Pandangan Ji Hanjiang terhadap keluarga Yan sudah sangat buruk. Bahkan setelah menyuruh pengawalnya menampar Yan Shudan dengan kasar pun masih tetap tersenyum.
Ya, rasa kesal Ji Hanjiang memang bukan tanpa alasan. Kemarin, ketika Ji Hanjiang bertemu Yan Yiren di ruangan Presdir Chen. Ji Hanjiang menemukan bagian pipi Yan Yiren yang bengkak.
Walaupun Yan Yiren tidak menceritakannya, Ji Hanjiang tetap tahu bahwa itu perbuatan kakak dan ibu tirinya.
'Yiren…'
Ji Hanjiang memeluk erat Yan Yiren tanpa suara. Ya, Yan Yiren seorang, Yan Yiren miliknya…
Mata Yan Shudan terbuka lebar, bahkan tidak memperdulikan air matanya yang mengalir, ia memandangi Ji Hanjiang.
Ia kaget Ji Hanjiang tahu bila ia menampar Yan Yiren kemarin.
Yan Yiren, kau benar-benar orang baik!
Yan Shudan perlahan menundukkan matanya. Ia membuat perhitungan pada Yan Yiren dalam hatinya.
Yan Ningkang memberi isyarat Ruan Yufeng. Ia juga memberi semangat pada Yan Shudan, lalu mereka bertiga bergegas meninggalkan ruangan.
Mereka tidak bisa terus berada di ruangan ini lebih lama lagi. Mereka sudah merasa malu. Jika bertahan di ruangan ini, mereka tidak bisa menghindar dari Ji Hanjiang yang akan terus mencari kesalahan di keluarga Yan. Hal itu akan membuat mereka lebih susah untuk kabur.
Ruangan itu pun menjadi sunyi. Akhirnya, keadaan jadi tenang.
Yan Yiren mengulurkan tangannya memeluk pinggang Ji Hanjang. Kepalanya bersandar dalam pelukan Ji Hanjiang.
Ia mengelus-elus tubuh Ji Hanjang, suaranya lirih sambil berkata, "Terima kasih, Hanjiang."
Ji Hanjiang menundukkan kepala untuk mengecup kepala Yan Yiren, "Seharusnya aku yang berterima kasih."
"Hah?" Yan Yiren mendongak memandangnya dengan penuh tanya.
"Terima kasih, akhirnya kau mengakuiku sebagai kekasihmu, dan membawaku bertemu dengan Nenek Yan."
Yan Yiren tersenyum, "Kau juga tidak punya cara lain..."
Kalau ia tidak dirundung keluarganya, ia tidak akan menyuruh Ji Hanjiang datang.
Sebenarnya, ia ingin membawa Ji Hanjiang saat keadaan neneknya membaik. Tapi sekarang, ia justru membawanya sebelum keadaan nenek membaik.
Namun ternyata, memanggilnya dalam keadaan seperti ini juga terlihat bagus. Pasangan ibu dan anak yang menyebalkan itu jadi tahu orang yang menjadi kekasih Yan Yiren. Harapannya, orang-orang itu juga tidak akan mengganggu Yan Yiren lagi.
"...Yiren!" Terdengar suara Nenek Yan yang lirih nan lemah.
Panggilan itu melepaskan pelukan Yan Yiren dan Ji Hanjiang. Yan Yiren segera menghampiri neneknya. Ia pun segera bertanya dengan gembira,"Nenek sudah sadar?"
Nenek Yan tersenyum lemah. Mata sayunya memandangnya penuh cinta, "Sulit bagi Nenek untuk istirahat kalau kalian berisik."
"Maaf nenek, aku tidak memikirkannya dengan baik..."
"Anak bodoh, Nenek hanya menggodamu." Ji Hanjiang mengelus kepala Yan Yiren yang sedang merasa bersalah.
Nenek Yan memperhatikan Ji Hanjiang, ia semakin menyukai sosok pria muda tampan di depannya ini.
Ji Hanjiang melepas tangannya dari kepala Yan Yiren, kemudian memperkenalkan diri dengan serius, "Halo Nenek, namaku Ji Hanjiang, pacarnya Yan Yiren. Semoga Nenek cepat sembuh, Yiren akan merawat Nenek."
Suasana ruangan ini pun berubah jadi lebih bahagia dalam hati Yan Yiren.
*****
Ketika keluar dari rumah sakit, langit sudah gelap.
Setengah hari untuk meminta izin tidak masuk kerja membuat telepon selulernya tidak berdering sama sekali. Yan Yiren jadi menganggap bahwa tidak akan ada masalah di kantor.
Ji Hanjiang melambaikan tangan menyuruh pengawalnya pulang. Setelah mengambil kunci mobilnya, ia membukakan pintu mobil untuk Yan Yiren. Setelah Yan Yiren masuk, Ji Hanjiang masuk ke mobil dan menyetir.
"Mau makan apa?"
Yan Yiren menatap wajah tampan Ji Hanjiang dari samping, "Kita ke supermarket saja. Malam ini aku akan memasak untukmu."
"Sebagai tanda terimakasih?" Tanya Ji Hanjiang, Dalam hati ia bingung, 'Kenapa ia memberikan ucapan terima kasih untuk hal seperti itu? Apa maksudnya tanda terima kasih telah membantunya?'
Dengan murah hati, Yan Yiren menjelaskan "Tanda terimakasih dan hadiah."
"Hmmm baiklah, tunggu apa lagi? Ayo jalan." Mobil Maybach hitam pun meluncur meninggalkan rumah sakit.
Setelah membeli bahan-bahan, mereka berdua kembali ke apartemen.
Ji Hanjiang sering datang ke apartemen Yan Yiren, tapi jarang sekali menginap.
Tiap kali ia mabuk, dirinya menjadikan hal itu sebagai alasan untuk menginap.
Ji Hanjiang membantu membawakan kantong belanjaannya. Ia menaruh semua bahan di dalam dapur. Yan Yiren yang sedang memakai celemek langsung mendorong Ji Hanjiang keluar dari dapur.