Chereads / Tespek Pembantuku / Chapter 5 - Ricko Nackal PHP

Chapter 5 - Ricko Nackal PHP

Warning : Bagi yang belum cukup umur segera menjauh. Kalau tetap nekat mendekat dan baca tanggung dosanya sendiri dan akibatnya sendiri ok😏

Hari sudah mulai gelap karena adzan maghrib sudah berkumandang. Semua orang yang ada di rumah keluarga kecil Intan memang tidak ada satu pun yang melaksanakan sholat karena mereka memang bisa dibilang bukan orang yang taat agama sebab sedari kecil baik Intan dan Ricko tidak dibiasakan oleh kedua orangtua mereka dekat dengan Tuhan mereka.

Intan masih ada di ruangan kamar Dinda sedang membantu anak perempuannya mengerjakan PR matematika.

"Ma, yang ini gimana ngerjainnya?" tanya Dinda yang tidak mengerti. "Dinda selalu salah jawabannya meski Dinda menghitungnya dengan tepat!" adu Dinda dengan wajah cemberut.

"Coba Mama lihat coretan-coretan kamu!" pinta Intan. Dinda menggeserkan bukunya ke hadapan Intan. "Mama coba periksa ya di mana letak kesalahan kakak ngerjainnya!" Intan memeriksa coret-coretan milik Dinda. "Ketemu!" seru Intan.

Dinda langsung mendekat. "Di mana salahnya Ma?" tanya Dinda dengan segera.

"Ini di sini nih!" tunjuk Intan. "Harusnya kakak kerjain dulu yang ada di dalam kurung, nah setelah kakak dapat hasil dari angka-angka di dalam kurung, baru kakak kerjakan yang berada di luar dalam kurung. Nih kayak gini nih!" Intan mulai meraih pulpen dan menunjukan cara yang benar. Dinda mengamati dengan serius.

Di ruangan kamar Kakek Anwar, laki-laki renta itu yang tidak bisa apa-apa lagi dan hanya bisa terbaring di atas ranjang hanya bisa menahan rasa laparnya.

"Intan! Intan!" panggil Kakek Anwar lirih. "Ayah lapar Intan!" keluhnya kepada orang yang bisa dipastikan tidak akan bisa mendengar suaranya saat ini.

"Intan!" panggilnya lagi dengan suara yang lirih.

Kakek Anwar adalah Ayah kandung dari Ricko, Ibu Ricko sudah lama meninggal dan hanya tinggal Ayah Ricko seorang yang belum meninggalkan dunia ini.

Kakek Anwar yang statusnya adalah Ayah Ricko tapi dia lebih sering menyebut nama Intan dibandingkan dengan nama anaknya karena Intan lebih perhatian kepada dirinya dibandingkan anak lelakinya.

Kakek Anwar sangat bersyukur mempunyai menantu yang baik seperti Intan, yang selalu memperhatikannya dan mengurusnya disela-sela kesibukannya sebagai Ibu rumah tangga dan wanita karir.

"Intan!" lirihnya lagi.

Di lain tempat orang yang bertanggungjawab untuk memberikan dan menyuapi kakek Anwar makanan sedang bermesraan dengan anak laki-laki tua itu.

Ricko dan Ani sedang duduk di atas rerumputan di taman belakang. Kepala Ani disenderkan ke bahu Ricko.

"Mas, aku belum puas!" ucap Ani manja.

"Belum puas apa sayang?" tanya Ricko.

"Belum puas digoyang kamu Mas!" Ani kini mulai meraba si kecilnya Ricko. Tangan Ricko langsung memindahkan tangan Ani. "Kenapa?" Ani mendongakkan wajahnya menatap ke arah Ricko.

"Mas takut kalau si kecil bangun!" jawab Ricko.

"Kalau bangun malah bagus Mas! Nanti Ani manjain si kecilnya Mas Ricko!" jawab Ani yang mulai mengecupi leher Ricko.

Ricko mulai menjauhkan tubuhnya dari tubuh Ani. "Di sini?!" tanya Ricko. "Di taman ini?!" Ricko memastikan.

"Di kamar aku Mas!" jawab Ani.

"Kamu gila!" ucap Ricko. " Intan lagi di rumah! Kalau dia tidak sengaja lihat aku keluar dari kamar kamu, habislah aku!" Ricko tidak setuju dengan kemauan Ani yang mengajaknya main ahem-ahem di dalam kamar pembantu muda itu. "Tapi kalau kamu mau main di sini! Mas mau kok dipuasin sama kamu!" bisik Ricko yang mulai mendekatkan tubuhnya kembali.

"Sekarang Mas yang gila!" sahut Ani. "Kalau satpam rumah ini keliling habislah kita!" jelas Ani.

"Dia tidak akan keliling di jam-jam seperti ini!" sangkal Ricko. "Gimana mau tidak?!" tawar Ricko.

"Tapi di sini aman kan dari jangkauan CCTV?"

"Tenang, di sini aman kok! Tempat ini kan titik buta CCTV di taman belakang ini!" jelas Ricko.

"Berarti aman ya!"

"Iya, aman banget!" angguk Ricko.

"Mas kenapa tidak nonaktifkan semua CCTV di luar rumah ini seperti semua CCTV di dalam rumah?!"

"Karena ini demi keamanan sayang!" jawab Ricko. "Takut ada perampok atau pencuri masuk ke rumah ini, makanya CCTV-nya tidak Mas nonaktifkan!" jelas Ricko.

"Oh" Ani mengangguk-angguk. Gadis muda itu kini mulai mendekati Ricko kembali. "Ayo Mas katanya kita mau main ahem-ahem!" ajak Ani yang tangannya mulai meraba dada Ricko. "Aku masih belum puas nih! Tadi pagi biasanya kita main pas Bi Ijah ke pasar malah ada Dinda dan Ilham yang pulangnya lebih cepat dari sekolah mereka! Pas sore ke taman hiburan, Dinda juga ikut, jadi kita tidak bisa lama-lama di hotelnya! Kita lanjutin yang tadi sore yuk Mas!" bisik Ani yang kini sudah menaiki tubuh Ricko.

"Ayo!" jawab Ricko setuju.

Ani langsung menyerang bibir Ricko dengan ganas dan Ricko juga mengimbangi serangan Ani.

Tangan Ani mulai melepaskan pakaiannya sendiri, lalu melucuti pakaiannya Ricko.

Ani sudah sangat bergairah dan sudah tidak sabar untuk dimasuki oleh Ricko kembali.

Tangan Ani mulai turun, kali ini dia membuka kancing celana jeans yang dikenakan Ricko dan menurunkan ret sleting lawan mainnya.

Bukk

Tiba-tiba tubuh Ani didorong menjauh dari tubuh Ricko.

"Kenapa tiba-tiba dorong aku Mas?" tanya Ani.

"Maaf An! Aku baru ingat kalau malam ini aku akan main bersama Intan agar Intan tidak curiga!" jelas Ricko yang mulai memakai pakaiannya kembali.

Ani yang sedang tidak memakai apa-apa memandang kesal ke arah Ricko. "Mas Ricko PHP!" ucapnya kesal.

"Maaf ya sayang! Mas janji besok kita main sampai puas ya!" janji Ricko.

Ani yang memang sedang menginginkan dipuaskan oleh Ricko hanya manyun cemberut karena dia harus meredam kembali gairah yang sudah sangat berkobar.

"Terserah Mas saja!" ketus Ani yang langsung memunguti pakaiannya dan segera memakainya kembali.

"Mas minta maaf banget ya!" Ricko yang sudah selesai berpakaian mendekati Ani yang saat ini sedang mengancingkan kancing bajunya satu persatu. Ani mengusir Ricko dengan gerakan bahunya menandakan bahwa dia sangat marah dan kesal. "Kamu jangan marah ya! Besok Mas beliin perhiasan mau tidak?!" rayu Ricko.

"Oke! Aku tunggu perhiasannya ya besok!" jawab Ani yang wajahnya masih cemberut.

"Oke! Kalau gitu Mas masuk ke rumah dulu ya!" pamit Ricko.

"Iya Mas silakan! Aku mau ke mini market depan komplek boleh kan Mas! Mau nyari yang adem-adem dulu! Terus juga lagi pengen makan sate juga!" ijin Ani.

"Iya boleh!" jawab Ricko.

Ani menengadahkan tangannya. "Minta uangnya dong Mas!"

Ricko yang kebetulan memang masih mengantungi dompetnya langsung mengeluarkan dompet itu dari saku celananya dan memberikan beberapa lembar saratus ribuan untuk Ani.

"Makasih Mas Ricko sayang!" Ani mencium pipi Ricko karena senang diberikan uang oleh lelaki itu.

"Hati-hati!" pesan Ricko.

"Beres!"

Ani dan Ricko berpisah dan berjalan menuju tujuan mereka masing-masing.

"Ck" decak seseorang yang sedang mengintip di balik tanaman hias yang lumayan rimbun.

***

Author's note : klik tombol likenya, masukan ke dalam favorit atau klik love dan komen.

Iklan yang disponsori oleh otak-otak rasa ayam.

Netijen : Thor thor ada obat buat redain panas dingin ngga?

Otor : Jen jen lagi sakit ya?!

Netijen :  nggak (sambil menggeleng)

Otor : Terus panas dingin kenapa?

Netijen : panas dingin gegara baca part 5

Otor : Bjir😱😱 Jen jen udah baca part 5 nya.

Netijen : Obatnya mana woy (mulai esmoni)

Otor : Tenang  Jen tenang, sabar. Sini Otor peluk😏 ini obat paling mujarab Jen (sambil memoyongkan bibir otor)

Netijen : Plak (Bibir Otor di geplak sandal jepit sama Netijen) rasain noh.

Otor : 😭

Sekian terima gajih.