Chereads / Tespek Pembantuku / Chapter 11 - Pov Ani Part 3

Chapter 11 - Pov Ani Part 3

Aku meninggalkan ruang kamar belakang dan kembali masuk ke dalam kamarku, untunglah aku mendapatkan kamar sendiri.

Aku segera merebahkan tubuhku di atas kasur, aku sungguh tidak sabar menerima uang dan hape baru yang dijanjikan oleh Pak Steven.

Sepulang dari liburan di villa aku ditelepon oleh Pak Steven yang ingin memberikan hadiah yang sudah dia janjikan. Dia memintaku untuk datang ke rumahnya di jam-jam saat anak-anaknya masih kuliah dan istrinya sedang pergi kumpul-kumpul dengan teman-teman sosialitanya.

Aku juga yang sudah selesai menyelesaikan tugasku langsung otewe ke rumah Pak Steven.

Aku kaget saat ditanyai oleh Bi Ijah mau kemana, untunglah Pak Steven mengirimkan Hendri dan membuatnya berpura-pura untuk mengajakku jalan.

Untungnya Bi Ijah tidak melarangku karena semua tugas telah aku selesaikan, tapi dia minta agar aku jangan terlalu lama keluarnya. Aku mengiyakannya.

Hendri yang memang ditugaskan oleh Pak Steven membawaku menggunakan motornya ke rumah sebelah yang menjadi tempat bekerjanya.

"Masuk saja!" ucapnya. "Sudah ditunggu Pak Steven tuh!"

Aku mengangguk mengiyakan dan segera bergegas masuk ke dalam rumah untuk mendapatkan hadiah yang telah Pak Steven janjikan.

Pak Steven memberikan apa yang sudah dia janjikan dan siang itu dia langsung minta dilayani kembali di atas ranjang, aku mengiyakan tapi aku cukup kecewa karena uang bayaranku hanya dua juta saja.

Dia bilang kalau kemarin karena aku masih perawan, nah kalau yang hari ini dan seterusnya akan dipatok tarif dua juta perlayanan. Aku mengangguk saja karena dua juta juga sudah banyak bagiku. Kalau aku sering dipakai, maka uang yang aku dapatkan akan berlipat ganda.

Pak Steven tidak pernah memakai pengaman saat berhubungan denganku, dan aku mengkonsumsi pil kontrasepsi agar tidak hamil. Meski Pak Steven sudah tidak muda lagi, tapi aku takut kalau aku hamil anaknya.

Setelah mendapatkan uang yang banyak dari Pak Steven, aku langsung menghubungi jasa layanan dukun sakti yang tarifnya mahal.

Aku memilih untuk menyewa yang harga sepuluh juta saja dan hasilnya memuaskan, Pak Ricko tidak marah lagi ketika aku mengenakan pakaian yang membentuk tubuh, biasanya dia langsung marah-marah.

Pak Ricko juga mulai curi-curi pandang ke arahku saat aku sedang lewat atau sedang main dengan Ilham.

Hari yang aku tunggu-tunggu akhirnya tiba. Intan si*lan itu akhirnya dinas lagi keluar kota selama dua minggu.

Setiap malam aku selalu mengenakan pakaian yang seksi dan mondar-mandir di depan Pak Ricko yang sedang makan atau nonton televisi.

Namun s*al, Pak Ricko malah memilih untuk segera masuk ke dalam ruangan kamar.

Sudah seminggu aku gagal menggoda Pak Ricko dan aku nekat menggunakan obat per*ngs*ng namun lagi-lagi Pak Ricko bisa mengatasinya dan memilih mengunci diri di dalam kamar.

Aku tidak kecewa kalau reaksi Pak Ricko seperti itu, setidaknya tidak seperti dulu, dulu dia langsung marah dan memecatku, tapi sekarang dia hanya memilih menghindar, yang artinya pel*t dari dukun itu bekerja.

Esok harinya aku berkonsultasi dengan dukun yang aku pakai jasanya, dia bilang kalau Ricko memang sulit untuk ditaklukkan, dia akhirnya memberikan sebuah obat perangs*ng yang sudah dijampi-jampi agar Ricko takluk.

Malam harinya aku beraksi, aku membakar sesuatu yang diberikan oleh dukun yang aku sewa jasanya dan mengedarkan semua asap itu keseluruhan ruangan.

Ilham yang biasanya tidur jam setengah delapan malam, pukul setengah tujuh sudah terlelap, begitu pula Dinda. Anak itu juga memilih tidur lebih cepat bersama dengan Ilham.

Pak Ricko pulang dari toko pukul delapan malam, aku menyambutnya dengan pakaian yang menerawang dan memperlihatkan gunung kembarku yang sengaja tidak aku pakaikan dalaman.

Reaksi Ricko tidak marah, dia malah mulai berkeringat dan berkali-kali melihat ke arah gunung kembarku yang hanya terhalang kain transparan.

Aku senang dengan keadaan ini.

Ricko melangkah kakinya ke dapur karena dia ingin makan malam, aku segera menawarkan diri untuk menghangatkan makanan.

Ricko berkali-kali menelan ludahnya, biasanya dia akan langsung masuk ke dalam ruang kamarnya, tapi kali ini tidak, dia masih bertahan di ruangan dapur.

Aku meletakan makanan untuk Ricko dan sekaligus mengambilkan minuman untuk Ricko, dengan hati-hati aku memasukkan obat per*ngs*ng yang sudah dijampi-jampi dan meletakkan bungkus kosongnya sembarangan.

Ricko makan dengan tidak fokus karena aku memilih duduk di hadapannya.

Ricko akhirnya meminum air yang sudah aku campur obat.

Ricko sudah selesai makan dan dia memilih untuk menonton televisi di ruang tengah.

Aku mengikuti langkah kaki Ricko namun tidak mendekatinya, aku melihatnya dari kejauhan.

Ricko duduk di sofa itu dan dia mulai tidak tenang, mungkin obatnya sudah bereaksi, aku deg-degan, apakah Ricko akan masuk lagi ke dalam kamar. Ternyata tidak, dia masih duduk gelisah di sofa.

Keberanian diri mendekat ke arah Ricko. "Bapak kenapa?" tanyaku dengan suara menggoda.

"Tidak apa-apa!" jawabnya.

Aku mulai berjalan lebih dekat lagi dan kini aku duduk dipangkuan Ricko dan reaksi Ricko, dia tidak marah sama sekali, dia malah langsung mendorong tubuhku ke atas sofa dan mulai melepaskan semua pakaiannya dan mulai melepaskan pakaianku juga.

Saat dia akan memasukan si kecilnya, dia tiba-tiba bangkit dan mengambil pengaman yang ada di saku celananya dan segera memakai pengaman itu.

Aku heran, sungguh Ricko ini sulit untuk ditaklukkan, sekalinya ditaklukkan, dia masih sempat-sempatnya pakai pengaman.

Pergulatan panas kami telah selesai. Ricko dan aku sedang tiduran di atas sofa setelah lelah saling memuaskan.

Aku sungguh bahagia karena akhirnya aku bisa mendapatkan Ricko, laki-laki yang sudah berhasil mencuri hatiku saat pertama kali aku tiba di rumah ini.

Malam masih panjang dan kami melakukannya lagi untuk kedua kalinya dan lagi-lagi Ricko memakai pengaman. Si*lan.

Setelah malam yang menggairahkan itu, aku semakin rajin meminta sesuatu kepada dukun langgananku agar membuat Ricko semakin jatuh cinta padaku.

Hasilnya sangat memuaskan, sampai sekarang Ricko masih sering meminta jatah kepadaku, bahkan mulai memberikan barang-barang berharga dan juga uang.

Sekarang misiku adalah untuk hamil anak Ricko dan membuat Ricko bercerai dengan Intan si*lan itu agar aku bisa menjadi satu-satunya istri sahnya Ricko.

***

Author's note : jangan lupa like, komen, dan vote.

Ingat like itu gratis tidak dipungut dijalanan😏

Tidak ada iklan.

Author ga rela buat iklan di lapak pov nya Ani.

Netijen : halah alesan

Otor : seriusan yank uhuk😏

Netijen : jangan dulu panggil yank, kita belum jadian 😜

Otor : 😐

Sekian terima gaji.