Perasaan Yan Yiren sudah semakin baik setelah berbelanja dengan Ji Hanjiang. Ia bahkan mau memasakkan Ji Hanjiang untuk makan malam. Dengan manja Yan Yiren mengusir Ji Hanjiang dari dapur setelah memakai celemek.
"Kau duduk saja. kalau sudah siap, nanti aku panggil."
Ji Hanjiang memeluk dan menempelkan dagunya di bahu Yan Yiren, "Aku mau menemanimu. Biarkan aku di sini, ya?"
Yan Yiren tertawa sambil melepas pelukan, "Di dapur ada cipratan minyak dan asap. Bukankah itu yang ditakutkan para lelaki?"
"Hmmm baiklah."
Ji Hanjiang membuang wajahnya dengan manja dari tatapan Yan Yiren. Namun, dengan gemas ia menggigit daun telinga Yan Yiren dan menciumi pipi Yan Yiren.
Keluar dari dapur, Ji Hanjiang masuk ke kamar Yan Yiren. Dalam kamar yang bersih dan rapi itu, ia mencium aroma Yan Yiren yang disukainya. Aroma ini membuatnya bisa terlentang dengan nyaman.
Saat itu juga, ia tertidur.
Setelah makanan sudah matang, Yan Yiren mencari Ji Hanjiang. Ia pun baru menemukan kekasihnya yang tertidur di kamarnya.
"Hanjiang, bangun. Ayo makan!" Ajak Yan Yiren sambil menepuk-nepuk pipi Ji Hanjiang.
Setelah memanggilnya beberapa kali dan memilih untuk menyerah, Ji Hanjiang yang masih menutup mata, seketika menarik tangan Yan Yiren.
Yan Yiren pun tertarik masuk dalam pelukan Ji Hanjiang. Kedua mata Ji Hanjiang kemudian terbuka, ia tersenyum dan menatapnya dalam-dalam…
Semuanya itu terjadi begitu saja. Yan Yiren kemudian tersadar, lalu mendorong tubuh Ji Hanjiang, "Hanjiang, jangan!"
Ji Hanjiang yang kecewa, menyisir rambutnya ke kiri.
Menyadari itu, Yan Yiren bergetar, "Maaf, Hanjiang, aku belum siap."
"Ya, Aku tahu, kau ingin memberikan pengalaman pertamamu saat malam pertama pernikahan sebagai simbol kesetiaan cinta. Aku tahu, aku tahu." Semakin bicara ke belakang, nada bicara Ji Hanjiang terdengar semakin kejam.
Yan Yiren menarik napas dalam-dalam, menepuk-nepuk wajahnya yang memanas dan berusaha mengembalikan keadaan, "Makan malam sudah siap, ayo kita makan."
Sayangnya, momen makan malam yang romantis itu berlangsung tanpa gelak tawa dan keromantisan. Yan Yiren paham bila Ji Hanjiang kecewa saat menolak permintaannya untuk berhubungan intim di malam ini. Namun ia tidak berharap rasa kecewa atas penolakan itu berpengaruh juga dalam suasana makan malam ini.
Setelah mengantar Ji Hanjiang sampai ke depan pintu, Yan Yiren kembali ke ruang tamu dan duduk di atas karpet. Ia berpikir, mungkin ini karena pengaruh besar dari ibunya.
Normal saja jika dalam sebuah hubungan, ketika seorang lelaki dan perempuan sedang jatuh cinta. Mereka berdua sudah dewasa. Tentu tidak aneh bila ada hal yang bisa terjadi secara begitu saja.
Ia tidak tahu antara salah atau benar bila dirinya mempertahankan kesuciannya selama sebelum menikah.
Yan Yiren pun bimbang dan segera mencari ponselnya, ia mengambil ponselnya untuk menelepon sahabat karibnya itu, "Yunhuan..."
Meskipun Ling Yunhuan adalah perempuan, tapi Yan Yiren sudah menganggapnya seperti pacarnya sendiri. Ia rasa itu tidak berlebihan, karena saat kuliah mereka sudah empat tahun jadi teman satu kamar, hubungan mereka juga terjalin sangat baik. Selain tinggal bersama, mereka juga suka makan bersama dan bertukar pakaian.
Untungnya, persahabatan ini tidak luntur meskipun ia sudah punya pacar.
Sebaliknya, ia, Ji Hanjiang dan Ling Yunhuan malah rukun.
Secara bersamaan, ia memiliki cinta dan persahabatan. Bisa dibilang, ia merasa beruntung telah memiliki keduanya.
Ternyata Ling Yunhuan sedang sedikit sibuk, "Tunggu sebentar, Yiren."
Beberapa saat kemudian, Yan Yiren bisa mendengar kebisingan mulai hilang. Sepertinya Ling Yunhuan mencari tempat yang tenang.
"Yunhuan, kau berpesta lagi?"
Ling Yunhuan berkata pasrah, "Tak ada pilihan lain. Lagi pula, bisa kenal banyak orang juga ada untungnya."
"Yunhuan, kau boleh berpesta, tapi jangan minum bir terlalu banyak. Jaga kesehatanmu, jangan sampai kamu merugikan dirimu sendiri!"