Chereads / Tespek Pembantuku / Chapter 12 - Mesranya Ricko Intan

Chapter 12 - Mesranya Ricko Intan

Intan saat ini sedang menyuapi Kakek Anwar yang sedang kelaparan.

"Pelan-pelan Yah!" ucap Ani saat Kakek Anwar langsung menelan bubur dingin di mangkuknya.

"Aaa" Intan menyuapkan kembali bubur yang ada di dalam mangkuk.

Ricko yang telah selesai menutup pintu garasi mendatangi Intan yang sedang ada di ruang kamar Ayahnya.

"Sayang!" panggil Ricko.

Intan menoleh. "Eh Mas Ricko!"

"Kamu lagi apa?"

"Lagi nyuapin Ayah!"

"Lho bukannya itu tugasnya Ani ya?!" Ricko mulai menarik kursi dan mendekatkan ke arah ranjang dan duduk tepat di sebelah Intan.

"Dia belum nyuapin Ayah! Kayaknya dia lupa! Malah sekarang dia ngilang entah kemana!" jawab Intan yang masih fokus menyuapi Kakek Anwar.

"Kurang ajar banget sih si Ani!" Ricko kesal karena Ani tidak melakukan pekerjaannya dengan benar.

"Nanti juga mau aku marahin si Ani!" Intan memberitahu niatnya.

"Iya marahin saja yang, biar si Ani tidak melunjak!" Ricko terlihat sangat kesal sekali.

Sesaat mereka terdiam. Intan kembali fokus menyuapi Kakek Anwar dan Ricko mulai memijat kedua kaki Kakek Anwar.

"Enak, Yah?!" tanya Ricko kepada Kakek Anwar.

Kakek Anwar mengangguk mengiyakan.

Ricko memijati kedua kaki Kakek Anwar sampai semua makanan yang disuapkan oleh Intan telah habis tak bersisa.

"Tan!" panggil Kakek Anwar yang sudah selesai makan.

"Iya Yah!" jawab satu-satunya wanita di ruangan ini.

"Kamu jangan sering pergi-pergi ya! Ayah kesepian kalau tidak ada kamu!" pinta Kakek Anwar.

"Intan usahakan ya Yah! Tapi Intan tidak bisa janji karena Intan hanyalah seorang bawahan di kantor!"

"Ayah senang kalau Intan ada di rumah! Kamu selalu perhatian sama Ayah, bahkan Ricko juga mau datang menemui Ayah kalau kamu ada di sini!" ujar Kakek Anwar yang memang tidak ada niat menyindir Ricko yang jarang berkunjung ke kamarnya jika tidak ada Intan di ruang kamarnya.

Ricko hanya diam karena ucapan Kakek Anwar memang benar adanya.

"Intan pijitin tangannya ya Yah!" Intan mencoba mengalihkan pembicaraan karena dia bingung harus menjawab apa.

"Tan, Ayah kangen banget sama kamu! Sudah lama kita tidak ketemu!" ucap Kakek Anwar yang saat ini sedang dipijiti oleh anak dan menantunya.

"Hahaha" Intan tertawa reyah. "Padahal Intan setiap hari sebelum berangkat kerja sama sepulang kerja selalu tengokin Ayah lho! Tapi Ayah sudah tidur saja pas Intan pulang. Kalau pas Intan berangkat kerja, Ayah masih tidur!"

"Entahlah Tan! Ayah juga heran kok sekarang Ayah mudah banget tertidur ya! Biasanya dulu Ayah tidurnya selalu nunggu kamu pulang kerja dulu baru setelah itu tidur, dan kalau pagi, Ayah selalu bangun cepat karena ingin melihat kamu sebelum kamu berangkat kerja!"

"Mungkin Ayah lagi kecapekan kali!"

"Ayah selalu terbaring di ranjang Tan, mana mungkin kecapekan!"

"Hahaha!" Intan tertawa reyah lagi. "Oh iya ya!" Intan baru menyadarinya.

Kakek Anwar juga ikut tertawa.

"Oh iya, besok Intan libur tiga hari! Jum'at sampai Minggu! Intan mau ajak Ayah jalan-jalan! Mau kan?!" tanya Intan.

"Mau!" Kakek Anwar tersenyum senang. Dia sudah lama sekali tidak keluar dari dalam rumah. Bahkan saat Intan sedang sibuk bekerja, dia tidak pernah keluar kamar karena Ani ataupun Ricko tidak pernah mengajaknya keluar kamar.

"Ayah mau liburan kemana hm?!" tanya Intan dengan senyum manisnya.

"Ayah mau ke pantai! Ayah pengen lihat laut Tan!"

"Oke, besok kita ke pantai ya Yah!" Intan menyanggupi.

"Makasih ya Tan!"

"Iya sama-sama Yah!" Intan tersenyum lembut. "Sekarang Ayah tidur ya!" pinta Intan. Kakek Anwar mengangguk dan tidak butuh waktu lama dia telah terlelap dan menjelajahi alam mimpinya.

Intan dan Ricko memutuskan keluar dari dalam ruang kamar Kakek Anwar.

Tangan Ricko langsung menggenggam tangan Intan. Intan tersenyum.

"Sayang makasih ya karena kamu sudah baik banget kepada Ayahku!"

"Itu sudah sepatutnya aku lakukan Mas! Ayah Anwar juga kan sudah menjadi Ayahku!" jawab Intan.

Ricko menghentikan langkahnya dan membuat Intan juga terhenti dari langkahnya.

"Kenapa Mas?!"

Tangan Ricko meraih tangan Intan yang satu lagi dan kini dia menggenggam kedua tangan Intan.

"Mas beruntung banget punya Istri yang baik seperti kamu Tan! Mas harap hubungan kita bisa langgeng ya sampai kakek nenek!"

"Aamiin" jawab Intan.

Ricko mengecup kening Intan.

***

Pergulatan panas Ani dan Pak Steven telah mencapai puncaknya. Lagi-lagi Pak Steven mengeluarkannya di dalam seperti biasanya.

"Mas, kamu gimana sih?! Aku bilang kan jangan keras-keras mainnya! Kok masih ganas saja mainnya!" omel Ani yang sedang kelelahan di sebelah tubuh laki-laki tua itu.

"Abisnya Mas terlalu bersemangat sih sayang!"

Ani cemberut.

"Nanti Mas kasih bonus deh!" rayu laki-laki tua itu.

"Harus kasih bonus ya!"

"Beres pokoknya!" jawab Pak Steven.

Kini tangan Pak Steven meraba perut Ani. "Ini anak siapa ya?! Apakah anakku?!"

"Anaknya Mas Ricko!" jawab Ani cepat.

"Tapi kemungkinan besar Anakku lho An!" seru Pak Steven. "Nih ya! Ricko sering pakai pengaman, sedangkan aku tidak pernah pakai pengaman! Kalau ini anakku, kamu nikahnya sama aku saja ya! Nanti kamu aku beliin rumah yang mewah!"

"Tapi bulan kemarin Mas Ricko dua kali tidak pakai pengaman! Jadi ini anaknya Mas Ricko titik! Kalau ini ternyata bukan anak Mas Ricko, aku tetap mau nikahnya sama Mas Ricko dan menjadikan anak ini menjadi anaknya Mas Ricko!" Ani memang tergila-gila dengan Ricko, jadi meskipun anak di perutnya ada kemungkinan bukan anaknya Ricko, tapi Ani hanya akan meminta pertanggungjawaban Ricko seorang.

"Ya sudah tidak apa-apa! Asalkan setelah kamu menikah dengan Ricko, Mas tetap dapat jatah kamu ya!"

"Tidak janji ya Mas!" jawab Ani.

Ani mau dipakai oleh Pak Steven karena dia membutuhkan uang untuk menyewa dukun sakti agar Ricko tetap jatuh cinta kepadanya.

Jika Ani sudah menjadi Istrinya Ricko kemungkinan besar Ani tidak memerlukan uang lagi dari Pak Steven karena dia pasti akan mendapatkan jatah uang dari Ricko setiap bulan.

"Ya sudah kalau gitu Mas akan bocorkan hubungan kita kepada Ricko kalau kamu tidak mau melayani Mas lagi!" ancam Steven. "Mas punya lho rekaman video kita yang lagi berhubungan!"

Ani kaget karena baru mengetahui bahwa Pak Steven diam-diam merekam aktivitas mereka berdua.

"Kok Mas gitu sih! Kenapa tidak minta ijin dulu sama aku!" Ani kesal.

"Buat apa minta ijin!" sahut Pak Steven. "Jadi kamu tidak boleh menolak ajakanku oke! Ini juga aku masih baik sama kamu karena aku tetap kasih bayaran buat kamu!"

Ani menghembuskan kasar napasnya yang sedang kesal.

***

Author's note : Tekan like, ketik komen, dan berikan vote.

Ingat like itu gratis, tidak dipungut dipinggir sawah😏

Iklan yang disponsori oleh uangnya Pak Steven 😏

Otor : Jen jen! (panggil otor)

Netijen : Iya thor

Otor : Gimana Jen?

Netijen : Gimana apanya?

Otor : Gimana jawaban atas pernyataan cintaku Jen?!

Netijen : Oh.

Otor : Ayo jawabannya apa Jen.

Netijen : Maaf ya Thor, tapi Jen Jen tidak menerima buaya. Ini hati (sambil memegangi dada) bukan kebun binatang.

Otor : 😳😳😳😳

Sekian terima gaji.