Teriakan Yan Yiren yang semakin keras sepertinya makin membuat perempuan gila itu mengganggunya. Teriakan "Aaaa!" dan permintaan tolong tidak henti-hentinya di ucapkan Yan Yiren.
Di luar, untungnya ada seorang gadis yang sedang berjongkok di rumput sambil memegang bola. Ia mendengar suara teriakan itu. Gadis itu pun mendongakkan kepalanya dengan bingung, "Suara apa itu?"
Para pengawal saling memandang satu sama lain lantaran mereka tahu itu adalah suara perempuan yang ditangkap dari kemarin.
Saat ini, mereka memperkirakan perempuan itu sedang dihukum.
Bisa dibilang, Yan Yiren sedang sial karena telah menginjak peliharaan kesayangan Tuan Muda. Kalau tidak mati sekarang, mungkin Yan Yiren hanya akan merasakan koma.
Perempuan gila di lantai empat itu sangat mengerikan.
"Nona, kami tidak mendengar suara apapun." Sangkal salah seorang pengawal.
Gadis itu melemparkan rumput yang ada di tangannya. Sambil tetap memeluk bola, ia berlari menuju rumah tua itu.
"Nona, pelan pelan!" Pengawal itu tidak berani menghentikan gadis itu dan berhati-hati mengikuti majikannya.
Yan Yiren melihat seorang gadis memakai gaun. Ia segera meminta tolong pada pengawal yang mengikuti gadis itu, "Tolong... tolong!"
Gadis itu mendongak ke sumber suara. Ia terkejut sampai bola dalam pelukannya terjatuh menggelinding.
Gadis itu ternganga. Lalu ia menutup mulutnya. Ia bukan menutupi mulutnya yang menganga, melainkan menutupi tawanya yang menggelegar, "Kak, kau sedang main atraksi?"
Atraksi? Ya Tuhan!
Yan Yiren bukan mau atraksi, tapi mau mati!
Kenapa gadis itu tolol sekali? Apa dia tidak tahu kalau nyawa Yan Yiren sedang di ujung tanduk?
Seketika, Yan Yiren mendapat ide dalam situasi yang berbahaya ini, "Iya benar, aku sedang atraksi. Tapi bisakah kau menyelamatkanku dari perempuan gila itu dulu? Nanti aku akan atraksi di depanmu."
Gadis itu berkedip langsung menjawab, "Oke!"
Setelah mengatakan itu, ia bertepuk tangan untuk atraksi Yan Yiren ini.
"Dik, tolong selamatkan aku dari perempuan gila itu dulu..." Ia mengatakan hal itu sampai terasa akan ikut gila juga.Wajahnya tampak ketakutan dan penuh dengan rasa khawatir pada dirinya sendiri.
Gadis itu berbalik badan. Wajahnya serius mengutus para pengawalnya, "Kalian, naiklah ke sana."
"Siap!" Tidak ada pilihan lain, para pengawal itu memasuki rumah tua.
Secepatnya, para pengawal itu berhasil masuk ke kamar si perempuan gila itu. Dua orang pengawal menahan si perempuan gila, dua orang lainnya menyelamatkan Yan Yiren.
"Aduh aduh aduh!" Yan Yiren kesakitan sampai ingin berkata kasar!
"Merepotkan" Pengawal itu memegangi Yan Yiren sebentar. Ia mengembalikan bahu Yan Yiren yang ia tahan kembali ke posisi semula dan kembali membawa Yan Yiren keluar.
Fang Hong yang berada di depan pintu, melihat Yan Yiren dibawa pergi oleh dua orang pengawal pun bertanya, "Tuan Muda tidak menghukumnya?"
Si pengawal menggeleng, "Bukan, ini permintaan Nona."
Fang Hong mengangguk, "Oh, kalau begitu, aku akan menyuruh orang lain untuk datang ke rumah ini."
"Nona, ini orangnya." Seorang pengawal membawakan Yan Yiren untuk majikan mudanya itu.
Yan Yiren sangat lelah, sampai tubuhnya seperti mau runtuh, "Terimakasih adik, kau telah menolong kakak."
"Kapan kau akan beratraksi di depanku?" Gadis itu menopang wajahnya dengan kedua tangannya.
Ketika dilihat dari dekat, Yan Yiren merasa gadis itu memiliki sikap yang tidak beres.
Dari tinggi tubuh dan perawakannya, ia seperti gadis 16/17 tahun. Tapi mentalnya tidak seperti gadis 16/17 tahun.
Kasihan sekali...
Sayang sekali, padahal gadis ini terlihat cantik.
"Sekarang tubuhku sedang kurang sehat, tunggu aku istirahat sebentar, ya! Setelah ini, aku akan atraksi di depanmu, oke?"
Ekspresi gadis itu berubah tidak senang, ia memanyunkan bibirnya. Ia merasa telah ditipu.
Merasa situasi seperti ini tidak enak, Yan Yiren pun mengganti topik pembicaraan "Baiklah, namaku Yan Yiren. Siapa namamu?"
Ditanya mengenai namanya, gadis itu terkejut. Namun eskpresinya berubah senang dan bermurah hati memberitahu, "Namaku Wei Wei."
"Wei Wei?" Yan Yiren menjabat tangan Wei Wei, "Sekarang kita adalah teman. Saat bertemu teman, kita tidak boleh saling marah."