Aku adalah gadis desa yang merantau ke kota untuk mencari uang.
Aku beruntung sekali mendapatkan majikan yang baik, keduanya sangat-sangat baik.
Umurku baru tujuh belas tahun saat mulai bekerja di rumah Bu Intan dan Pak Ricko.
Sejak awal melihat Pak Ricko aku langsung jatuh hati kepada laki-laki beristri itu. Dia tampan, ramah, baik, perhatian kepada semua orang. Meski usia kami terpaut sangat jauh karena Pak Ricko sudah berumur hampir empat puluh tahunan tapi aku tetap jatuh hati padanya sebab wajahnya masih tetap tampan diusianya.
Aku sering mencari-cari perhatian kepada Pak Ricko namun dia tidak pernah menggubrisku.
Pernah suatu kali aku sengaja memakai pakaian dengan kerah baju yang lumayan rendah dan jika aku menundukkan tubuhku maka orang yang ada di depanku bisa melihat dengan jelas sebagian gunung kembarku yang lumayan besar dan menantang ini, namun Pak Ricko hanya memalingkan wajahnya seraya berkata bahwa aku harus berpakaian dengan lebih layak.
Kala itu Bu Intan sedang pergi keluar kota dan keadaan rumah sedang sepi-sepinya karena Ilham dan Dinda sudah tidur, hanya ada Pak Ricko yang belum tidur karena sedang menonton televisi.
Kuberanikan diri duduk di atas karpet tepat di sebelah kaki Pak Ricko yang sedang duduk di atas sofa.
Aku berbasa-basi meminta ijin untuk ikut menonton televisi. "Pak aku boleh kan ikut menonton televisi?!" tanyaku.
Pak Ricko mengangguk. "Boleh An. Tapi jangan kemalaman, besok bangun pagi-pagi bantu-bantu Bi Ijah masak!"
"Baik Pak! Tenang saja aku tidak akan kemalaman kok nontonnya!" jawabku sambil nyengir ke arah Pak Ricko yang sedang fokus melihat layar televisi. Sengaja tubuhku kudekatkan lebih dekat lagi ke arah Pak Ricko dan gunung kembarku yang sangat aku banggakan bisa menempel ke kaki kiri Pak Ricko.
Reaksi Pak Ricko hanya diam, ini adalah lampu hijau bagiku.
Kuputarkan tubuhku melihat ke arah Pak Ricko dengan tangan yang kini mulai kuberanikan menyentuh kaki bagian atas Pak Ricko, hanya menumpang saja, namun bobot tubuhku sengaja kusenderkan ke arah kaki Pak Ricko dan membuat gunung kembarku yang sangat aku banggakan menempel dengan erat di kaki kiri Pak Ricko.
Pak Ricko sedikit kaget dengan perilakuku, namun aku mengira itu hanyalah reaksi biasa dari seorang laki-laki.
"An, kamu jangan nempel-nempel gini!" ucapnya gugup.
Yes, aku bersorak dalam hati, sepertinya Pak Ricko gugup karena adik kecilnya sudah mulai tegang dan berdiri.
"Pak, Ibu Intan lama banget ya tidak pulang-pulang?!" tanyaku mulai membuka pembicaraan yang lebih privasi.
"Tiga hari lagi Intan pulang kok!" jawabnya.
Kini aku semakin menekankan gunung kembarku ke arah kakinya dan Pak Ricko hanya mematung saja, mungkin dia grogi.
"Pak, Bapak kan sudah ditinggal Bu Intan hampir satu bulan! Bapak pasti tidak ada yang melayani kalau malam-malam!" ucapku dengan suara menggoda.
"Maksud kamu apa An?!" tanyanya.
"Maksud aku itu..." aku mulai memberanikan diri untuk menggerakkan tanganku menyusuri kaki bagian atasnya dan kini sudah sampai paha dan sebentar lagi akan sampai ke bagian adik kecilnya Pak Ricko. "Aku siap melayani kalau Pak Ricko butuh!" jelasku memberitahukan niat baikku.
Brukk
Tubuhku terjatuh ke atas lantai karena Pak Ricko langsung mendorong jatuh tubuhku ke arah belakang.
"Kamu pembantu kurang ajar ya An! Berani sekali menggoda majikanmu sendiri waktu istrinya tidak ada!" hardiknya marah.
Aku langsung kaget dan takut karena Pak Ricko malah marah besar.
Aku bergegas bersujud di bawah kakinya. "Maaf Pak! Tadi aku tidak bermaksud!" ucapku ketakutan. Aku takut kalau dipecat dari rumah ini.
"Tidak bermaksud bagaimana hah?! Sudah jelas sekali kalau kau itu memang berniat menggodaku! Sekarang kemasi barang-barangmu! Dan besok pagi segera pergi dari rumah ini! Kamu saya pecat!" ucap Pak Ricko marah.
Aku semakin menunduk wajahku dan kepalaku. Aku tidak mau dipecat.
Aku mulai memutar otak agar aku tidak jadi dipecat. Aku mulai bersandiwara menangis sesenggukan dan bilang pada Pak Ricko kalau orangtuaku di kampung sakit-sakitan.
"Pak jangan pecat saya! Kalau bapak pecat saya nanti orangtua saya di kampung makan apa? Ibuku yang sakit juga nanti tidak bisa berobat!" aku menangis sejadi-jadinya agar Pak Ricko luluh.
"Saya mohon Pak, jangan pecat saya! Saya tadi khilaf, saya janji tidak akan mengulanginya lagi! Saya juga akan berpakaian dengan rapi dan pantas!" rayuku dengan air mata buayaku yang berlinang-linang.
Pak Ricko yang memang pada dasarnya orang baik sepertinya mulai luluh.
"Ya sudah. Aku maafkan kali ini, tapi jangan diulangi kembali!" pesannya.
Pak Ricko langsung pergi dari ruang tengah dan masuk ke kamarnya sendiri.
Fiyuh, aku menghembuskan napas lega karena tidak jadi dipecat Pak Ricko.
Aku menyeka dengan kasar air mata buayaku. "Tidak sia-sia kemampuan aktingku ternyata, hahaha" tawaku pelan.
Setelah tahu bahwa Pak Ricko tidak bisa dirayu, aku mulai menjaga sikapku dan tidak pernah berani menggodanya kembali.
Aku kini berusaha dengan keras agar bisa disayang kembali oleh Pak Ricko dan semakin diaayang oleh Bu Intan.
Aku semakin rajin bekerja dan selalu melakukan pekerjaan dengan baik dan yang terpenting aku tidak menggoda-goda lagi Pak Ricko.
Suatu hari aku menemukan situs cara jitu membuat orang yang kita taksir jatuh cinta kepada kita.
Di ulasan situs itu banyak sekali akun yang memuji kinerja pemilik situs itu yang berhasil membuat para kliennya puas karena tujuannya dan keinginannya tercapai.
Mulai dari mendapatkan hati pujaan hati, penglaris, dan lain-lain.
Aku mulai memberanikan diri untuk menghubungi nomor telepon yang tertera di situs itu. Aku menanyakan berapa tarif untuk membuat lawan jenis yang aku sukai jatuh cinta kepadaku.
Aku bengong saat mendengar biayanya yang sangat mahal yaitu sekitar sepuluh jutaan untuk kelas yang paling rendah dan lima puluh jutaan untuk kelas yang paling tinggi.
Aku yang memang pada dasarnya tidak punya uang sebanyak itu mengurungkan niatku untuk memakai jasa paranormal di situs itu.
Aku mulai menelusuri situs lain dan tanya kesana kemari tentang dukun yang paling hebat dalam membantuku menaklukkan hati Pak Ricko.
Aku akhirnya menemukan dukun yang lumayan murah dan hasilnya zonk.
Pak Ricko masih belum ada tanda-tanda menyukaiku.
Aku mulai mencari dukun lain dan hasilnya sama-sama zonk.
Aku akhirnya menyerah karena aku tidak mungkin bisa menggunakan jasa dukun yang mahal karena uang gajiku tidak pernah bersisa setiap bulannya karena aku tergolong orang yang suka berpenampilan seperti orang kaya jika sedang keluar dari rumah majikanku.
***
Author's note : Jangan lupa like, komen, votenya.
Kalau ngga otor ngambek nih😤 Kalau otor ngambek obatnya susah lho😏 kalian harus rayu otor tujuh purnama berturut-turut 😏
Tidak ada iklan.
Pov Ani belum selesai soalnya.