Yan Yiren yang telah pingsan pun dibawa ke suatu tempat oleh pengawal dari orang asing tersebut.
Entah berapa lama Yan Yiren pingsan, akhirnya ia dapat tersadar juga.
Rasa sakit mulai terasa lagi, terutama pada bagian lehernya yang terasa sakit dan mati rasa. Kepalanya juga terasa berat. Ketika ia menyentuh bagian belakang kepala, ada sesuatu yang menonjol.
Ya, leher bagian belakangnya terasa Bengkak!
Saat kesadarannya telah pulih, Yan Yiren baru menyadari bahwa dirinya berada di ruangan yang sangat gelap. Ruangan itu juga tidak memiliki sumber cahaya sama sekali. Ia menahan nyeri untuk bisa duduk, "Di mana ini?"
Telapak tangannya meraba bagian yang ia duduki. Terasa kasar. "Apakah itu karpet?"
Yan Yiren hanya mengingat bahwa ia baru saja pergi ke makam. Lalu saat mau pulang, ia mendengar suara langkah seseorang mengikutinya…
Jangan-jangan, ini penculikan?!
Ia pun menjadi waspada dan menatap ke sekeliling.
Yan Yiren meraba-raba sakunya untuk mencari telepon selulernya. Tapi bukan hanya telepon seluler yang tidak ditemukannya, tas pun juga tidak ada.
Sudah jelas, penculik itu telah merenggut tas dan telepon selulernya agar Yan Yiren tidak melaporkan ke kepolisian.
Tapi siapa yang mau memberi tebusan agar bisa terbebas dari sini?
Yan Shudan dan ibunya? Jelas sangat tidak mungkin.
Jangan-jangan mereka tahu bahwa Yan Yiren adalah kekasih Ji Hanjiang. Namun bila mereka berani menculik Yan Yiren seperti ini, Ji Hanjiang tentu tidak akan memberikan tebusan yang diinginkan penjahat. Bisa saja, bila Ji Hanjiang malah menghajarnya."
Selain Yan Shudan dan ibunya, lantas siapa?
Sayangnya saat Yan Yiren memikirkan hal itu, seketika pula ia merasa kesakitan di belakang kepalanya lagi.
"Klik!"
Suara petikan itu menyalakan lampu di ruangan itu. Yan Yiren langsung memperhatikan keadaan sekitar dibantu oleh cahaya lampu.
Ternyata ini adalah ruang kamar. Kamar ini bergaya Eropa abad pertengahan. Di langit-langitnya yang tinggi, tergantung lampu kristal yang panjang.
Ranjangnya tinggi, gordennya tebal, terasa gelap dan sunyi.
Ketika jendela bermotif khusus di kamar itu terbuka, angin malam sepoy-sepoy masuk menyibakkan gorden berwarna abu-abu.
Sebuah lukisan besar seorang perempuan Arab berjubah dan berkerudung hitam sutra dengan matanya yang menatap tajam, telah terpasang di salah satu dinding kamar tersebut.
Mata tajamnya itu memandang dalam-dalam.
Tubuh Yan Yiren seketika gemetar. Ia melepas lamunannya dan segera berlari ke arah jendela. Kedua tangannya memegang jendela, ia melihat pemandangan di luar sana sangat gelap. Sangat gelap, bahkan cahaya bintang pun tak ada.
Suasana saat ini juga terasa sunyi. Kegelapan di sekitar sini terlalu pekat.
"Siapa?" Suara Yan Yiren tidak bisa menutupi rasa takut dirinya. Tubuhnya masih gemetar ketakutan, "Siapa yang sengaja membuat trik seperti ini?"
Tidak! Yan Yiren harus segera pergi dari sini!
Memikirkan hal ini, ia menarik napas dalam-dalam agar tenang. Lalu ia melihat sebuah pintu dan segera berlari ke sana.
Ia membuka pintu itu. Suasana di luar pintu itu sama persis dengan yang dipikirkannya. Koridor bangunan ini terlihat gelap di manapun.
Tidak hanya gelap, namun juga suram dan mengerikan.
Cahaya berwarna kuning dari lampu gantung menyinari koridor, seolah-olah lampu itu adalah tangan yang mengontrol semuanya.
Yan Yiren merasa ragu. Ia meyakinkan diri sendiri bahwa di dunia ini tidak ada hantu! Jadi, tidak mungkin ia berada di istana hantu, kan?
Sesuatu yang ada mungkin hanya orang yang jahat seperti setan.
Ia melepaskan tangannya dari gagang pintu. Kamar yang baru saja ia tempati adalah kamar paling pojok dari koridor ini. Ia melangkah menyusuri koridor ini. Lampu-lampu di sepanjang koridor menyala mengikuti langkah Yan Yiren.
Aroma di sekitar sangat kotor dan bau.
Semakin Yan Yiren melangkah maju, bau itu semakin pekat.
"Hoek!" Yan Yiren memegang perutnya. Ia merasa mual.
"Plakk!!!"
"Siapa?!" Yan Yiren melihat ke arah suara itu. Namun yang terlihat hanyalah sebuah sepatu hak tinggi merah tergeletak di atas karpet.
"Siapa kau? Keluarlah!"
Ketakutan Yan Yiren memuncak. Ia mengepalkan tangan mengumpulkan keberanian untuk berjalan ke arah sepatu hak tinggi merah itu.
Sepatu hak tinggi itu tergeletak di depan kamar yang pintunya sedang terbuka setengah. Yan Yiren perlahan membuka pintu yang berat itu, sehingga terdengar suara decitan yang sangat panjang.