Sepanjang jalan menuju pulang, Alby begitu senang sekali, ia tak henti-hentinya membayangkan ketika Qiran berada tepat dihadapan dirinya.
"Sungguh wanita yang manis. Semoga saja, kamu jodohnya aku," ungkapnya sembari tersenyum manis.
Alby benar-benar menyukai gadis itu. Bahkan ia tidak peduli dengan adanya Aron yang telah berada disampingnya. Alby pulang sampai rumahnya tepat pukul 9 malam. Namun, setelah berada di rumahnya, ia tidak menemukan Sang Ibu di rumahnya. Otomatis tanpa menghubungi ibunya terlebih dahulu, Alby langsung segera menjemput ibunya di butik kesayangannya. Karena dimana lagi, kalau bukan berada di rumah, pastinya ada di butik.
Sesampainya di butik, Alby melihat raut wajah ibunya yang sedang menelepon, terlihat begitu gembira. Bagaimana tidak, ia sedang ditelepon oleh orang yang dicintainya. Sementara, Alby tidak mengetahui jika orang yang sedang menelepon ibunya adalah Pak Marco.
Pak Marco penasaran dengan anaknya Bu Melin. Karena selama ini, Bu Melin tidak pernah menceritakan sosok anaknya kepada Pak Marco.
"Iyakah, siapa namanya? Kamu belum pernah ngasih tau aku soal anakmu?" tanya Pak Marco dalam percakapan di teleponnya.
Ketika Bu Melin hendak menjawab pertanyaan dari Pak Marco, tiba-tiba Alby datang menghampirinya sambil berkata, "Mom, kenapa jam segini belum pulang?"
Seketika Bu melin terperanjat kaget. Ia pun cepat-cepat menutup telepon dari Pak Marco karena ia merasa malu jika didengar oleh anaknya.
"Bang, sudah dulu ya, aku mau cepat-cepat pulang malam ini, kebetulan anakku datang menjemputku, bye," ucap Bu Melin dengan malu-malu.
Dan Pak Marco pun menyetujuinya. Ia memaklumi Bu Melin karena memang hati sudah larut malam. Masih ada waktu di lain hari untuk bisa bercengkerama. Dan seketika pertanyaannya kepada Bu Melin terlupakan.
"Iya, Sayang. Masih banyak yang harus dikerjakan, tapi Mommy sudah lelah, apa kamu sudah makan?" tutur Bu Melin sembari membereskan sisa-sisa bahan kain.
"Ya sudah, istirahat saja Mom. Pekerjaannya besok disambung lagi. Aku sudah makan, pasti Mommy belum makan ya?" ujar Alby.
"He-he, belum. Tapi tadi Mommy beli martabak, jadi lumayan lah buat mengganjal perut yang lapar. Habis ini kita pulang saja," kata Bu melin yabg masih membersihkan bekas jahitannya.
Setelah beberapa menit kemudian, mereka pun akhirnya pulang bersama. Di perjalanan, Bu Melin sempat membeli beberapa makanan untuk sedia di rumah jika ia lapar nanti. Hidup hanya berdua dengan anaknya, seakan untuk masak pun jarang dilakukan oleh Bu Melin. Masak jika hari penting saja, seperti ulang tahun Alby dan ketika ada keluarga yang menginap di rumahnya.
***
Sementara di tempatnya Qiran...
"Cie-cie, yang lagi dekat-dekatnya sama someone, sampe lupa sama Daddy," ledek Pak Marco kepada Qiran yang sedang asyik nonton TV.
"Apaan sih, Dad! Datang-datang bahas yang gak penting," ucap Qiran tersipu malu.
"Eh, tapi benarkan? Biar bagaimanapun juga, Daddy pernah muda. Hal-hal yang semacam gitu tuh udah tak asing lagi bagi Daddy," ucap Pak Marco sembari tertawa kecil.
"Oh, jadi sekarang Daddy udah rela menjadi tua? He-he. Hal apa sih, Dad? Aku tidak paham apa yang Daddy maksud," ucap Qiran.
"Yey, sembarangan kalau ngomong, meski umur tua, tapi jiwa Daddy tetap muda. Pokoknya hal yang semacam begitulah," kata Pak Marco yang masih senyam-senyum tidak karuan.
"Hal apa coba? Dari tadi Daddy ngomongnya ngawur terus," kata Qiran menahan geli karena ulah ayahnya.
"Ya ampun, ini anak tidak paham-paham dari tadi, Daddy aja faham, masa kamu nggak?" tutur Pak Marco sembari mendekapkan tangannya di dada.
"Emang tidak paham, Dad, ha-ha," kata Qiran yang tiba-tiba tertawa lepas.
"Sudahlah, Daddy males ngobrol sama kamu, gak konek-konek. Intinya kamu sedang PDKT kan sama si Aron? Ngaku saja deh, Daddy mana bisa dibohongi, Daddy liat sendiri ko kamu mesra-mesraan ama dia," ucap Pak Marco.
"OMG, Daddy tau kalau aku sama Aron pacaran. Tapi tau darimana? Perasaan siang tadi yang Daddy lihat, aku bersama Alby terus. Apa jangan-jangan Alby bilang sesuatu sama Daddy soal hubungan aku sama Aron?" ucap qiran dalam hatinya.
"Me-memangnya Daddy liat aku sama Aron mesra-mesraan dimana? Apa Daddy ngintilin aku ke kampus?" tanya Qiran was-was.
"Ngapain Daddy ngintilin kamu? Kurang kerjaan saja. Daripada ngintilin kamu, mendingan kencan sama pacar Daddy," tutur Pak Marco menyunggingkan bibirnya.
"Lah terus Daddy tau darimana kalau aku mesra-mesraan sama Aron?" ucap Qiran penasaran.
"Hey, anak sholeha! Memangnya mata Daddy katarak apa? Kalian mesra-mesraan di depan mata Daddy. Jangankan Daddy, Pak Karim aja sama Pak Dendi tau, kalau kamu mesra-mesraan sambil bakar ikan," ujar Pak Marco.
"OMG, itu mah si Cumi," ucap Qiran dalam hatinya.
"Ha-ha Daddy, yang tadi bakar ikan bareng kita itu namanya Alby, bukan Aron. Daddy jangan salah sebut nama lagi, karena dua orang ini sangat berbeda," tutur Qiran sembari tertawa terbahak-bahak.
"Oh iya, itu maksudnya Alby, Daddy ingatnya dengan nama Aron. Ngomong-ngomong, Aron Itukan yang ada dihandpone kamu, yang my lovely iyakan? Hayo ngaku? Terus orangnya yang mana?" ucap Pak Marco penasaran.
"Loh, kenapa jadi tanya-tanya Aron? Bukannya Daddy lagi bahas Alby?" tukas Qiran.
"Dua-duanya lah, Daddy mesti tau seluk beluknya mereka, karena kamu anak perempuan Daddy satu-satunya. Atau jangan-jangan kamu macarin dua-duanya lagi?" ledek Pak Marco.
"Idih, emangnya aku perempuan apaan, sudah ah Daddy gak perlu tau, ini urusan anak muda. Mendingan Daddy persiapkan saja buat besok, katanya mau makan malam bersama pacar Daddy, jadi istirahat saja biar besok jiwa Daddy fresh dan segar," tutur Qiran.
"Sama aja! Fresh adalah segar. Bilang saja, kalau kamu suka dua-duanya, pake pura-pura lagi," ucap Pak Marco sembari tertawa kecil.
"Siapa yang pura-pura, Dad? Daddy ngawur terus nih dari tadi, udah lah aku mau tidur dulu, udah malam. Bye Dad!" ucap Qiran sembari meninggalkan Pak Marco.
"Hey, Daddy belum selesai bicara! Cerita dulu kenapa sih!" teriak Pak Marco.
Namun Qiran tidak menggubrisnya, ia tetap berjalan menuju kamarnya. Sementara Pak marco yang masih di ruangan TV, masih ngomel-ngomel tidak karuan. Ia ingin puterinya jujur, siapa laki-laki yang sekarang ini ada di hatinya. Namun, Qiran enggan untuk menceritakannya karena, hal ini sangat pribadi sekali. Ia tidak mau ada seorang pun yang mengetahui rahasia di dalam hatinya.
"Ya sudahlah, nanti juga aku pasti tau siapa yang akan menjadi pendamping puteriku, mudah-mudahan saja Aron, eh salah Alby!" tuturnya sembari meninggalkan ruangan keluarga.
"Aron atau Alby sih! Keder amat, ah masa bodo, yang penting mantuku itu seorang lelaki sejati sama sepertiku," tambah Pak Marco yang tengah berjalan menuju kamarnya untuk beristirahat.
*
*
*
BERSAMBUNG ...
Selamat membaca jika ada kata-kata yang typo harap di maklumi ^^