Chereads / DEWA / Chapter 41 - 41. Rumah Mertua

Chapter 41 - 41. Rumah Mertua

Dewa memasuki kamar saat aku sudah siap berdandan. Siang ini aku dan Dewa akan ke rumah Mama mertuaku. Kalian sudah pasti tahu maksud kami ke sana. Tadi aku gagal menemui Cindy di tokonya. Sejak mendengar suara desahan dari dalam ruangan Cindy, aku memutuskan untuk tidak melanjutkan niatku masuk ke sana.

"Sudah siap?"

Aku mengangguk. Menatap pantulan tubuhku di cermin sekali lagi. Pas. Tidak berlebihan, batinku.

"Ayo!" Aku mengapit lengan suamiku. Berjalan keluar kamar dan meniti anak tangga hingga ke lantai satu.

"Kalau perutnya udah besar, kita pindah kamar ke bawah aja, ya, sayang." Dewa mengusap perutku dengan gerakan melingkar. "Biar kamu nggak capek bolak-balik naik tangga. Biar lebih hati-hati juga," lanjutnya. Aku tersenyum sambil mengangguk. Meletakkan tanganku di atas punggung tangannya yang masih mengusap perutku.

"Apapun untuk keselamatan bayi kita pasti aku turutin," ucapku.

Kami berpamitan kepada Bi Asih yang sedang duduk di depan dengan suaminya yang kebetulan sopir pribadi Dewa.

"Pergi dulu, ya, Bi."

"Iya, Tuan, Nyonya. Hati-hati."

Semenjak kejadian malam itu, Dewa mengatakan kalau Bi Asih akan permanen tinggal di rumah ini bersama suaminya. Bahkan suamiku itu sampai merombak kamar yang semula ditempati Bi Asih menjadi 3 kali lebih luas. Agar mereka tinggal nyaman di sana. Dan kebetulan mereka tidak keberatan. Karena memang anak-anaknya sudah berumah tangga dan tinggal di kota yang berbeda-beda. Hanya berkumpul jika saat lebaran dan hari besar lainnya. Mengingat anak-anak mereka juga bekerja.

Aku memasuki mobil saat Dewa membukakan pintu penumpang di bagian depan. "Kenapa nggak jadi pake sopir?" tanyaku.

Yang aku ingat, tadi Dewa mengatakan akan membawa Pak Mamat, suami Bi Asih sebagai sopir kami ke rumah Mama. Karena Dewa berencana akan menginap di rumah Mama. Dan mobil bisa dibawa pulang kembali oleh sopir. Biar tidak memenuhi garase rumah Mama mengingat koleksi mobil Dewa yang memang belum ada niatan untuk ia pindahkan ke garase rumah kami. Dan jangan lupakan koleksi mobil mewah Papa mertuaku juga. Like father like son.

"Nggak apa-apa. Nanti mobilnya bisa nebeng di garase rumah Bunda."

Aku tertawa. Dasar Dewa. Ada saja alasannya.

***

"Nin, ada acara apaan deh?"

Saat sampai di rumah mertuaku, Cindy langsung menarikku masuk kedalam kamarnya. Raut wajahnya kelihatan bingung melihat keluargaku juga ikut berkumpul di sini.

"Acara makan-makan dong. Kan udah gue bilang tadi dipesan."

Cindy membaringkan tubuhnya di kasur dengan kasar. "Nggak mungkin kalau cuma acara makan-makan doang lo dandan begini. Apalagi Mama dan Bunda juga dandan. Papa, Ayah sama Dewa apalagi. Rapi banget kayak hadir di acara formal. Aneh tahu nggak!"

Aku menahan senyum geli. Melihat Cindy uringan begini sangat menghiburku. "Buruan gih dandan juga. Mana tahu ketemu jodoh," godaku. Cindy mendengkus kemudian berlalu masuk ke walk in closet.

"Pake yang mana nih?" tanyanya saat keluar sambil membawa beberapa dres. Sejak awal mataku sudah terfokus pada dres putih gading tanpa lengan yang elegan.

"Yang di depan."

"Yang ini?"

Aku mengangguk saat Cindy menggoyangkan dres yang ku tunjuk. "Simpel tapi elegan," lanjutku.

"Tuhkan, gue makin curiga deh. Makan siang doang pake ribet," gerutunya sambil berlalu masuk kedalam kamar mandi untuk berganti.

"Sayang," Dewa mengetuk pintu kamar Cindy. Aku bergegas membukanya

"Kenapa, Mas?"

"Lama banget di dalam. Ke bawah yuk. Biarin Cindy siap-siap."

"Mas! Jangan dibawa dulu Nindi nya. Awas aja!" Teriakan Cindy dari dalam kamar mandi membuat Dewa memutar bola mata jengah.

Aku tertawa pelan. "Aku bantuin Cindy dulu. Calonnya udah datang?" tanyaku berbisik saat mengucapkan kalimat terakhir.