Chereads / Tespek Pembantuku / Chapter 10 - Pov Ani Part 2

Chapter 10 - Pov Ani Part 2

Aku adalah tipe orang yang suka menghambur-hamburkan uang.

Namanya juga baru bisa menghasilkan uang sendiri, aku beli hape yang lumayan canggih, yang bisa dipakai untuk main media sosial seperti kawan-kawan di kampungku yang keadaan ekonominya lebih baik dari keluargaku.

Aku juga memang sudah terbiasa dari jaman SMP selalu berpenampilan bak seperti anak orang kaya sampai-sampai kedua orangtuaku hutang sana sini untuk memenuhi semua permintaanku.

Aku sih bodo amat, mereka mau kepusingan gara-gara punya hutang banyak di sana-sini itu bukan urusanku. Urusanku hanyalah aku harus mendapatkan apa yang aku inginkan.

Setelah bekerja pun aku belum pernah mengirimkan uang sepeser pun kepada kedua orangtuaku karena semua uang gajiku aku pakai untuk membeli pakaian bagus, makan di restoran bareng teman-teman lainnya yang punya hobi sama sepertiku, kadang kita juga jalan-jalan ke tempat liburan jika mendapatkan ijin dari semua majikan kita.

Followerku di akun media sosialku sudah banyak bahkan mencapai ribuan follower karena aku kerap memposting semua aktivitas jalan-jalanku atau makanan di restoran yang kerap aku nikmati sebulan sekali bersama teman-temanku.

Selama setahun kerja di rumah Bu Intan dan Pak Ricko, aku telah berhasil menjadi pembantu kesayangan mereka kembali.

Setiap mereka pergi berlibur pun aku selalu diajaknya karena mereka memang pada dasarnya baik ingin pembantunya juga ikut jalan-jalan.

Suatu hari Bu Intan dan Pak Ricko sepakat dengan tetangganya yang rumahnya ada di sebelah rumah mereka untuk pergi berlibur bersama karena kebetulan Bu Intan sedang mempunyai cuti kerja yang lumayan lama.

Kami pergi berlibur di villa puncak milik keluarganya Pak Steven. Hanya aku satu-satunya pembantu yang ikut serta dalam liburan itu, meski begitu semua pekerjaan tidak diserahkan kepadaku karena di villa ada tukang bersih-bersihnya sendiri. Selain itu juga Bu Intan dan Bu Elsa selalu membantu jika sedang masak-masak atau bakar-bakar.

Malam itu aku sedang duduk di kursi makan di ruang dapur di villa mewah itu. Tiba-tiba ada Pak Steven yang memasuki ruang dapur.

"Kamu lagi apa An?" tanyanya.

"Lagi duduk saja Pak sambil minum teh!" jawabku.

"Lagi kedinginan ya?!" tanyanya lagi.

"Iya Pak!" jawabku sambil tersenyum.

Pak Steven mulai menyeduh teh juga dan ikut duduk di kursi meja makan.

"An!" panggilnya.

"Iya Pak!" jawabku.

"Bapak juga lagi kedinginan nih!" ucapnya.

Aku hanya memandang Pak Steven yang umurnya sudah lima puluh tahun lebih dengan pandangan sedikit gimana gitu. "Namanya juga dipuncak Pak! Ya pasti dingin hahaha" tawaku kaku. Andai saja yang sedang di hadapanku ini Pak Ricko, aku pasti sudah kesenengan setengah mati.

"Itu hape kamu An?" tanya Pak Steven saat melihat hape milikku tergeletak di atas meja.

"Iya Pak!" jawabku.

"Kalau bapak kasih hape baru yang lebih bagus dari itu kamu mau tidak?!" tawarnya.

"Ya kalau dikasih pasti aku mau lah Pak!" jawabku semangat.

"Bapak bisa sih kasih kamu hape keluaran terbaru sekaligus uang tiga puluh juta tapi ada syaratnya!"

"Syaratnya apaan Pak?!" tanyaku bersemangat.

"Tidur sama Bapak!" jawabnya tanpa tedeng aling-aling.

Aku terdiam karena persyaratan yang diajukan oleh Pak Steven. Aku mulai memikirkan tawarannya, apakah aku harus mengambilnya atau tidak.

Tapi hape keluaran baru itu harganya sampai belasan juta, belum lagi uang yang dia tawarkan, uang itu bisa untuk aku pakai belanja dan buat nyewa dukun untuk menaklukkan hati Pak Ricko.

"Kok kamu diam An? Gimana kamu mau tidak?" tanyanya mengulang. "Oh iya, kamu masih perawan kan?!" tanyanya memastikan.

"Iya Pak!" aku mengangguk.

"Baguslah kalau begitu! Aku tidak rugi kalau menawarkan uang sebesar itu!"

Aku masih terdiam.

"Kok masih diam?!" tanyanya lagi. "Uangnya kurang ya?! Kalau gitu Bapak tambahin sepuluh juta deh!" tawarnya lagi.

Aku semakin berbinar-binar mendengar tawaran PakĀ  Steven yang menggiurkan, empat puluh juta plus hape keluaran terbaru bisa didapatkan secara instan dalam waktu singkat.

"Iya Pak aku mau!" jawabku.

Pak Steven langsung tersenyum senang. "Ayo ikut Bapak sekarang!" ajaknya mulai menarik tanganku.

"Pak jangan narik-narik takut ada yang lihat!" tegurku.

"Oh iya Bapak lupa!" ucapnya. "Kalau gitu Bapak tunggu kamu di ruangan kamar paling belakang ya!"

"Apa aman Pak kalau sekarang ngelakuinnya?!" tanyaku sedikit ragu takut ketahuan oleh penghuni di villa ini.

"Tenang saja! Istri Bapak sudah tidur, lagipula Bapak kan memang sering pisah ranjang sama Istri Bapak! Dia sudah jarang mau layanin Bapak lagi!" jelasnya.

"Oh baiklah kalau begitu, aku bakalan nyusulin Bapak ke kamar belakang!"

Pak Steven berjalan lebih dulu ke kamar paling belakang yang jaraknya lumayan jauh dari kamar lainnya karena area tempat itu sepertinya jarang disinggahi.

Aku mulai membuka pintu dan Pak Steven sudah menungguku, aku memasuki ruang kamar itu.

"Pintunya kunci An!" perintahnya.

Aku menuruti perintahnya. Pintu sudah terkunci, kini Pak Steven memanggilku dengan gerakan tangannya agar mendekat. "Sini An!" panggilnya.

Aku berjalan mendekat dan duduk di sebelah Pak Steven.

"Boleh Bapak mulai!" bisiknya.

Aku hanya mengangguk.

Pak Steven mendorong tubuhku ke atas kasur di kamar itu dan dia menggagahiku dan menjadi orang pertama yang menikmati tubuhku.

Dia tersenyum senang setelah berhasil menikmati tubuhku, aku hanya bisa berbaring saja di atas kasur.

"Besok sepulang dari liburan Bapak kasih ya hadiahnya!" janjinya.

"Jangan sampai lupa ya Pak!" seru Ani.

"Kalau Bapak ingin lagi, kamu mau kan melayani Bapak?!" tanyanya.

"Kalau dibayar sih aku mau! Tapi harus lihat jadwal dulu soalnya tidak bisa pergi seenaknya tanpa ijin dari Bu Intan atau Pak Ricko!"

"Tenang saja! Pasti Bapak bayar kok! Oh iya pelayanan kamu luar biasa An! Banyak-banyak belajar lagi ya! Biar bisa muasin Bapak! Kalau Bapak puas dengan pelayanan kamu, nanti Bapak kasih bonus!"

"Iya Pak!" jawabku. "Tapi sekarang Bapak harus foto dulu sama aku! Biar Bapak tidak ingkar janji! Kalau aku tidak punya pegangan, ntar kalau Bapak ingkar, aku tidak bisa nuntut!"

"Ya sudah ayo kita foto dulu!" Pak Steven setuju saja.

Ani dan Pak Steven yang belum mengenakan pakaian mulai berpose, bahkan mereka berfotonya dengan pose mesra agar bisa dijadikan bukti kalau-kalau Pak Steven ingkar janji.

Setelah selesai berfoto Ani turun dari ranjang dan mulai mengenakan pakaiannya kembali.

"An kamu jangan dulu pergi!" cegah Pak Steven yang masih ingin berduaan dengan Ani.

"Maaf Pak, tapi aku takut kalau Bu Intan mendatangi kamarku dan menemukan aku tidak ada di kamar!" sahutku. "Aku takut dia berpikir macam-macam!"

***

Author's note : Like jangan lupa. Komen juga. Vote juga.

Tidak ada iklan.

Pov Ani belum selesai.