Chereads / SINCERE LOVE / Chapter 14 - Melupakan Janji

Chapter 14 - Melupakan Janji

Pak Marco baru tersadar jika tamu istimewanya telah ia lupakan. Ia benar-benar lupa gara-gara memancing ikan bersama Alby. Namun hal ini sangat disyukuri oleh Qiran, sebab moment kebersamaan yang begitu mengasyikan baru kali ini ia dapatkan. Ditambah lagi ia tidak jadi memasak untuk tamu yang akan datang ke rumahnya.

"Yah, sayang sekali tamu itu belum beruntung," ledek Qiran sembari tertawa kecil.

Pak satpam, tukang kebun, dan asisten rumah tangga pun ikut tertawa menyaksikan tuannya yang sedang kebingungan. Ditambah dengan guyonan dari supir pribadinya, yang membuat suasananya jadi ramai. Sementara Alby hanya tersenyum manis. Bukan karena menertawakan Pak Marco, melainkan sedang memperhatikan gelak tawanya Qiran. Ia mencuri-curi pandangan Qiran karena posisinya berhadapan dekat dengan Qiran. Sementara Qiran tidak menyadari jika dirinya sedang diperhatikan oleh pemuda itu.

"Ah, kamu jahat! Kenapa gak ngingetin Daddy kalau malam ini mau ada tamu isitmewa," ujar Pak Marco menyunggingkan bibirnya.

"Dih, kenapa nyalahin aku? Lagian salah sendiri kenapa mancing ikan di sore hari. Harusnya kalau mau memancing ikan, Mestinya dari pagi hari Dad, kan jadinya lupa deh," ujar Qiran.

"Ya sudah, kalau begitu Bapak telepon saja orang yang isitmewa itu, pasti dia sedang menunggu. Bilang saja masih sibuk gitu," ucap Alby.

"Ah, iya benar. Aku akan telepon dia saja dulu," kata Pak Marco sembari bergegas menuju ke dalam rumah untuk mengambil ponselnya.

"Hilih, sibuk apaan? Sibuk makan ikan!" ucap Qiran menyunggingkan bibirnya kepada Alby.

"Loh, iyakan. Daripada bilang sedang makan bersama kita, nanti yang ada malah ngomel-ngomel lagi," ujar Alby sembari tertawa kecil.

"Iya juga, Non. Ambil jalan tengahnya saja, biar aman," ucap Pak Dendi yang selalu setia menjaga kebun dan tamannya Pak Marco.

"Iya juga sih," ucap Qiran singkat.

"Kalau begitu aku mau cucikan dulu bekas makan kita, habis itu aku mau pulang," kata Alby sembari membereskan piring-piring bekas mereka makan.

"Tidak, Dek. Biarkan saja, ini tugas Bibi kok. Adek kalau mau pulang, tinggal pulang saja," sahut Bi Mira.

"Gak apa-apa, Bi. Sekalian aku cucikan," ucap Alby.

"Iya, Biarkan saja, By. Nanti kita yang bereskan," ucap Qiran dengan santainya.

"Ya sudah, kalau begitu sekalian saja kamu bantuin aku. Nih bawakan gelas ini, awas pecah ya," kata Alby sembari membawa piring bekas untuk dicuci di dapur.

"Dih, si Cumi, main suruh-suruh aja!" ungkap Qiran sembari cemberut.

"Katanya mau bantuin?" teriak Alby yang sudah di ujung pintu masuk rumah.

"Iya-iya. Dasar Cumi goreng menyebalkan!" ucap Qiran ketus.

"Ya sudah, Non. Biar Bibi saja yang bawakan," ucap Bi Mira.

"Tidak apa-apa, Bi. Biar aku saja, aku mau bantuin si Cumi biar dia tahu, kalau aku ini wanita yang hebat," ucap Qiran sembari membawa beberapa gelas kotor.

"Okelah kalau begitu semangat, Non," kata Bi Mira sembari menyemangati Qiran.

Qiran pun tertawa kecil, meskipun Alby menyuruhnya untuk membantu mencuci peralatan yang sudah dipakainya, namun hatinya sangat senang. Ia langsung bergegas menuju ke dapur menyusul Alby. Sementara, Pak Karim, Pak Dendi dan Bi Mira, hanya bisa tersenyum melihat Qiran yang begitu terlihat gembira. Mereka langsung membersihakan tempat yang sudah mereka pakai. Agar terlihat bersih seperti semula. Dan setelah itu, mereka kembali aktivitas nya masing-masing.

"Nih, Cumi. Gelas-gelasnya. Cuci yang bersih jangan sampai bau sabun masih melekat di piring ataupun gelas," ucap Qiran.

Seketika Alby mendadak terdiam, ia langsung menoleh ke arah Qiran yang sedang ngomel-ngomel lalu menjulurkan jari telunjuknya yang masih penuh dengan busa sabun ke arah hidungnya. Dan langsung berkata, "Iya bawel,"

"Ih, Cumi! Jail banget sih jadi orang. Tuh kan hidungku penuh busa. Nih tak balas ya. Awas aja, mana sabunnya mana?" ucap Qiran yang gak mau kalah.

Ia langsung mendekati Alby untuk menggapai sabun pencuci piring, untuk membalas Ulah Alby. Qiran pun langsung membuat busa dari sabun pencuci piring itu agar bisa membalas perbuatan Alby. Sementara Alby hanya tertawa melihat tingkah Qiran.

"Nih, tak balas ya," ucap Qiran sambil metelakan busa sabun itu ke arah hidung Alby.

Alby hanya diam berdiri dan tidak melawan perbuatan Qiran. Ia hanya tertawa lepas dan Qiran pun ikutan tertawa melihat Alby hidung mancungnya penuh dengan busa. Mereka saling bercanda ria hingga tugas mencuci piringnya selesai.

"Sudah beres!" ucap Alby sembari mengeringkan tangannya dengan lap kain.

"Okey makasih ya, By," ucap Qiran yang masih mencuci tangannya dengan air mengalir.

"Sama-sama."

Ketika Qiran hendak akan mengeringkan tangannya dengan lap, Alby langsung insiatif mengeringkan tangannya Qiran tanpa basa-basi lagi. Sontak saja Qiran tercengang, ia kaget dan langsung menatap Alby dengan sangat dekat sekali. Hatinya berdegup kencang. Hal ini, telah kesekian kalinya ia menatap Alby dengan jarak yang dekat.

Setelah selesai mengeringkan tangan Qiran, Alby langsung menyimpan lapnya ke tempat semula lagi dan berkata, " Aku pulang dulu ya,"

"Hem, oke deh," ucap Qiran srmbari tersenyum manis.

Mereka pun langsung keluar dari ruangan dapur dan menuju ke luar rumah. Sementara, Pak Marco tidak terlihat oleh mereka, karena ia masih berada di kamarnya. Sebelum pergi Alby sempat berbincang-bincang dengan Qiran. Mereka terlihat begitu akrab, karena sudah tidak ada keraguan lagi diantara mereka berdua.

"Tolong sampaikan salamku pada ayahmu, dan terima kasih sudah mau mengajak aku makan bersama. Nanti kapan-kapan kita makan bersama lagi, kamu mau kan?" ucap Alby mengkernyitkan alisnya.

"Okey deh!" ucap Qiran sumringah.

Alby pun langsung masuk ke dalam mobilnya dan segera pergi dari rumah Qiran. Malam itu, ia sangat beruntung sekali sudah bisa bersama Qiran, walau hanya sebentar saja. Ia semakin ingin selalu bersama Qiran terus, walau ia tahu bahwa Qiran sudah ada yang punya.

*****

Sementara di tempat lain...

Bu Melin masih tengah sibuk dengan urusan pekerjaannya. Ia sedang merancang banyak baju, untuk pesanan pelanggannya. Ia bahkan lupa dengan janji yang mereka sepakati bersama Pak Marco.

Tiba-tiba suara ponselnya berdering, dan itu adalah dari Pak Marco. Bu Melin baru menyadarinya setelah melihat nama Pak Marco diponselnya.

"Ya ampun! Aku lupa malam ini kan mau makan bersama dia, aduh gimana ini! Mudah-mudahan dia tidak marah," ucap Bu Melin pelan.

Ia pun mengangkat telepon dari Pak Marco. Mereka saling meminta maaf, karena telah melupakan janji satu sama lainnya.

"Aku minta maaf ya, aku tidak ingat kalau malam ini ada janji dengan kamu, malah mancing ikan bareng temannya Qiran," ucap Pak Marco menyesal.

"Iya aku juga, Bang. Aku benar-benar lupa untuk memberitahukanmu kalau malam ini pekerjaanku belum selesai," ucap Bu Melin.

"Oh gitu ya, jadi kamu lupa juga? Hehe, ya sudah kalau begitu impas. Oia , lain kali aku akan mengajak kamu memancing ikan di rumahku, kita bakar ikan bareng anak-anak kita pasti seru," ajak Pak Marco.

"Boleh juga, Bang. Pasti tadi seru banget yah, coba kalau aku ikut pasti tambah ramai, he-he," ucap Bu Melin.

"Iya, ramai banget. Apalagi temannya anakku, kalau gak salah namanya Aron, dia tuh pinter banget mancing ikannya," ucap Pak Marco.

Pak Marco mendadak lupa dengan namanya Alby. Ia sering tertukar antara Aron dan Alby. Namun yang ada dibenaknya hanyalah wajah Alby.

"Oh gitu, Eh Bang, anakku juga pinter mancing loh," ucap Bu Melin.

"Iyakah, siapa namanya? Kamu belum pernah ngasih tau aku soal anakmu?" tanya Pak Marco.

*

*

*

BERSAMBUNG ...