Chereads / Tespek Pembantuku / Chapter 4 - Ani Berhati Busuk

Chapter 4 - Ani Berhati Busuk

Keluarga kecil Intan masih ada di ruang tengah sedang menonton televisi.

"Kak!" panggil Intan kepada Dinda anak tertuanya.

Dinda tidak menoleh.

"Kak Dinda!" ulang Intan memanggil anak tertuanya.

Intan kini mulai mendekati anaknya dan menepuk pelan pundak Dinda.

"Kak!" panggilnya lagi.

"Eh iya, Ma!" Dinda terperanjat kaget setelah ditepuk pundaknya oleh Intan.

Intan tersenyum. "Kakak sudah ngerjain PR hari ini belum?" tanya Intan.

Dinda menepuk keningnya. "Aduh, Kakak lupa Ma!" Dinda baru ingat bahwa hari ini dia ada PR matematika dan besok harus dikumpulkan meski besok tidak ada jam pelajaran matematika. "Tunggu sebentar ya Ma!" Dinda meletakkan HP-nya di atas sofa dan gadis muda yang masih berusia tiga belas tahun itu segera berlari menuju kamarnya untuk mengambil buku PR-nya.

Pandangan mata Intan tiba-tiba tertarik ke layar HP anaknya yang sedang tergeletak di sofa. Ada pesan masuk dari sebuah nomor yang diberi nama Dani. Pesan dari Dani terpampang di layar utama tapi hanya sebagian saja.

"Yank, kamu besok jadi ke tempat Dita kan?! Kalau jadi aku titip..." isi pesan Dani tidak terbaca lagi karena di layar utama notifikasi pesan tidak akan ditampilkan secara utuh.

"Ma!" Dinda sudah kembali ke ruang tengah dengan buku di tangannya.

Intan mengalihkan pandangannya dari layar HP ke arah Dinda anaknya dan tersenyum.

Dinda sudah duduk kembali namun kali ini dia duduk di atas karpet agar memudahkannya menulis di atas meja ruang tengah.

Dinda dengan segera membuka lembaran bukunya. "Ini Ma PR-nya!" tunjuk Dinda.

Intan melongok melihat PR anak perempuannya itu, banyak angka-angka yang tertulis di setiap nomor, namanya juga matematika ya sudah pasti banyak angka di setiap nomor soalnya, kecuali kalau soal bercerita.

"Dinda tidak paham sama yang soal ini, Ma!" tunjuk Dinda ke soal nomor tiga.

"Kamu tidak pahamnya di mananya sayang?" tanya Intan.

"Dinda kan kerjain soalnya ya, Ma! Tapi jawaban Dinda selalu salah, padahal Dinda sudah cek, jawaban Dinda bener kok, sesuai sama di coret-coretan Dinda!"

"Gimana sayang coba ulangi!" pinta Intan yang tidak bisa mendengar dengan jelas penjelasan dari Dinda karena anak bungsunya  sedang heboh meniru gerakan dan gaya bicara tokoh kesukaannya.

Dinda pun mengulanginya lagi namun Intan belum bisa mendengar dengan jelas karena Ilham semakin heboh.

"Dek, jangan terlalu keras dong ngomongnya!"  kesal Dinda kepada Ilham.

Ilham yang sedang asyik dengan kegiatannya tidak menggubris ucapan Dinda.

Dinda yang tidak digubris mulai bergerak untuk mendekati Ilham dan memarahinya lebih keras.

"Sudah Kak!" larang Intan. "Kita pindah tempat saja ya!" ajak Intan menyarankan bahwa mereka saja yang pindah tempat daripada mengganggu kesenangan Ilham yang memang di usianya sedang seru-serunya meniru dan heboh saat menonton acara kesukaannya.

"Baiklah!" Dinda setuju dan tidak jadi memarahi Ilham.

"Mas, aku ke kamar Dinda dulu ya!" pamit Intan kepada Ricko.

Ricko mengangguk mengiyakan. "Iya!" jawab Ricko.

Dinda dan Intan berjalan meninggalkan ruang tengah dan menuju ruang kamar Dinda. HP Dinda yang tadi tergeletak pun diambil oleh sang empunya dan ikut dibawa ke ruang kamarnya.

Ricko melihat kepergian Intan, kedua pandangan matanya tetap mengikuti Intan dan Dinda sampai mereka berdua benar-benar masuk ke dalam kamar Dinda.

Setelah merasa aman, Ricko bangkit dari duduknya lalu menghampiri Ilham.

"Dek, kalau nanti Mama tanya Papa kemana? Kamu jawab Papa lagi jawab telepon penting ya!" pesan Ricko kepada Ilham.

"Baik, Pah!" jawab anak kecil yang masih polos itu

Ricko tahu bahwa Intan setiap kali membantu Dinda dalam mengerjakan PR-nya akan lama berada di dalam kamar anak perempuannya itu karena Intan akan menemani Dinda belajar   mata pelajaran yang lainnya lagi.

Ricko mulai berjalan menuju ruang dapur karena dia yakin kalau Ani pasti sudah berada di ruang itu. Dan benar saja saat ini Ani sedang membersihkan pecahan mangkuk yang berserakan di atas lantai dapur.

"Sayang!" seru Ricko.

Ani menoleh lalu kedua matanya langsung berkaca-kaca melihat kedatangan Ricko.

Ricko ikut jongkok dan menggenggam tangan Ani. "Maafin Mas ya! Mas tadi terpaksa berbuat seperti itu karena Intan sedang curiga karena kita memiliki aroma sabun yang sama! Kamu mau kan maafin Mas?!" pinta Ricko.

"Iya!" Ani mengangguk lalu dia langsung memeluk Ricko. "Mas tahu tidak?! Aku tadi sedih banget pas Mas Ricko ketus dan sinis sama aku!" Ani mulai terisak. Ani memang pintar bersandiwara dan membuat orang yang saat ini sedang dipeluknya merasa sangat bersalah.

"Mas minta maaf banget ya sayang!" Ricko mengelus rambut Ani dengan sayang.

"Mas, nanti malem Mas datang ya ke kamarku! Aku mau ngasih tahu sesuatu!"

"Kalau nanti malam Mas tidak bisa!" tolak Ricko.

"Kenapa?" Ani mendongakkan wajahnya dengan matanya yang berkaca-kaca.

"Mas harus yakinkan Intan supaya dia tidak curiga lagi sama kita berdua!"

'Kalau curiga dan kita ketahuan malahan bagus dong! Nanti Nenek lampir itu pasti bakalan minta cerai dan aku akan bisa menjadi istri sahnya Mas Ricko!' batin Ani. 'Aku tidak sabar menanti Nenek lampir itu tahu tentang hubungan antara aku dengan Mas Ricko!' lanjut Ani membatin. 'Tapi kalau aku yang blak-blakan ngasih tahu pasti Mas Ricko bakalan marah sama aku! Mudah-mudahan tespekku yang aku sengaja buang di tong sampah dapur ditemukan oleh Nenek lampir itu!'

Ani pembantu muda di rumah ini memang sengaja meletakan tespek miliknya ke dalam tong sampah dapur. Dia juga dengan sengaja melarang Bi Ijah yang akan membuang sampah dengan dalih bahwa Ani saja yang akan membuangnya. Namun alih-alih membuang sampah itu, Ani malah sengaja membiarkannya dan mengatur agar Intan yang membuangnya sendiri, sehingga Intan bisa menemukan tespek yang sengaja dia buang ke tong sampah dapur.

Ani memang sengaja sore tadi membujuk Ilham agar pergi ke taman hiburan, tapi tidak disangka Dinda juga ingin ikut, tapi untunglah Dinda saat sampai di taman hiburan anak itu pamit pergi karena harus bertemu dengan teman perempuannya yang sedang membeli buku di mall itu.

Saat ini Ricko yang memunguti pecahan mangkuk itu sedangkan Ani sedang duduk manis di kursi meja makan.

Ani sepertinya lupa dengan tugasnya mengantarkan makan malam untuk Kakek Anwar. Atau mungkin Ani tidak lupa namun dia dengan sengaja tidak segera mengantarkan makan malam untuk Kakek Anwar karena gadis yang sudah tidak perawan itu ingin bermesraan dengan Ricko di taman belakang yang aman dari jangkauan CCTV rumah ini.

***

Author's note : Pembaca yang baik akan memberikan like, komen, dan vote dengan dukungan terbaik. Bagi yang silent reader tidak apa-apa asalkan tetap like okay. Like gratis kok tidak dipungut dipinggir jalan eh maksudnya tidak dipungut biaya😏

Iklan ini disponsori oleh esmoni abang-abang sate.

Netijen : Tor lu kok kaga malu ngakuin kalo karya lu niru dari lapak sebelah.

Otor Uhuk : Koreksi ya, bukan niru tapi terinspirasi. Niru sama terinspirasi beda lho. Ini jalan ceritanya udah jauh beda lho sama cerita asli dari kedua novel.

Netijen : Bilang aja lu ngga punya malu Tor.

Otor Uhuk : Kenapa ane harus malu? Ane mah   bangga karena ngaku dengan jujur kalau ane memang terinspirasi dari karya orang lain.

Nih ye coba bandingin sama otor lain yang malah marah-marah dan curhat sakit hati gara-gara karyanya dibiling mirip sama lapak sebelah, tapi dia kekeh bilang itu hasil pemikiran sendiri tapi aslinya di lapak sebelah memang ada. Coba bandingin masih mending otor Uhuk atau otor itu?

Masih mending otor uhuk kemana-mana😏

Otor hargai penulis asli dan ingin pembaca di novel otor juga baca karya yang asli biar kalian semua tahu kalau jalan ceritanya memang beda.

Netijen : (terdiam seribu bahasa)

Otor Uhuk : 😏

Pembahasan ini cukup sampai disini aja okay, besok otor pengen buat iklan yang bikin menggelepar jiwa raga hati pikiran  cewek-cewek di MT NT😏 uhuk uhuk eh keselek lagi...

Tanda-tanda banyak yang naksir nih😏