Intan dan Ricko tergesa kembali ke ruang kamar mereka karena mereka belum mandi wajib.
Jalan yang mereka lalui harus melewati pintu kamar Dinda terlebih dahulu baru bisa sampai di tempat tujuan.
Dinda yang sudah bangun dan ingin segera mengambil bungkusan yang berisi k*ndom di dalam mobil Ricko segera berjalan menuju pintu kamarnya dan langsung membukanya.
Dinda kaget saat mendapati Ayah dan Ibunya baru saja akan lewat di depan ruang kamarnya. Kedua pipinya langsung memerah kembali karena bayang-bayang adegan panas Intan dan Ricko kembali berputar di otaknya bak kaset rusak yang menayangkan adegan panas itu berulangkali, bahkan lengkap dengan suara d*sahan Intan dan Ricko yang sedang menikmati percintaan panas mereka di dalam mobil.
"Pagi Kak!" sapa Intan dan Ricko.
Intan dan Ricko bersikap biasa saja karena mereka tidak mengetahui bahwa Dinda tadi malam memergoki aktivitas panas mereka di dalam mobil tanpa diketahui oleh kedua tersangka itu.
"Pagi, Ma, Pa!" sapa balik Dinda dengan suara yang cukup terbata.
Intan dan Ricko menyadari kedua pipi Dinda memerah.
"Kak, pipi kamu kenapa merah?!" tanya Ricko penasaran.
"Aku kegerahan, Pah!" jawab Dinda cepat. "Aku cari angin dulu ya!" kilah Dinda yang ingin cepat-cepat pergi dari hadapan kedua orangtuanya.
Dinda bergegas berjalan sedikit berlari meninggalkan kedua orangtuanya tanpa mendapatkan jawaban terlebih dahulu dari mereka.
Kini Ricko melihat ke arah Intan dengan pandangan bingung. "Sayang, Dinda kenapa ya kok sikapnya kayak gitu?!"
"Dia kayaknya malu?!"
"Malu kenapa?!" dahi Ricko mengernyit.
"Dia ketahuan punya pacar tadi malam!"
"Apa?!" Ricko kaget mengetahui hal ini.
"Kok kamu kaget Mas?! Harusnya kan kamu jauh lebih tahu daripada aku yang sering keluar kota!"
"Aku beneran tidak tahu sayang. Makanya aku kaget!"
"Masa tidak ada tanda-tanda yang ditemukan Mas?!"
"Beneran tidak ada!" jawab Ricko cepat. "Oh iya pacar Dinda namanya siapa sayang?" tanya Ricko penasaran.
"Dani!"
"Oh Dani!" Ricko langsung mengenali pemuda yang dimaksud.
"Kamu kenal Dani, Mas?!" tanya Intan menyelidik.
"Lumayan. Anaknya baik kok! Dia kadang suka main kesini bareng Dita dan teman-teman Dinda yang lainnya! Lebih tepatnya sih bukan main tapi mampir sebentar!" jelas Ricko.
"Jadi si Dani Dani itu pernah ke rumah kita?!"
"Iya! Tapi bukan ngapel! Dia hanya main biasa saja bersama teman-temannya mengajak Dinda main keluar!"
"Terus kamu ngijinin Dinda ikut main sama mereka?!" Intan mulai melotot karena dia tidak pernah diberitahu soal ini oleh Ricko.
"Iya aku ijinin! Lagipula mereka kan mainnya ramai-ramai!" kilah Ricko.
"Iya, ijinnya ramai-ramai tapi dilapangannya kan siapa yang tahu?! Bisa saja mereka berpencar jalan sepasang-sepasang!" Intan mulai kesal.
"Tenang saja sayang! Toh mereka tidak macam-macam!" Ricko mencoba menenangkan Intan.
Intan memang tipe orangtua yang sangat menjaga anak gadisnya dan tidak dengan mudah memberikan ijin kepada Dinda untuk jalan keluar dengan teman-temannya jika tidak ada pengawasan langsung dari orang yang dia percayai.
Biasanya Intan menyewa anak laki-laki Bi Ijah untuk ikut dalam perjalanan Dinda bersama dengan teman-temannya.
Randi adalah anak yang baik dan juga berprestasi di sekolahnya yang juga satu angkatan dan satu sekolah dengan Dinda.
Intan sangat mempercayakan keselamatan anaknya kepada Randi meski mereka berdua terlihat tidak akur.
***
Netijen note : Bunda-bunda, kakak-kakak, adik-adik, kuy like, like, like, komen, dan vote karya Othor Uhuk.
Ingat ya hanya like aja karyanya, orangnya jangan😤 Dia milikku😤
Othor : Uhuk uhuk.
Netijen : Napa batuk-batuk (dengan nada jutek)
Othor : Ngga papa, pengen batuk aja😏
Netijen : Hilih😒
Othor : Kalau sinis gitu kamu makin cantik deh Jen.
Plak.
Othor : Aw (memegangi kepala karena ditimpuk sandal batako)
sekian terima gaji.