Vi? Apakah anak kita sudah tau kalau kita sudah berbaikan?? "

" Mungkin saja. Dia gen terbaik Melviano jadi sudah kongkalikong dengan bapak nya.. " Sahut Vian lalu kembali bergabung dengan Fayza dalam selimut.

" Ya dia gen terbaik mu bahkan aku ngerasa ikut jadi mesum karena gen kamu.. "

" Hhaa benarkah. Apakah aku semesum itu?? Seingat ku aku hanya mesum dengan Fayza seorang... "

Fayz menarik kepala nya dan melihat kearah Vian yang terus menatap nya dalam, semakin membuat nya merasa sangat dicintai.

" Lalu bagaimana dengan model-model yang digosipkan masuk kedalam ruangan mu itu Varo? Aku sampai sekarang belum menemukan titik temu.

Vianvaro terdiam sesaat" Itu hanya pekerjaan. Tenang saja aku tidak macam-macam dengan mereka. Mereka punya tugas sendiri"

" Tugas? " Fayza memisahkan diri ia serasa tertarik dengan apa yang Vian katakan.

" Ya pekerjaan tambahan" Sahut Varo enggan membahas nya. " Nanti kita ikut lah dengan ku menemui Mami dan Papi. Aku tidak mau kita malah Backstreet seperti ini. " Vian lalu menarik Fayza dalam ceruk leher nya lagi. Mengukung nya lebih lama. Beruntung Fayza sudah lupa dengan pertanyaan nya barusan.

" Hmm ya itu bisa aku atur. Aku ingin tidur lagi. Tunggu aku sampai tertidur boleh...

" Sure.....

*

*

*

Vianvaro berasa sedang di sidang sekarang. Ia dikelilingi  Papi Andhika dan Mami Lily dengan sorotan seperti siap mengeksekusi nya.

Vian memang terlihat sedikit berbeda dari Vian biasa nya yang mereka kenal. Biasanya Vian akan langsung berceloteh tapi tidak saat ini meski aura nya tidak seperti kemaren- kemaren yang memusuhi keluarga nya tetap saja keluarga nya ini tampak ragu-ragu terutama Andhika. Dari tadi Vianvaro bergerak mau ngambil minum saja matanya sudah menyipit takut anak itu mengambil sesuatu dari bawah sana.

Kemudiam Tasya muncul dengan membawakan 3 kue bapau besar besar untuk uji coba apakah Vian lolos atau tidak.

" Bang bapau kesukaan abang. Pilih yang mana... " Kata Tasya sambil meletakkan ketiga bapau itu diatas meja.

Kalau Vian asli dia akan tau mana yang dipilih.

Disana Tasya membuka 3 mangkok kaca setiap piring yang semua nya adalah bapau hangat tapi ada titik-titik di atas nya yang menandakan isi dari kue lembut itu !

Ini dulu pernah Vian ngerjai Tasya dan Mami nya. Kalau Vian benar menebak berarti mereka yakin didepan ini adalah Vian buka Alvaro.

Vian tersenyum tipis, sebelum ia memilih ia mengusap rahang nya kemudian tangan nya mengulur ke arah tengah yang titik nya berwarna merah.

Disana 3 pasang mata itu menanti dengan berbagai spekulasi.

Vian menggeser ke kanan dan kekiri begitu seterusnya. Kadang geram cepat. Kadang lambat membuat beberapa pasang mata itu mengikuti nya dan lama kelamaan Mami langsung nyender karena pusing. Tasya juga merasa kepala nya ikut bergoyang.

" Cepat putuskan Vian. Jangan mengulur" Protes Andhika ikut puyeng juga.

"Ini! " Ia menunjuk ke titik merah" Ini isinya pasti terasi kan..., lalu titik hijau ini. Isinya cabe.

Dan ini.Titik kuning ini pasti berbau balas dendam. Isi nya kalau bukan obat pencahar obat perangsang... "

Tasya mengendikan bahu. Yang di katakan abang nya 80% benar.

" Aku pilih yang titik hijau. Cabe itu pedas ya ga. Kalau pedas biasanya Mami akan kasih gula merah. Bagaimana!! " Vian mengambil Bapau dengan titik Hijau lalu langsung menggigit nya. Lidah nya langsung disambut dengan lelehan gula aren yang enak. Senyum nya pun mengembang dan disana ada sarat kelegaan dari 2 induk yang cukup puas dengan tes mereka kali ini. Itu artinya Vian sudah terbukti akurat.

" Tahap 1 lolos. Lanjud tahap dua" Kata Andhika membuat Vian berhenti mengunyah. Ia pikir uji coba nya sudah selesai ternyata tidak.

"Baiklah. Cepat keluarkan" Tantang Vian tidak mau kalah sambil senyum senyum tak sabaran.

Andhika lalu bertepuk tangan hingga datang ART dengan nampan lagi. Disini Mami dan Tasya agak tegang. Tentu mereka tau apa isi nampan itu.

Disama Fayza melihat dari kejauhan ia juga sudah mengetahui rencana mereka dan sedikit merasa khawatir dengan apa yang Papi Andhika lakukan sekarang.

" Kamu siap? Vian?? " Tanya Andhika sedikit ragu juga.

" Ya silahkan saja " Sahut Vianvaro mencium aroma tak menyenangkan disana. Apalagi wajah Mami berubah pucat dan Tasya tampak enggan melihat nya.

ART keluarga itu memberikan nampan tadi ke depan Vian  lalu menarik kain merah disana.

Hingga senyum Via memudar di dalam nampan tampak Foto Almarhum Ibu nya yang selalu membuat Varo akan bereaksi hilang kendali.

Jadi Andhika ingin mengetahui seberapa besar putera nya ini akan bersikap. Ia tak bermaksud ingin mengetes Varo untuk mengamuk. Ia hanya ingin tau seberapa besar Vian akan bersikap normal. Alias mengatasi masalah nya sendiri.

Vianvaro menatap kearah foto wanita cantik yang matanya sangat mirip dengan nya. 2 detik berselang ia merasa resah  ada bayangan suara suara yang muncul. Seperti teriakan Almarhum yang meneriaki nya dengan kasar sambil memukuli nya dengan rotan bahkan cambuk, Tangan nya langsung mengepal dan menarik sudut bantal sofa sampai urat urat tangan nya mencuat, Disana Mami Lily segera melihat suami nya dengan kode untuk menghentikan tindakan Andhika tapi Andhika tetap mempertahan kan nya. Dan terus fokus melihat sosok puteranya tersebut yang sudah seperti hilang kendali.

Vianvaro terengah engah dengan sendirinya. Matanya mengabur melihat Orang-orang didepan nya ini.

" Papi ga bermaksud untuk mengingat mu dengan perlakukan Ibu kandung mu Vian. Papi ingin mengukur bagaimana kamu mehadapi nya bukan memendam nya liat wajah nya. Apa dia yang membuat mu merasa menjadi sosok yang tak diinginkan?? Alvaro?? Dia memanggil mu Alvaro kan... " Ucap Andhika dengan oktaf tinggi. Menunjuk kearah foto almarhum adik nya itu.

Mendengar itu mata Varo melebar dan menatap lurus foto dalam nampan itu. Gelombang ingatan membuat nya kembali terengah. Perlakuan kasar dan ucapan yang membuat nya lupa dengan masa masa itu seolah kembali datang. Ia ingat setiap malam selalu di kurung didalam sebuah gudang gelap yang penuh dengan binatang pengerat. Bahkan saat tertdiur ia jug diserang tikus-tikus got itu. Masa masa yang sangat mengerikan dan terkubur dalam kehidupan baru yang mengenalkan sosok baru Melviano!

" Ini salah Papi juga karena menganggap kamu tidak akan mengingat masa kecil buruk mu. Papi turut andil dalam keadaan mu sekarang. Masalah nya sekarang apakah kamu sudah bisa berdamai dengan trauma mu?? Bagaimana jika kamu akan menjadi Varo yang jahat lagi?? Apa kamu juga akan menyiksa anak mu seperti Ibu mu?? "

Serangan tanpa ampun dari perkataan Andhika membuat Varo merasa terbakar. Sampai sampai ia membungkuk dan mengerang disana.

" Mami.. ! Tasya ga mau abang kenapa-napa... ! Dia kan udah sehat kenapa diingatkan lagi sih" Protes Tasya berbisik pada Lily. Tasya sebelumnya sangat tidak setuju dengan ide gila Papi nya. Tapi Papi nya itu punya sifat keras kepala yang berlebihan dan ia tak berani juga sok menggurui Bokap nya itu.

" Mami juga ga tau. Papi kamu ingin tes sampai akhir. " Sahut Lily terus berpegangan dengan Tasya. Disamping itu Fayza melihat dengan penuh takut. Mengingat saat Varo ketakutan waktu itu saja membuat nya panas dingin. Sekarang Papi Andhika malah memaksa Varo untuk mehadapi kenangan nya. Tapi ia yakin Papi Andhika sudah memikirkan matang-matang sebelum melakukan nya.

Vian lalu merosot ke lantai tangan nya memukul mukul lantai ruman itu dengan tangan nya sangat keras sambil berteriak marah.

" Papi... Hentikan!! Vian bisa tangan nya" Pekik Mami nyaris menangis melihat putera nya sebegitu sadis menyakiti dirinya. Tasya juga terus berlindung di belakang Mami. Meruntuki keinginan nya untuk tidak ikut mengomel pada Papi.

Andhika diam saja dan terus melihat kearah Vian yang semakin keras memukul tangan nya kesana samai berdarah.

" Aku.. Tidak akan melukai anak ku.. Aku berbeda dengan Ibu.. " Erang nya disana lalu mengangkat kepala nya dan melihat marah dengan Papi Andhika.

Fayza lalu datang mendekat setelah dapat izin mendekat kesana. Rasanya ia semakin hancur melihat Vian sampai cedera tangan nya, Tasya langsung beralih pada Fayza dan memeluk nya sambil menangis.

Andhika jongkok dan menatap dalam kesorot putera nya itu dengan sukacita " Bagus Boy... Itu baru putera Andhika! Kamu seorang calon Ayah. Harus jaga dan cintai istri anak mu dengan baik!! Jangan sampai masa lalu meracuni otak mu lagi"

Vian lalu melihat ke foto almarhum Ibu nya itu dengan sedikit gejolak dendam yang tersisa.

" Vian sayang... " Lily segera menghambur ke arah putera nya itu sambil menangis. "Jangan pernah kamu pendam sendiri. Mami adalah Ibu kamu. Kita keluarga yang tidak ada tandingan nya. Kamu ingat itu kan Vian..!! "

Vian diam saja merasakan pelukan Lily yang membuat nya lebih tenang. Ia pun tak luput merasakan bagaimana reaksi tubuh nya saat Papi Andhika memberikan tes tadi. Ia merasa sudah sedikit berdamai dengan perasaan dendam dengan masa lalu nya itu. Beruntung sisi Vian juga ada. Ia sebagai Varo sangat terbantu untuk mengatasi emosinya. Dan ia berhasil melalui fase ini.

Setelah Lily, Fayza menyambung nya dan itu komplit membuat Vian merasa sangat dicintai oleh keluarga besar dan tentunya sari Fayza. Cinta pertama Vian yang akhirnya mencintainya juga.

" Kami selalu mensuport mu Vian. Dan aku selalu mencintai mu.. " Bisik Fayza membuat Vian semakin dalam merengkug tubuh istri nya tersebut dengan sayang.