Dinda sudah kembali ke ruang kamarnya dengan wajah yang memerah karena tidak sengaja melihat adegan dewasa yang sedang dilakukan oleh Intan dan Ricko di dalam mobil.
"Lupakan Dinda! Jangan diinget-inget!"
Dinda langsung meluncur ke arah kasur empuknya dan memutuskan tidur meski pikirannya masih dibayang-bayangi oleh adegan dewasa yang tadi dia lihat.
Dinda memang masih berusia tiga belas tahun, tapi dia sudah mengetahui tentang hal tabu seperti itu.
Dinda sedang diliputi rasa panik, rasa tidak tenang, rasa risau, dan entah rasa apalagi yang tidak dia mengerti saat ini membuatnya lupa tujuan awalnya datang ke ruang garasi mobil di rumah ini.
Dinda hanya berharap kalau k*ndom yang tidak sengaja terbawa olehnya tidak ditemukan oleh kedua orangtuanya.
***
Intan dan Ricko yang sedang memadu cinta masih menikmati setiap detik aktivitas mereka di dalam mobil itu tanpa perasaan was-was ada orang lain yang sedang mengintipnya.
Mereka sangat yakin tidak ada satu pun orang yang tahu tentang kebiasaan aneh mereka berdua yang suka melakukan aktivitas yang begitu menggairahkan di dalam mobil atau tempat lainnya.
Ricko sangat menikmati kegiatan panasnya dengan Intan seorang wanita yang sudah memiliki dua anak.
Entah kenapa sensasi dan perasaan yang Ricko dapatkan saat melakukan hubungan suami-istri dengan Intan begitu berbeda dengan Ani pembantu di rumah ini.
Perasaannya dan sensasinya saat melakukannya dengan Intan jauh lebih nikmat dan jauh lebih lepas seolah batinnya tidak terpaksa saat melakukan aktivitas itu.
Ricko tidak tahu pasti kenapa dia merasakan ada sensasi dan perasaan yang berbeda.
Jika bersama dengan Ani, kadang di dalam relung hatinya selalu muncul sedikit rasa keterpaksaan dan rasa bersalah dalam waktu bersamaan. Belum lagi kadang ada rasa marah juga yang timbul meski hanya secuil saja di sela-sela kegiatan panasnya dengan Ani.
Saat ini Ricko sangat bersemangat, memacu dirinya dengan kekuatan penuh dan berusaha yang terbaik untuk memuaskan Istrinya yang sedang berada dalam kendalinnya.
Beberapa saat kemudian mobil Ricko yang dijadikan saksi bisu aktivitas panas mereka hari ini telah berhenti bergoyang dan kedua orang di dalamnya sedang berbaring saling berdempetan karena kelelahan dengan sisa-sisa keringat yang masih menetes.
Mereka belum terpejam, mereka masih terjaga dengan senyum yang mengembang.
"Kamu tidak minum obat kuat kan Mas?" celetuk Intan yang kini masih terlihat kelelahan.
"Mas tidak pernah minum obat seperti itu sayang!" jawab Ricko.
"Mas kuat banget dan tahan lama mirip pelembut pakaian yang suka diiklankan di televisi!"
"Hahaha" Ricko tertawa reyah mendengar candaan Intan. "Kalau Multo kan tahan sampai tujuh hari sayang! Kalau si kecilnya Mas kan tidak sampai tujuh hari berdirinya! Hahaha" Ricko kembali tertawa renyah. Intan pun ikut tertawa mendengar penuturan Ricko.
Setelah tawa reda, kini di dalam ruangan mobil itu hening.
"Ma~s" ucap Intan manja membuka percakapan kembali.
"Iya sayang!" jawab Ricko.
"Kalau benih yang hari ini kamu tanam tumbuh, kamu maunya gender apa?"
"Apa aja sayang! Cowok boleh! Cewek pun boleh! Apalagi kalau kembar sepasang, Mas bakalan seneng banget!" sahut Ricko.
"Kamu mau lagi tidak Mas?!" tawar Intan.
"Kalau ditawari Mas tidak akan menolak!" jawab Ricko yang mulai bangkit dari posisi rebahannya dengan semangat empat lima.
Intan tersenyum dan mereka mengulang kembali kegiatan panas itu dan menyebabkan mobil kembali bergoyang.
***
Author's note : Like like like I like you😘
Plak
Pipi Othor digampar Jen Jen.
Netijen : Jangan gimbil ya Thor, ayo yang serius.
Otor : Maaf Jen, Maaf😗
Netijen : Ulangi! (dengan nada memerintah)
Othor : Pembaca yang cantik dan manis
Plak
Pipi Othor digampar lagi sama Jen Jen.
Othor : Kenapa kamu nampar lagi Jen😐
Netijen : Abisnya gimbil😤
Othor : Cie jealous😏 uhuk
Sekian terima gaji