"Wah! Ada kebab! Punya siapa ya?" uca Pak Marco yang baru saja datang dari taman belakang.
Tiba-tiba asisten rumah tangganya menghampiri Pak Marco dan berkata, "Maaf Tuan, tadi Non Qiran yang membawa makanan itu, saya dan yang lainnya juga sudah diberi, mungkin ini jatah buat Tuan,"
"Oh, dia sudah pulang? Oke deh aku makan. Sepertinya enak," ucap Pak Marco.
"Sudah Tuan, dia baru saja masuk ke kamarnya," kata Bi Mira.
"Baiklah aku akan menemuinya dulu, hemm enak juga makanan ini," ujar Pak Marco sembari menuju ke kamar Qiran.
Ketika Qiran sedang ngomel-ngomel tidak karuan, Pak Marco datang datang menghampirinya. Qiran tidak tahu jika ayahnya sudah berada di dalam kamarnya, ia langsung duduk di tepi ranjang sembari makan kebab.
"Kenapa aku terus memikirkan dia sih! Aku kan udah ada yang punya, tapi kenapa di kepalaku adanya si Cumi terus!" kata Qiran sembari meremas rambut panjangnya.
"Cumi itu siapa?" tanya Pak Marco sembari mengunyah kebab.
"Si Alby!" teriak Qiran.
"Oh, Alby," ucap Pak Marco dengan santainya.
Tiba-tiba, Qiran baru tersadar dengan adanya Pak Marco di kamarnya. Ia pun menjadi salah tingkah. Mau marah namun tidak bisa, dan pastinya malu lah yang dirasakan Qiran saat itu.
"Daddy!" teriak Qiran.
"Kapan datangnya?" sambung Qiran.
"Dari tadi Daddy udah ada disini, kamunya aja yang gak peka," ujar Pak Marco yang masih melahap kebabnya.
"He-he maaf, jadi ... ngomong-ngomong, apa Daddy mendengar semua ucapanku tadi?" tanya Qiran penasaran.
"Tentu saja," ucap Pak Marco singkat.
Seketika Qiran tercengang dengan mulut sambil menganganga. Ia benar-benar merasa malu atas apa yang dilakukannya itu. Sementara, Pak Marco tersenyum lebar melihat puterinya yang masih salah tingkah.
"Kenapa Daddy tidak ketuk pintu dulu kalau mau masuk?" ucap Qiran menyunggingkan bibirnya.
"Yey, sejak kapan Daddy masuk ke kamar kamu langsung nyelonong aja? Bukannya setiap Daddy ke kamar, suka ketuk pintu sambil manggil nama kamu? Kamunya aja yang budeg, dipanggil-panggil malah nyerocos aja ngomongin si Cumi," ujar Pak Marco.
"Ya memang gak kedengaran kok. Lagian Daddy mau ngapain kesini, sana ajak pacar Daddy jalan-jalan lah," tutur Qiran.
"Gak mau ngapa-ngapain. Cuma mau bilang ini makanannya enak sekali. Nanti kamu belikan lagi buat Daddy. Atau kalau bisa, kamu bikin sendiri, biar mantap gitu," ucap Pak Marco.
"Apa? Tidak mau! Minta aja sana sama si Cumi!" teriak Qiran sembari meyunggingkan bibirnya.
"Cumi? Si Alby yah? Kenapa mesti minta ke si Alby, sementara kamu anak Daddy. Masa iya Daddy minta ke anak orang, yang benar saja," kata Pak Marco yang masih memegang kebabnya.
"Ngomong-ngomong, benar juga! Daddy mau ajak si Alby beli kebab ah, mana minta no HPnya, Daddy mau menghubungi dia," ujar Pak Marco sembari menyodorkan tangannya agar diberi nomer kontak Alby.
"Dih, ngapain Daddy mau menghubungi dia? Kenapa gak si Aron aja yang diajak? Yang udah jelas pacarnya aku!" ucap Qiran keceplosan.
"Nah kan? Ketahuan kamu pacaran! Hayo ngaku!" canda Pak Marco.
"OMG, ngomong apa aku ini!" gumam Qiran.
"Enggak Dad, itu hanya ... ya ampun Dad, aku lupa ada janji sama temanku!" ucap Qiran cengengesan.
Qiran langsung bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia tidak peduli adanya Pak Marco yang masih berada di kamarnya. Karena, Qiran tidak mau membahas soal pribadinya dengan ayahnya ataupun orang lain. Cukup dia dan Tuhannya saja yang tau. Sementara, Pak Marco masih duduk manis di tepi ranjangnya Qiran. Ia masih enggan untuk beranjak dari tempat itu.
"Halah, dasar anak muda zaman sekarang, sukanya main rahasia-rahasiaan. Padahal udah jelas ketauan, tinggal bilang aja apa susahnya. Sudahlah malas jadinya, hemm, terus aku ngapain disini?" ujar Pak Marco sambil celingak-celinguk di kamar Qiran.
"Begini nih kalau hari libur, bosannya kebangetan," sambung Pak Marco sembari beranjak dari ranjang Qiran.
Pak Marco pun akhirnya keluar dari kamar Qiran. Sementara Qiran, masih di dalam kamar mandinya. Ia sengaja masuk ke kamar mandi, padahal tidak ada niat untuk mandi, melainkan agar ayahnya bisa segera keluar dari kamarnya tanpa ada kata usir.
"He-he, keluar juga akhirnya kamu, Dad. Aku hampir saja ketiduran di kamar mandi," ucap Qiran sembari memastikan kalau Pak Marco sudah keluar dari kamarnya.
"Ko aku jadi bosan begini ya! Aku coba hubungi Aron deh, siapa tau dia bisa menghapus kebosananku," tutur Qiran sembari mengambil ponselnya dari meja.
Namun sayangnya, ketika Qiran menghubungi Aron, nomor kontaknya tidak aktif. Qiran mencoba beberapa kali namun hasilnya nihil. Ia pun semakin bosan dibuatnya.
"Kenapa gak aktif sih! Jadinya tambah bosan deh!" ucap Qiran geram.
"Mendingan aku pergi saja deh, temui Amel dan Caca, siapa tau mereka lagi bosan juga sama sepertiku," tutur Qiran.
Qiran pun langsung bergegas merapikan diri untuk menemui Amel dan Caca. Ia memakai pakaian yang simple namun tetap modis dan terlihat begitu cantik.
*****
Sementara di rumah Alby ...
Alby langsung memarkirkan motornya di depan garasi. Ketika itu pula, Bu Melin datang membukakan pintu dan langsung menghampirinya. Tiba-tiba saja Bu Melin terkejut setelah apa yang dilihatnya. Sebuah motor gede, yang didesign khusus berwarna merah, dan sepertinya edisi langka di pasaran ini. Bu Melin terus memandangi motor keren itu, tiba-tiba ia berkata, "Motor siapa ini? Keren banget,"
"Jangan bilang kalau Mommy pengen naik ke motor ini," canda Alby.
"Keren By, teman kamu pasti orang kaya ya? Motor langka ini, Mommy jadi pengen beli, trus dimodifikasi lagi he-he, kan jadi tambah keren," ujar Bu Melin sembari memperhatikan motor itu.
"Oia, Mommy belum tau kalau motor ini pemberian dari ayahnya Qiran," gumam Alby.
"Ah Mommy, apa-apa dimodifikasi, motor keren begini gak usah diapa-apain lagi, kecuali kalau rusak, baru mommy boleh mengotak-ngatik nya," ujar Alby sembari berjalan masuk ke dalam rumah.
"Yey, biarin, suka-suka Mommy lah. Hey tunggu dulu, kamu belum jawab pertanyaan Mommy," ujar Bu Melin sambil menyusul Alby.
"Pertanyaan apa si Mom? Datang-datang udah dikasih pertanyaan aja," tutur Alby.
"Itu motor punya siapa? Awas rusak loh! Motor mahal itu, motor langka. Jangan suka memakai barang milik orang lain, resikonya besar," tukas Bu Melin.
"Kalau aku bilang ini motor dikasih orang, gimana ya? Mommy marah nggak ya?" ucap Alby dalam hatinya.
Alby sangat bingung, karena ia tahu akan sifat ibunya. Kalau sesuatu yang baru, pasti dia tanya terus, apalagi barang pemberian dari orang lain. Paling anti jika belum tau siapa yang memberimya.
"Ko malah bengong? Apa ada sesuatu dengan motor itu?" tanya Bu Melin serius.
*
*
*
BERSAMBUNG...
Haloo, haloo, maaf jarang update hehehe selamat membaca ya ^^