Kedatangan Ji Hanjiang tentu membuat Ruan Yufeng dan Yan Shudan terkejut. Namun bersamaan dengan itu, rasa kesal Ruan Yufeng juga ikut muncul. Terutama karena usahanya mendekatkan anaknya dengan Ji Hanjiang gagal. Penyebabnya, ternyata Ji Hanjiang telah dekat lebih dulu dengan Yan Yiren.
Yan Shudan yang awalnya berperilaku menyebalkan seketika berubah menjadi lembut. Ia berdiri di sebelah Ruan Yufeng, tidak bicara apapun sambil melihat situasinya.
Suasana di ruangan ini sungguh terbalik. Bila biasanya kedua orang ini selalu mendominasi setiap situasi, sekarang mereka hanya pasif, terdiam dan berharap tidak dianggap di sana.
Namun dalam keadaan menegangkan seperti ini, ibu dan anak itu tetap tenang dan akting tenang mereka sangat hebat.
"Tidak, tidak." Ji Hanjiang menyentuh pelipisnya seperti orang sakit kepala "Bagaimana bisa ini sebuah kesalahpahaman?"
Ruan Yufeng tersenyum mencoba menyelamatkan nama baiknya, "Tuan Muda, Anda salah paham. Yiren anak yang terbiasa hidup sendiri, dia tidak suka hidup dengan kami. Dia juga takut ada orang yang merundungnya, jadi dia membuatmu salah paham bahwa kitalah yang merundung dia."
"Prok prok prok!!!"
Ji Hanjiang bertepuk tangan untuk Ruan Yufeng sembari berkata, "Hebat sekali kemampuan Anda membalikkan fakta."
Ruan Yufeng sangat malu, tapi tidak punya tempat untuk mundur, jadi ia hanya berdiri canggung.
Yan Ningkang menggosok kedua telapak tangan bersiap untuk bicara, namun Ji Hanjiang mengangkat tangan, "Semua, jangan bicara dulu. Dengarkan aku!"
"Oh, silakan Tuan Muda."
Ji Hanjiang menyeringai, memandang remeh Yan Ningkang, "Aku tidak peduli dengan yang sudah berlalu, aku juga tidak tertarik untuk memperhitungkannya. Tapi, kalau sampai kalian merundung Yiren lagi, kalian akan berurusan denganku. Paham?"
Yan Shudan mendengarkannya dengan diam, namun matanya bergulir kesal.
'Apa yang perlu ditakutkan pada kami?! Atas dasar apa Yan Yiren bisa mendapatkan hati Ji Hanjiang?! Sekarang pasti Yiren bangga, kan?' Pikir Yan Shudan.
Hati Yan Shudan semakin sakit menerima kenyataan ini. Ia pun masih kesal dengan keberuntungan Yan Yiren, 'Dia punya kekasih yang menyemangati, lalu kekasihnya itu mengancam pada orang yang merundungnya. Sungguh kekuatan yang sangat besar!'
Suara Ji Hanjiang tidak keras, mungkin karena Nenek Yan sedang terbaring lemah di sana. Jadi, ia berusaha menahan emosinya atas ucapan dari Ji Hanjiang. Namun wajah tampannya terlihat mengerikan dan suram, mampu menekan Yan Ningkang dan Ruan Yufeng.
Setelah puas, Ji Hanjiang mengeratkan bibirnya memandang Yan Shudan, "Dari tadi Nona Yan ini diam saja. Apakah Anda paham?"
Yan Shudan mengangkat kepalanya panik, ia seperti ketakutan, "Aku tidak paham dengan maksud Tuan Muda."
"Heh." Yan Yiren yang sedari tadi diam, tersenyum sinis.
Ji Hanjiang meraih bahu Yan Yiren dan memeluknya. Dengan suara rendah, ia pun berucap, "Jangan marah, serahkan saja padaku."
Bagi Yan Yiren, Ruan Yufeng dan putrinya punya bakat akting yang luar biasa sejak lahir. Jika tidak memanfaatkan bakatnya itu, mereka pasti tidak akan mendapatkan semua ini.
Yan Shudan hanya menggigit bibir. Air matanya seketika mengalir dari matanya, "Aku tidak tahu apa yang dikatakan Yiren pada Anda, hingga Anda menilai kami seperti itu. Yiren Adikku, keluarga kami, mana mungkin kami merundungnya?"
Ji Hanjiang melambaikan tangan untuk memanggil pengawal. Seorang pengawal pun merespon, "Iya Tuan! siap melaksanakan perintah."
"Aku tidak mau menampar perempuan. Kau saja yang menamparnya." Perintah Ji Hanjiang.
Si pengawal mengangguk, "Siap!"
Yan Shudan ketakutan melihat pengawal bertubuh besar itu menghampirinya. Ia panik dan melangkah semakin mundur, "Apa yang ingin kau lakukan?"
Si pengawal tidak berkata apa-apa, hanya terus bergerak, lalu menahan tubuh Yan Shudan. Dua tamparan mendarat di wajah gadis itu.
Yan Shudan merasa linglung. Wajahnya seketika bengkak, ada darah di sudut bibirnya.
Setelah itu, si pengawal melepaskan Yan Shudan. Yan Shudan langsung terduduk lemas di lantai.
"Ya Tuhan! Kenapa kalian menampar orang?!"
"Shudan!"
Ruan Yufeng dan Yan Ningkang berbicara secara bersamaan. Mereka tentu merasa sangat sakit hati melihat Yan Shudan diperlakukan seperti itu. Secepatnya mereka membantu Yan Shudan berdiri dari lantai.
"Ayah, ibu, pipiku sakit sekali." Air mata Yan Shudan mengalir deras.
Ji Hanjiang berujar dengan suara yang sangat lembut, "Sakit memang. Kalau tidak, bagaimana kau bisa mengambil pelajaran dari itu? Harusnya kau tidak asing dengan dua tamparan ini, karena kau juga melakukannya kemarin."