Cuaca saat ini sedang tidak bersahabat, Dimana Angin, Hujan, dan Petir tengah bergemuruh menjadi satu.
Semilir angin dan derasnya hujan tak membuat mereka beranjak dari pos ronda, Mereka pun tak merasakan dinginnya cuaca saat ini yang mereka rasakan adalah kehangatan dan kenyamanan.
"Gue punya tebak-tebakan nih." kata Aksa tiba-tiba.
"Apa?" tanya Freya.
"Artis, artis siapa yang sering minum."
"Jaka kembung." tebak Ameera.
"Bukan." Aksa menggeleng.
"Terus siapa dong?" tanya Nosi bingung.
Mereka semua mengangguk.
"Ausyah." jawab Aksa dengan tertawa.
Mereka mendengus sebal.
"Aisyah, Sa." ralat Nosi.
"Gue juga punya dong." sahut Ameera.
"Telor-telor apa yang di injak nggak pecah."
"Telor mateng."
Ameera menggeleng.
"Telor besi." celetuk Dara.
"Ngasal." kesal Aksa menoyor kepala Dara.
"Nyerah?" tanyanya dan mereka mengangguk.
"Telortoar." lanjutnya.
Mereka semua diam kemudian tertawa namun yang lebih mendominasi adalah Dara dengan tawa yang menggelikan.
"Trotoar Meera." ralat Dara di sela-sela tawanya.
"Frey juga punya." pinta Freya.
"Kayu kayu apa yang bisa di makan." katanya.
"Kayu manis."
"Bukan."
"Kayu tebu."
"Bukan, tapi kayupuk." jawabnya.
"AHAHAHAHAHA"
"Kerupuk Frey." ralat Ameera memukul Freya pelan.
"Giliran gue, giliran gue." heboh Dara.
"Telor-telor apa yang bisa nyanyi."
Mereka diam.
"Telor swift." jawabnya kemudian tertawa sendiri.
Krik.. krik...
Dara menggeram kesal. "Kok nggak ketawa?"
"Nggak lucu." celetuk Ezra.
"Makasih loh" ucapnya seraya mengerucutkan bibirnya.
Mereka semua tertawa.
"Otak lo terlalu pendek buat main ginian." ejek Ameera di sela-sela tawanya.
"Udah-udah ah, cape dari tadi ketawa mulu." kata Nosi mengingatkan.
Seketika semuanya diam dan yang terdengar hanyalah gemericik air yang turun mengenai genteng pos ronda.
"Kalo hujan gini kok ingetnya mantan yah." celetuk Aksa tiba-tiba.
"Yeu mantan lo becek sih." sahut Ameera.
"Iya becek kalo abis gue grepe-grepe." balas Aksa.
"Anjir ambigu gue!"
"Aku masih polos kakak."
"Astagfirullah."
Ezra dan Freya hanya terkekeh pelan seraya menggelengkan kepalanya. Berbeda halnya dengan Ameera, Dara dan Nosi yang menimpali ucapan Aksa.
****
"Terimakasih sudah mau mampir dan repot-repot membantu ibu." ucap Sinta.
"Iya bu sama-sama." jawab mereka.
"Kalo gitu kita pamit pulang dulu yah bu." pamit Ezra menyalami Sinta kemudian bertos ala persahabatan mereka kepada Nosi yang di ikuti oleh teman-temannya di belakang.
"Makasih yah."
"Santai aja Ci, kita kan friend." jawab Aksa santai.
Nosi tersenyum dan mengangguk.
"Assalamu'alaikum." salam mereka.
"Wa'alaikumsalam." balas Sinta dan Nosi.
Sesampainya disamping mobil dan motor mereka, tiba-tiba ponsel Freya berdering.
"Bentar." ucap Freya mengintrupsi.
Freya mengkerutkan dahinya saat melihat Bundanya menelpon.
"Assalamu'alaikum bun, Ada apa?" tanya Freya saat panggilan terhubung.
"..."
Freya memejamkan matanya sesaat. "Frey di rumah Oci bun. Maaf yah bun tadi Frey nggak les musik, soalnya tadi hujan deres banget sampe ada petir jadi Frey nggak pegang HP buat ngabarin bunda." jawabnya meringis kecil.
"Pasti bunda di tanyain yah sama Mr.Remon." lanjutnya.
"..."
"Bara ada di rumah bun!?" pekik Freya kaget.
Dara dan Ameera sontak terlonjak kaget, sedangkan Ezra dan Aksa mengkerutkan dahinya.
"Yaudah Frey pulang sekarang bun."
"....."
"Wa'alaikumsalam, bun."
"Ngapain dia kerumah kamu?" tanya Ezra.
"Idih kamu-kamuan." cibir Aksa meraup wajah Ezra.
"Tumben?" kata Dara.
Freya mengedikan bahunya.
"Yaudah yuk keburu hujan lagi." ajak Ezra.
Mereka mengangguk kemudian menghampiri kendaraannya masing-masing.
****
"DARIMANA KAMU AMEERA!?"
Ameera yang baru saja menginjak ruang tengah tersentak kaget kemudian ia melihat adanya Doni—papahnya tengah berkacak pinggang di dekat sofa.
Tak menghiraukan papahnya Ameera terus saja berjalan. Hingga saat Ameera sudah berada di anak tangga papahnya kembali bertanya.
"DARIMANA KAMU!?" teriak Doni.
Ameera menghela napas panjang, kemudian menghampiri papahnya.
"Tumben papah perduli." sinisnya.
"Kamu itu anak papah Ameera, dan kamu itu perempuan! Lihat jam berapa kamu pulang!?"
Ameera tertawa hambar. "Meera nggak tau harus gimana sekarang?" tanyanya. "Meera harus senang atau sedih karena masih di akuin anak lagi selama 8 tahun." katanya.
"Darimana kamu Meera?" tanya Doni pelan.
"Oh iya, apa papah tau? Selama 8 tahun Meera tumbuh, baru kali ini papah nanya aku lagi darimana?" tanya Ameera yang tak niat menjawab pertanyaan Doni.
"Ameera!" panggil Doni.
"Dan papah nggak tahukan gimana rasanya selama 8 tahun tumbuh menjadi anak yang dewasa tanpa adanya kasih sayang dari orang tua?"
Doni diam.
"Papah nggak tahukan pah? SAKIT pah!" ucapnya dengan nada yang gemetar.
Ameera tertawa miris melihat Doni yang hanya berdiam diri. "Orang tua yang seharusnya ada di samping putrinya ketika sakit, apa papah dan mamah perduli? Apa kalian jenguk Meera? Apa kalian nanya keadaan Meera gimana? Nggak pah! Mamah dan papah nggak pernah perduli sama keadaan Meera sedikitpun."
"Kamu nggak tau Meera! Papah dan mamah kerja itu buat kamu! Apa masih kurang selama ini yang kita kasih!"
"MEERA NGGAK BUTUH UANG PAH! YANG MEERA BUTUHKAN ITU KASIH SAYANG DARI PAPAH DAN MAMAH!"
"SETELAH KEJADIAN 8 TAHUN YANG LALU PAPAH DAN MAMAH UDAH NGGAK PERNAH SAYANG LAGI SAMA MEERA!" teriak Ameera mulai histeris.
"MEERA KECEWA SAMA PAPAH DAN MAMAH! KALO EMANG KALIAN UDAH NGGAK SAYANG LAGI SAMA MEERA KENAPA KALIAN NGGAK BUANG MEERA PAH, KENAPA? KENAPA KALIAN NGGAK BUNUH AMEERA SEKALIAN BIAR KALIAN BAHAGIA!!!"
PLAK
Bi Afsah tersentak kaget dan Ameera yang semakin terisak. Bi Afsah yang sedari tadi memperhatikan majikan dan putrinya tengah bertengkar langsung berlari menghampiri Ameera kemudian memeluknya.
"JAGA MULUT KAMU AMEERA!!" teriak Doni yang mulai kesal.
"PAPAH DAN MAMAH ITU SAYANG SAMA KAMU!"
"Apa buktinya pah, APA!?" teriak Ameera yang memegang pipinya.
"Kalo emang papah sayang sama Ameera kenapa papah kasar sama Meera pah." lirihnya.
"Non, Sudah non."
Doni menghela napasnya. "Masuk kamar Meera!" suruhnya
"Meera kecewa, Meera marah sama papah dan mamah! Apa kalian bakal sedih kalo Meera pergi sama kaya kak Metta!"
"MEERA!"
"Nggak kan pah? Emang semua ini salah Meera, tapi apa papah dan mamah berhak melakukan ini sama anak kandung kalian sendiri?"
"Masuk kamar Meera!!" geram Doni.
"Apa kalian sebenci itu sama Meera?" tanya Ameera.
"MASUK KAMAR AMEERA!!"
"Ayo non." ajak bi Afsah menggandeng tangan Ameera.
Bi Afsah yang melihat Ameera pun tak terasa air matanya jatuh. Ia tau bagaimana perasaan anak majikannya itu, selama 8 tahun memang ialah yang merawat Ameera hingga saat ini.
Aku sayang kalian mah, pah, meeta! Batin Ameera.
•••••
Tbc.
Salam
Sriwulandarii8