Chereads / Bintang Saksi Hidupku / Chapter 15 - Bawa Orang Itu!

Chapter 15 - Bawa Orang Itu!

Setelah mengingat kembali awal mula kesuraman dalam keluarganya serta kedatangan ibu tiri dan kakak tirinya. Yan Yiren hanya bisa menceritakan setiap hal baik dan buruk itu di depan batu nisan ibunya.

Sambil menatap nisan ibunya, bulan baru itu menunjukan wajah yang bermartabat. Kedua mata Yan Yiren pun basah.

Ia ingin mengambil napas dalam-dalam, namun susah untuk menghirupnya.

"Ibu, aku ingin sekali mengatakan banyak hal padamu, tapi aku tidak tahu harus mulai dari mana."

Yan Yiren perlahan menyentuh foto yang ada di situ, "Aku ingat sewaktu kecil, kau tidak suka mendengarkanku mengoceh. Sekarang kau khawatir dan tidak ingin mendengarkannya, kan? Tapi aku tidak punya pilihan lain selain memberitahumu bahwa aku baik-baik saja... kau tidak usah mengkhawatirkanku."

Yan Yiren bersandar pada nisan ibunya itu. Ia mengatakan apapun yang dipikirkannya, bahkan hal sepele dalam kesehariannya.

Makam yang berada di puncak bukit ini terasa sunyi.

Dalam semilir angin, ucapan lirih Yan Yiren dihancurkan oleh angin.

Gerimis menjadi hujan dan lebat. Yan Yiren menjadi basah kuyup dan sulit membuka mata. Ia tahu, dirinya harus segera kembali.

"Ibu, lain kali aku akan mengunjungimu lagi." Ucap Yan Yiren pada nisan ibunya sambil membungkuk memberi hormat. Kemudian ia terhuyung-huyung menuruni bukit.

"Meong!" Ketika Yan Yiren tersandung, ia mendengar suara teriakan kucing itu.

Yan Yiren menunduk. Ia mendapati seekor kucing jenis Ragdoll. Bagian perut dan kakinya berwarna putih salju. Bagian pipi, telinga, punggung dan ekornya berwarna coklat tanah. Ekornya sedang berdiri tegak, terlihat angkuh seperti seorang ratu.

Tidak tahu karena hujan atau karena tidak sengaja terinjak oleh Yan Yiren, bulu kucing yang basah itu berdiri tegak.

"Kucing dari mana ini?" Yan Yiren merasa kepalanya pusing karena efek terlalu lama kehujanan.

Tampaknya kucing itu tidak mudah diremehkan. Yan Yiren perlahan menggeser kucing itu dengan kakinya, lalu lanjut menuruni bukit.

Di belakangnya, kucing yang baru saja ia geser, tiba-tiba bergulung-gulung sambil berteriak, "Meong... meong..."

Yan Yiren tidak ada waktu untuk memedulikannya. Ia hanya ingin cepat sampai ke apartemen lalu mandi air hangat dan tidur.

"Feibi? Feibi?!" Terdengar suara panik dari arah makam. Ternyata ada seorang gadis sedang berlarian dengan panik diikuti oleh segerombolan pengawal, "Nona, pelan-pelan. Biar kami saja yang mencari Feibi, Nona berhenti saja!"

Tubuh gadis itu kotor sekali seperti telah bergulung-gulung di atas tanah. Wajahnya tampak lesu, mulutnya tidak berhenti menyebut nama itu. 

Ketika mendengar suara kucing, kecepatan berlarinya pun bertambah. Ia pun menemukan seekor kucing yang bulunya sudah berantakan. Tidak peduli meskipun kucing itu kotor, tapi ia memeluk kucing itu erat-erat, "Feibi, aku akhirnya menemukanmu."

"Meong! Meong!"

"Feibi, kau kenapa?" Gadis itu semakin mengeratkan pelukannya lantaran kucing itu berusaha untuk melompat. 

Para pengawalnya pun menghampiri. Salah satu dari mereka melihat salah satu kaki kucing itu, "Nona, kaki Feibi terluka."

"Feibi, akhirnya kau kembali, kita bisa bermain lagi..." Tampaknya, gadis itu tidak mendengar ucapan si pengawal. Ia tetap tersenyum.

Pengawal itu melihat ada bekas alas kaki bercampur darah dekat dengan tempat Feibi ditemukan. Si pengawal merasa luka itu akibat Feibi diinjak oleh seseorang.

"Di depan sana ada seorang gadis!" Seorang pengawal menunjuk Yan Yiren yang sedang cepat-cepat menuruni bukit.

Seorang pemimpin dari pengawal itu memerintah, "Beberapa orang, tangkap dia!"

Setelah memberi perintah, ia menelepon majikannya dengan hati-hati, "Tuan Muda, ada seseorang yang menginjak kaki Feibi sampai terluka. Pengawal lain sedang mengejar orang itu. Apa yang ingin Anda lakukan padanya?"

"Melukai Feibi?" Suara Tuan Muda yang berat itu terdengar semakin menyeramkan.

"Benar, Tuan Muda." Ujar si pemimpin pengawal.

"Bawa orang itu kemari."

Yan Yiren yang berjalan dengan tenang, seketika mendengar suara langkah kaki mengikutinya. Belum sempat ia menoleh, ia merasa kesakitan di lehernya. Seketika, pandangannya pun gelap. Yan Yiren pun pingsan.