Chereads / SINCERE LOVE / Chapter 11 - Merindu

Chapter 11 - Merindu

Pertanyaan Amel sungguh membuat Caca malu sampai-sampai pipinya memerah. Ada tersirat rasa suka dalam hatinya. Siapa yang tidak suka dengan sosok pemuda macam Alby, pasti yang melihatnya pun langsung jatuh hati. Bagaimana tidak, pemuda paling tampan sejagat kampus sagara yang begitu gagah dan modis, bahkan ketampanan Aron pun tidak sebanding dengan Alby.

"Mmm, he-he iya Mel, aku suka! Suka banget," ucap Caca sumringah sembari memegang tangan Amel.

"Sudah kuduga!" tutur Amel mengkerlingkan matanya.

Saat itu, Caca begitu senang. Apalagi ia diantarkan pulang oleh Alby sampai ke depan rumahnya. Hal ini menjadi point yang paling utama bagi Caca, karena dalam pikirannya, Alby adalah sosok lelaki yang paling peduli pada dirinya. Padahal disisi lain, tidak hanya mengantarkan Caca saja, melainkan Amel pun ikut dalam mobilnya.

****

Kring kring kring

Suara handpone Qiran berdering, dan itu adalah pesan dari ayahnya. Dalam isi pesan itu, ayahnya menyuruh Qiran untuk segera pulang. Karena malam ini ayahnya mengundang tamu istimewa untuk makan malam bersama. Ia ingin tamu istimewa itu mencicipi hasil masakan puterinya.

"Sebenarnya kita mau kemana sih? Perasaan jauh amat deh!" ucap Qiran sambil melirik ke kanan-ke kiri.

"Nanti juga kamu akan tau," ujar Aron dengan santainya.

"Daddy suruh aku nyiapin makanan buat nanti malam. Sebelum Daddy pulang dari kantor, masakan itu mesti sudah siap, jadi cepatlah takut gak keburu masak," ucap Qiran ketus.

"Oh," ucap Aron singkat.

Qiran yang sedari tadi bosan dengan keadaanya, karena hampir satu jam penuh, belum juga sampai. Entah Aron akan membawanya kemana. Yang pasti, kini Qiran hanya bisa pasrah dan diam tanpa kata. Tidak lama kemudian, Aron pun memberhentikan mobilnya di suatu tempat. Dimana tempat itu jauh dari keramaian kota.

Tempat itu sangat sepi sekali. Namun, banyak para lelaki yang sedang duduk-duduk santai di depan bangunan itu. Lelaki yang sudah berumur, bahkan semuanya rata-rata usianya hampir kepala lima. Qiran yang melihat dari dalam mobil, sangat tercengang sekali. Ia sama sekali belum pernah ke tempat yang semacam itu.

"Sudah sampai, aku mau masuk dulu. Kamu tunggu saja di sini," ucap Aron sambil melepas sabuk pengaman.

"Eh, tu-tunggu. Tempat apa ini? Ko seram amat," ujar Qiran manja.

"Sudah deh jangan takut! Aku cuma sebentar ko, pokoknya kamu tunggu di sini dan jangan kemana-mana," tukas Aron sambil keluar dari mobilnya.

"Ih, Aron!" teriak Qiran.

Aron tidak menggubris teriakan Qiran. Ia langsung berlalu dari hadapannya, menuju bangunan yang seperti sebuah gudang yang telah lama tidak di tempati. Entah tempat itu sebuah markas atau memang benar-benar sebuah gudang untuk penyimpanan barang. Qiran pun penasaran, ingin menyusul Aron namun ia tidak berani. Karena Aron sudah tidak ada dari pandangannya, dan sudah masuk ke dalam gedung tua itu.

Sementara, Qiran hanya bisa menuruti apa kata Aron. Namun, dalam hatinya, ia super kesal pada Aron karena, ia tidak mengajaknya pergi bersama. Rasa ketakutannya pun semakin menjadi, ketika Qiran melihat salah seorang lelaki menunjuk-nunjuk ke arah mobil yang sedang ia tumpanginya. Entah sedang membicarakan apa, Qiran tidak mendengarnya sama sekali karena mobil Aron kedap suara.

"Ya ampun, apa yang sedang mereka bahas?Kenapa perasaanku semakin tidak enak! Tempat apa sih ini? Ya Tuhan, lindungi aku," batin Qiran.

*****

Ketika di perjalanan menuju pulang, Alby berhenti sejenak di persimpangan jalan. Dimana tempat itu, selalu ia temukan anak-snak yang membuat hati Alby senang.Tidak hanya itu, tempat itu adalah tempat dimana Alby dan Qiran bertemu.

Dalam pikirannya, ia ingin sekali mengunjungi rumah Qiran lagi. Namun, ada rasa keraguan dalam hatinya. Karena ia tau jika Qiran sudah mempunyai kekasih. Entah bagaimana jadinya jika ia berkunjung, pasti kekasih Qiran tidak menyukainya.

Tiba-tiba, Terdengar suara anak kecil yang memanggilnya. Mereka adalah anak-anak yang suka bermain bersamanya di taman persimpangan jalan itu. Alby pun terlihat senang sekali ketika mereka datang.

"Kak Alby!" teriak Devan sembari lari menghampirinya.

"Hai, Devan. loh ko tumben cuma empat orang, yang lainnya kemana?" tanya Alby mengkernyitkan alisnya.

"Yang lainnya masih sekolah," ujar Khansa.

"Ohh gitu," kata Alby sambil mengaanggukkan kepalanya.

"Terus Kakak ngapain disini? Kangen ya sama kita? Atau kangen sama kakak cantik?" celetuk Khansa sembari menyunggingkan bibirnya.

Seketika Alby terperanjat mendengar nama kakak cantik. Kenyataannya memang ia benar-benar kangen dengan sosok Qiran. Namun, Alby bersikap masa bodoh, ia tidak menggubris pertanyaan Khansa yang terakhir itu.

"Iya donk. Kakak sangat kangen sekali sama kalian," ucap Alby tersenyum manis.

"Termasuk kangen sama si cerewet itu," ucap Alby dalam hati.

"Kakak, nanti sore mau ke sini lagi tidak?" ucap salah seorang anak lainnya.

"Mmm, gimana yah? Memangnya kenapa? Pasti mau dibelikan es cream lagi yah? Hayo ngakuu!" canda Alby sembari mencolek hidung peseknya.

"Betul sekali. Kakak sudah paham apa yang kita inginkan. Tapi kita mau mengerjakan tugas dari sekolah dulu, Kak," tuturnya.

"Wah, sayang sekali yah. Kalau yang lain? Apa ada yang mau dibelikan es cream sekarang?" tanya Alby.

Semua anak-anak menggelengkan kepalanya tandanya belum setuju. Mereka sepakat untuk bertemu kembali nanti sore.

"Hem, ya sudah deh. Kakak ngalah, nanti sore kesini lagi," ujar Alby.

"Horay! Makasih ya Kak," ucap Devan senang.

"Sama-sama. Ya sudah sana kerjakan tugas kalian. Lebih cepat lebih baik. Nanti kita ketemu lagi disini," ucap Alby.

Semua anak-anak langsung menuruti perkataan Alby. Mereka langsung pamit untuk pulang ke rumahnya masing-masing. Mereka pun sangat riang setelah mendengar akan dibelikan es cream lagi. Ketika Alby hendak masuk ke dalam mobil, tiba-tiba sebuah mobil jaguar berwarna hitam berhenti di depan mobilnya. Alby pun merasa penasaran siapa yang ada dibalik mobil itu. Tiba-tiba pintu mobil itu terbuka lebar, dan sosok yang ada di dalam mobil itu adalah Pak marco.

"Alby!" teriak Pak Marco.

Sontak saja Alby pun kaget serta gugup. Entah harus apa yang ia lakukan, ketika melihat sosok Pak Marco. Ia begitu gelagapan sekali. Padahal Pak Marco sangat baik terhadap Alby, namun apa yang dirasakan Alby jauh berbeda dengan Pak Marco. Alby masih canggung jika bertemu dengan ayahnya Qiran. Entah kenapa, namun ia tetap berusaha semaksimal mungkin untuk tetap membuat Pak Marco senang.

"I-iya Pak, he-he," ucap Alby dengan senyuman mautnya.

Pak Marco pun langsung menghampiri Alby. Seketika Alby mendadak panas dingin. Serasa sedang diintrogasi oleh Polisi.

"Wah, kebetulan kita bertemu lagi. Eh, ngomong-ngomong, kamu sedang apa di sini? Qirannya mana? tanya Pak Marco.

"A-aku sedang .... "

Sejenak Alby terdiam, dan berkata dalam hatinya, "Mana mungkin aku bilang mau ke rumah Qiran,"

"Pasti mau ketemu Qiran ya? Hayo ngaku," Tiba-tiba saja Pak Marco berbicara seperti itu. otomatis lamunan Alby buyar seketika.

"Eh, e-enggak Pak. A-aku mau ..."

belum juga Alby selesai bicara, Pak Marco sudah menyelangnya, "Pak Seno, aku mau bareng sama temannya Qiran. Kamu duluan aja sana," teriak Pak Marco kepada Pak Seno yang menjadi supir pribadinya.

"Baik tuan," ucap Pak Seno.

"Hah!" ucap Alby sembari terkesima.

Pak Seno pun langsung berangkat meninggalkan mereka berdua. Sementara, Alby masih terkesima dengan apa yang sedang terjadi saat ini.

"Hey, ayo jalan. Ko malah bengong," ujar Pak Marco sembari masuk ke dalam mobilnya Alby.

"Si-siap Pak," ucap Alby yang masih syok.

Alby pun tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Ia hanya bisa menuruti keinginan Pak Marco. Dan mereka berdua pun langsung segera meninggalkan tempat itu, untuk menuju ke rumah Qiran.

*****

Sementara di tempat lain ...

"Okey, terima kasih banyak, Ron. Kamu memang teman yang paling baik," ucap Seto salah seorang dari geng Baragajul.

Geng Baragajul adalah komplotan para bandit tua. Namun berjiwa muda. Bagaimana tidak, mereka hidupnya hanya bermain-main saja. Tidak memikirkan masa tuanya bagaimana. Yang paling penting bagi mereka adalah kesenangan tiada akhir. Tapi meskipun begitu, mereka mempunyai pemimpin yang biijaksana dan baik hati. Dia adalah Pak Jerry. Ia selalu memberi nasehat kepada anak buahnya, agar selalu tetap bersyukur meski usia sudah hampir setengah abad. Namun terkadang nasehat Pak Jerry sering mereka abaikan.

Sementara, Qiran yang masih setia menunggu di dalam mobil, begitu jera. Ia hampir tidak bisa bergerak, bahkan bernapas pun rasanya sesak. Saking jeranya, ia keluar dari dalam mobil tanpa menghiraukan pesan Aron.

"Hadeuh, lama banget sih dia, pantatku sampe berakar nih!" geram Qiran.

Qiran bersandar pada pintu mobil, ia benar-benar kesal dan bosan. Apalagi ketika mengingat pesan sang Ayah, harus menyiapkan makanan untuk makan malam. Ditambah akan kedatangan tamu istimewa ayahnya, hal ini membuat ia semakin geram dan ngomel-ngomel tidak karuan.

Kring kring kring

Tiba-tiba suara ponselnya berdering, Qiran pun langsung segera mengangkatnya.

"Ya, hallo, Dad?"

"Hallo, Qiran! Kamu di mana Sayang?" tanya Pak Marco.

"Oh, Daddy maaf. Aku nanti pulangnya agak telat. Jadi Daddy suruh Bi Mira aja yang masaknya okey," ucap Qiran.

"Ih, kok gitu. Kalau masakan Bi Mira, Daddy gak bisa nelan. Lagian kamu kemana dulu sih? Yang lain udah pada pulang, kok kamu belum? Kamu nyangkut di mana? Teman kamu aja udah dari tadi pulangnya, dan sekarang sedang bersama daddy, iya kan By," kata Pak Marco sembari melirik ke arah Alby.

Sementara, Alby hanya tersenyum manis. Ini semua sungguh di luar dugaan Alby, ia tidak menyangka akan bertemu dengan Pak Marco dan mengajak dirinya ke rumah mewah itu.

"By? Si-siapa dia Dad?" tanya Qiran tercengang.

"Ya Alby, siapa lagi? Sekarang sedang bersama Daddy. Pokoknya, sekarang kamu cepatan pulang. Daddy tunggu ya," ucap Pak Marco sembari menutup teleponnya.

" Hallo Dad? Yah dimatiin!"

"Aduhh, si Cumi ngapain ada di rumah!" batin Qiran yang begitu terlihat kesal.

Ketika Qiran sedang berdiri di dekat mobil, ia melihat Aron sedang berbicara dengan seseorang yang tidak ia kenali. Bahkan, Qiran pun tidak bisa mendengarnya secara jelas. Dan ia pun langsung menuju ke tempat itu.

Qiran hendak menguping pembicaraan Aron dan laki-laki itu. Namun, ketika akan menuju kesana, para bandit tua malah menggodanya.

"Halo Nona cantik, kamu yang dari tadi ada di dalam mobil itu yah? mau kemana?" ucap salah seorang bandit tua.

"Aduhh, Gawat nih!" gerutu Qiran.

Para bandit tua itu semakin mendekati Qiran. Sementara Qiran hanya bisa melangkah mundur sedikit demi sedikit. Ia tidak mau jika para bandit itu, mendekatinya.

"Kalian mau ngapain? Jangan mendekat!" seru Qiran.

Qiran semakin takut dan gemetar melihat para bandit itu mendekatinya. Ia ingin menjerit namun tidak bisa. Saking gugup dan rasa takut semakin menyelimutinya.

"Hey, Nona manis. Kamu datang secara tiba-tiba. Dan hal itu, adalah suatu anugerah bagi kami, benarkan teman-teman, ha-ha," para bandit itu semakin bersorak dan antusias.

"Iya, itu bagi kalian! Tapi bagiku ini musibah. Kalau sampai kalian berbuat macam-macam sama aku, aku potong barang kalian menjadi tiga bagian!" geram Qiran. Jarinya sambil menunjuk-nunjuk ke arah mereka.

"Aduh! barang apaan yang dibagi menjadi tiga?" celetuk bandit lainnya.

*

*

*

BERSAMBUNG...

Halo sahabat Miso, maaf jika sering typo wkwkwk mohon di maklumi. selamat membaca ^^