Chereads / Rumah Bekas Pembunuhan / Chapter 16 - 16. Kebenaran

Chapter 16 - 16. Kebenaran

Singgah cerita...

Sumarna : "Ada apa kalian kesini?"

Ayah : "Kami ingin menanyakan tentang rumah itu Kek"

Sumarna : "Ingin menanyakan apa?"

Riki : "Ketiga anggota keluarga kami hilang, dan satu lagi meninggal"

Kakek Sumarna sangat terkejut saat mendengarnya.

Riki : "Sebenarnya ada apa dengan rumah itu? Tolong jelaskan pada kami Kek"

Kakek Sumarna diam dan seperti sedang memikirkan sesuatu.

Amira : "Kenapa Kakek diam saja? Apa Kakek tidak bisa memberi tahu kami?"

Sumarna : "Sebenarnya...." ujarnya gugup

Ayah : "Jelaskan Kek"

Sumarna : "Mungkin ini sudah waktunya saya memberi tahu kebenaran tentang rumah itu"

Riki : "Kebenaran apa Kek?"

Sumarna : "Dulu, rumah itu adalah rumah yang paling indah di desa ini. Banyak orang yang menyukai rumah itu. Dulu saya... saya hanya seorang tukang kebun di rumah itu. Keluarga yang tinggal disana merupakan keluarga yang bahagia, terdapat ayah, ibu dan tiga orang anak"

Riki : "L...Lalu?"

Sumarna : "Mereka semua mati dibunuh karena di rampok"

Amira : "Ya ampun!"

Sumarna : "Sampai sekarang mereka dendam, setiap ada orang yang tinggal di rumah itu, mereka ingin nasib mereka sama, sama sama mati secara tidak wajar"

Riki : "Lalu sekarang bagaimana Kek?"

Sumarna : "Saya akan menyerahkan diri ke mereka"

Ayah : "Apa maksud Kakek? kenapa Kakek ingin menyerahkan diri?"

Sumarna : "Apa kalian tahu, siapa yang sudah membunuh mereka semua?"

Mereka menggeleng gelengkan kepalanya.

Sumarna : "Sayalah yang membunuh mereka"

"Apa?!" tanya mereka terkejut

Sumarna : "Ya! itulah kebenaran nya"

Ayah : "Kakek Sumarna bercanda kan?"

Sumarna : "Tidak, saya mengatakan yang sebenarnya. Dulu saya terpaksa melakukan itu, karena saya disuruh oleh seseorang, dan dia membayar saya dengan jumlah yang besar. Saya benar benar sedang membutuhkan uang untuk operasi istri saya saat itu, makanya saya melakukan hal sekejam itu pada mereka" jelasnya

Riki : "Kakek benar benar keterlaluan"

Sumarna : "Saya terpaksa:("

Riki : "Kakek harus bertanggung jawab dengan semua yang terjadi!!!! Keluarga ku sekarang di incar mereka untuk di jadikan korban selanjutnya!" ujarnya kesal

Amira : "Kak sabar dulu"

Ayah : "Iya, kau jangan terpancing emosi seperti ini"

Riki : "Tapi gara gara dia keluarga kita jadi seperti ini!"

Sumarna : "Maafkan saya"

Riki tiba tiba pergi karena merasa kesal pada Kakek Sumarna. Ayah dan Amira pun mengikuti Riki.

Singgah cerita.....

Saat itu Riki coba menenangkan dirinya di taman yang biasa dia datangi dengan Arni.

Riki : "Apa yang harus aku lakukan sekarang? Bagaimana nasib keluarga ku?"

Tiba tiba...

Arni : "Riki.." panggil nya

Saat Riki melihat ke arah Arni, tiba tiba dia menjauh dari Arni, entah apa yang terjadi.

Arni : "Rik, kau kenapa? kenapa kau menjauh dariku?"

Riki : "K...kau.... kau..."

Arni : "Kenapa?"

Riki : "Jangan berpura-pura lagi, sekarang aku sudah tahu siapa kau sebenarnya"

Arni : "Apa maksudmu?"

Riki : "Mata batinku sudah di buka sepenuhnya! Kau... kau ternyata bukan manusia! kau hantu yang membuat keluarga kami menyedihkan seperti ini! Ya kan?!"

Arni langsung terdiam menunduk saat mendengar nya.

Ternyata benar, setelah mata batin Riki dibuka sepenuhnya, dia bisa membedakan mana hantu dan mana manusia. Dan lebih mengejutkan lagi, ternyata wanita yang dia sukai selama ini adalah salah satu hantu penghuni rumah itu.

Arni : "Riki, kau...."

Riki : "Kau salah satu hantu penghuni rumah itu!"

Arni : "M...maafkan aku"

Riki : "Katakan! dimana ibu dan adik adikku?! Katakan padaku!"

Arni : "Aku tidak tahu Ki:("

Riki : "Jangan bohong!! Kau pasti tahu mereka dimana kan?"

Tiba tiba hantu wanita yang selama ini selalu mengganggu keluarga Riki muncul dan membawa Arni pergi (menghilang).

Riki : "Ya ampun!"

Ayah dan Amira datang menghampiri Riki.

Ayah : "Rik, ternyata kau disini!"

Amira : "Kita capek ngejarin Kakak tahu!"

Riki : "M...maaf, tadi aku emosi"

Ayah : "Kau ini"

Riki : "Aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian"

Amira : "Langsung aja kali"

Dengan ragu ragu, Riki pun menceritakan semuanya pada Amira dan Ayah.