Chereads / SINCERE LOVE / Chapter 10 - Dia bukan yang terbaik

Chapter 10 - Dia bukan yang terbaik

Qiran masih fokus dengan tatapan pada telapak tangannya yang sedang mengadah air hujan, sementara ia tahu siapa sosok yang ada dibelakangnya itu meskipun tanpa menoleh sedikitpun.

"Sayang!" bisik Aron dengan lembut.

"Hem, aku tau itu pasti kau," ucap Qiran manja.

"Hem, aku merindukanmu," ucap Aron tersenyum sambil membalikan tubuh Qiran supaya berhadapan dengan dirinya.

Qiran pun menuruti apa yang Aron lakukan. Bahkan, kini mereka berhadap-hadapan dengan sangat dekat sekali. Padahal, banyak para mahasiswa berlalu lalang melewati mereka berdua.

Aron pun semakin mesra menatap kedua bola matanya. Ia bahkan membelai wajah Qiran dengan lembut.

Ketika mereka sedang asyik mesra-mesraan, tibalah Alby bersama kedua teman karibnya, Caca dan Amel. Mereka langsung menghampiri Aron dan Qiran.

"Itu Qiran!" teriak Amel.

"Wah, Aron juga ada di sini ternyata, pantesan aja Qiran datangnya rikat, pagi-pagi udah ada di kampus. Ayo kita hampiri mereka," ajak Caca kepada Amel dan Alby untuk menghampiri mereka berdua.

"Siapa? Aron?" ucap Alby kaget.

"Tunggu! Itukan nama yang disebut-sebut oleh ayahnya Qiran," kata Alby dalam hatinya.

Ketika sudah mendekati mereka berdua, Alby yang saat itu, berada tepat di hadapan Qiran dan Aron, sangat terkejut sekali. Bagaimana tidak, laki-laki itu pernah belanja di butiknya bersama wanita lain. Sejuta pikiran negatif telah berada dalam pikirannya. Namun untuk urusan hal ini, ia tidak mau ikut campur. Karena baginya, yang penting tidak ada kaitannya dengan dirinya.

"Acie-ciee, yang lagi kangen-kangenan. Kagak tau tempat dan waktu," sindir Amel.

Seketika mereka berdua gelagapan. Mereka merasa malu atas sikapnya yang benar-benar tidak bisa terkendalikan. Bahkan, Qiran sangat terkejut sekali ketika ia melihat Alby yang sudah ada dihadapannya

"Ah, ka-kalian baru datangkah?" ucap Qiran gugup.

"Iyalah, dari tadi malah. Kamunya aja yang gak merhatiin kita," ucap Caca.

Sementara, Aron hanya terdiam sembari senyum-senyum tidak jelas.

"Sepertinya kita pernah bertemu! Tapi dimana yah?" sindir Alby kepada Aron sembari tersenyum sinis.

Seketika, Aron pun kaget melihat wajah Alby. Ia baru ingat, jika laki-laki yang berada dihadapannya sudah pernah bertemu sebelumnya. Namun, ia mengelak karena takut ketahuan Qiran. Ia berusaha menangkis agar kejadian yang waktu itu tidak dibahas oleh Alby.

"Ah, i-iyakah? Aku bahkan tidak tahu," sanggah Aron.

"Tidak tahu? Wah benar-benar laki-laki gak bener nih. Sudah jelas kamu beli baju dibutik ibuku!" kata Alby dalam hatinya.

"Iya sama," ucap Alby singkat.

"Sayang, aku ke kelas dulu, nanti kalau sudah selesai kuliah, kita pulang bareng. Aku tunggu kamu di parkiran, okey!" ujar Aron sambil mencolek hidung Qiran.

Qiran pun menyetujuinya sembari tersenyum manis. Ia tampak bahagia menjadi bagian dari Aron. Bagaimana tidak, Aron adalah laki-laki yang pintar membuat hati Qiran bahagia. Ia pintar merayu, sehingga Qiran bisa jatuh hati pada dirinya. Jangankan Qiran, perempuan lain pun pasti ikut tergoda oleh sosok dirinya.

Aron pun lekas pergi meninggalkan mereka berempat. Sementara Alby hanya terdiam melihat tingkah mereka berdua. Ada rasa cemburu yang keluar dari dalam hatinya. Namun ia tahan dan bersikap seolah tidak peduli.

Begitu juga dengan Caca dan Amel, mereka saling berpandangan karena suasananya masih terasa canggung. Dan Alby masih belum bisa menyapa Qiran. Begitu juga Qiran, masih malu-malu untuk biaa akrab dengan Alby. Namun, mereka masih curi-curi pandang satu sama lainnya.

"Aku masuk ke kelas duluan yah," ujar Alby sembari meninggalkan mereka.

"Ehh ikut-ikut," ujar Caca sembari berlari kecil menuju Alby.

Melihat hal itu, Amel hanya tertawa kecil sembari memandang perginya mereka berdua dari hadapannya. Sementara Qiran, malah tidak nyaman dengan melihat Alby dan Caca yang pergi bersama.

"Mereka sepertinya serasi deh," celetuk Amel.

"What? Serasi?" ucap Qiran kaget.

"Iya. Hehehe, ngomong-ngomong, kamu kok sepertinya terkejut? Memangnya kenapa?" tanya Amel keheranan.

"Eng-enggak sih. Lupakan saja, mendingan kita masuk, yuk!" ucap Qiran sembari menggandeng tangan Amel menuju ke kelasnya. Sementara, Amel masih dalam mode bingung. Karena sikap Qiran begitu mencolok, sehingga Amel merasa curiga, kalau Qiran tidak suka Alby dekat-dekat dengan Alby.

Waktu sudah hampir siang, saatnya mereka untuk mengikuti kelasnya dengan tertib. Begitu juga dengan hujan yang sudah reda sedari tadi, membuat w

******

Sementara di tempat lain ...

"Bu! Ada seseorang yang mencari Ibu," ucap karyawan Bu Melin.

"Oh, siapa?" tanya Bu Melin sembari beranjak dari tempat duduknya.

"Tidak tahu, Bu."

Bu Melin pun langsung ke luar dari ruang kerjanya.Tak disangka, setelah apa yang dilihat Bu Melin, membuat hatinya berbunga-bunga. Betapa tidak, orang yang ia dambakan kini datang menemuinya.

"Bang Marco!" panggil Bu Melin kepada Pak Marco yang sedang melihat-lihat desain baju miliknya.

"He he, iya. Kamu sedang apa? Sibuk gak nih? Maaf ya kedatanganku menganggu kerjaan mu," ucap Pak Marco kegirangan.

"Enggak kok, malah aku senang kamu mampir ke butik aku," ucap Bu Melin sumringah.

"Ini semua hasil karya kamu?" tanya Pak Marco penasaran.

"Iya, semuanya aku yang desain," tutur Bu melin.

"Keren! Semuanya bagus-bagus. Kamu memang the best deh," puji Pak Marco.

"He-he makasih, Bang. Ini juga semua atas dukungan anakku," ucap Bu melin tersenyum manis.

"Kalau begitu, anakmu donk yang the best he-he," canda Pak Marco.

Bu Melin hanya bisa tertawa kecil sambil mendampingi Pak Marco yang sedang melihat-lihat baju desainnya. Ketika Pak Marco, sedang asyik memilih-milih baju, ia teringat akan logo yang melekat pada baju itu. Waktu itu, puterinya membawakan sebuah baju untuk dirinya. Ia pakai pada saat akan berkencan denga Bu Melin. dan ia pun juga merasa kaget, karena logo itu, adalah produk paling terkenal di kota Kuala lumpur. Hanya saja Pak Marco tidak tahu kalau pemiliknya adalah Bu Melin.

"Jadi putriku membelikannya di butik dia. Aku tidak menyangka, kalau logo ini punya kamu, Melin," kata Pak Marco dalam hatinya.

Senyuman kecil tersungging dibibirnya. Ia semakin tambah yakin untuk mempersunting Bu melin. Apalagi, selera anaknya yang menyukai desain Bu Melin menjadi alasan yang kuat untuk meminang Bu Melin.

"Sayang, bagaimana kalau nanti makan malamnya di rumahku saja. Untuk sekarang ini kamu jangan nolak, karena puteriku pasti akan senang jika bertemu dengan kamu," ujar Pak Marco dengan semangatnya.

"A-apa? Makan malam? Apa kamu yakin anakmu menerima aku apa adanya? Secara kan kita baru saja bertemu, terus mana mungkin anak kamu bisa langsung menyukai aku, Bang!" tanya Bu Melin seolah ia gugup kalau mendengar akan dipertemukan dengan anaknya Pak Marco.

"Tentu saja, aku yakin dia pasti menyukai mu," jawab Pak Marco tersenyum manis.

Bu Melin hanya bisa menganggukan kepala saja. Ia tidak bisa menolaknya lagi. Karena lambat laun pasti akan bertemu juga dengan puterinya. Hanya saja yang ia takutkan, puterinya tidak akan merestui hubungan mereka berdua.

******

Sementara di kampus UniKL ...

Waktu sudah menunjukan pukul 12 siang. Saatnya, para mahasiswa untuk segera pulang ke rumahnya masing-masing.

Qiran yang masih membereskan buku-bukunya, kini sudah ditunggui oleh Aron di parkiran. Hal itu, membuat ia terburu-buru. Karena tidak mau membuat Aron menunggu lama. Bahkan beberapa kali, handponenya berdering terus sedari tadi.

"Teman-teman, aku pulang duluan yah," ucap Qiran sambil terburu-buru.

"Okey, hati-hati," ucap Caca dan Amel dengan serempak.

Sementara, Alby yang menyaksikan hal itu, sangat geli dibuatnya. Bahkan rasa sedikit cemburu hampir saja ia torehkan dengan gelagatnya Qiran.

"Hah, segitu pentingnya kah orang itu!" gumam Alby dalam hatinya.

Ketika Caca dan Amel pamit pada dirinya, Alby pun langsung menawarkan diri untuk pulang bareng bersama mereka. Dan mereka pun setuju atas usulan Alby.

Pada saat di parkiran, Qiran melihat teman-temannya sedang asyik bercanda ria dengan Alby. Sambil masuk ke dalam mobilnya Alby. Ada rasa cemburu dihatinya. Ia bahkan tidak rela, jika Alby pergi bersama teman-temannya. Apalagi sekarang ini, ia sedang dekat-dekatnya dengan Caca.

"Ko perasaanku tidak enak begini, dia kan bukan siapa-siapanya aku! Kenapa hati ini gak ikhlas banget sih," ucap Qiran dalam hatinya

Tiba-tiba, suara Aron membuyarkan lamunannya. Dan Qiran pun terkejut dengan adanya Aron.

"Sayang, apa yang sedang kamu pikirkan? Kamu baik-baik sajakan?" tanya Aron mengkernyitkan alisnya.

"Oh, tidak apa-apa kok, he-he ayo jalan," ucap Qiran sembari masuk ke dalam mobil Aron.

"Okey, oia sebelum aku mengantarkan kamu pulang, aku mau mengajak kamu kesebuah tempat, ada yang harus aku selesaikan disana," ucap Aron sambil menancapkan gas dengan cepat.

"Memangnya mau kemana?" ucap Qiran penasaran.

"Ada deh," jawab Aron singkat.

Sementara, Alby, Amel dan Caca bergegas meninggalkan kampus. Saat berada dimobil pun, mereka bercanda ria sambil ngobrol soal kebiasaan yang mereka lakukan setiap harinya. Tiba-tiba tanpa disadari, Alby memberitahukan kepada mereka, jika dirinya pernah bertemu Aron di toko butik. Namun, ia tidak memberitahukan jika toko butik itu adalah miliknya.

Bahkan, Alby memberitahukannya, bahwa Aron pergi bersama perempuan lain. Dan hal itu, dibenarkan oleh Amel maupun Caca. Hal ini, membuat mereka semakin yakin, jika Aron bukanlah laki-laki yang baik untuk Qiran.

Tidak terasa obrolan mereka berhenti karena sudah tiba di depan rumahnya Caca.

Sedangkan Amel, ikut turun dari mobilnya Alby dengan alasan ada tugas yang harus diselesaikannya.

Mereka berdua tidak lupa untuk mengucapkan rasa berterima kasihnya kepada Alby yang telah mengantarkan pulang sampai rumah. Alby juga pamit untuk pulang, ia langsung pergi dari hadapan mereka dengan menancapkan gas mobilnya sangat cepat sekali.

"Dia keren yah!" ungkap Caca yang masih menatap mobil Alby yang kini semakin jauh dari pandangannya.

"Apa kamu suka?" tanya Amel dengan senyuman mautnya.

*

*

*

BERSAMBUNG...