"Ini gimana ceritanya Freya bisa begini?" tanya Emis dengan lantang penuh emosi setelah melihat putrinya dengan keadaan yang menyedihkan. Seluruh badan sudah basah kuyup, wajah pucat, dan sebagian darah kering masih menempel di hidung dan baju yang di kenakannya.
Nosi yang melihat Emis tengah menangis pun menghampiri. "Tante, tante tenang yah. Kita bawa Freya ke kamar dulu, supaya dia bisa istirahat." bujuknya seraya mengusap bahunya pelan.
Emis mengangguk kemudian mengikuti Aksa yang tengah menggendong Freya membawa ke kamarnya, Sementara yang lain menuju ruang tengah yang tak jauh dari kamar Freya di lantai 2.
"Oke fix mulai saat ini, detik ini, menit ini, jam ini, hari ini, gue benci yang namanya BARA!" ucap Dara penuh emosi dan menekankan kata Bara.
"Dan lo?" kata Dara menunjuk Aldo yang berada di samping Ezra menelan ludahnya menatap dengan siaga. "Udah tau Freya pulang sendiri kenapa di biarin, HAH?" hardiknya.
Aldo memang membantu mencari Freya saat Dara menelponnya menanyakan apakah ada Freya di sana atau tidak, dan saat dia memberitahu yang sebenarnya, justru dia yang kena amukan macan betina seperti kehilangan anaknya.
Aldo meringis melihat betapa bengisnya Dara menatapnya. "Udah gue ajak Ra, cuma dia nol—" belum sempat mengatakan Dara lebih dulu memotongnya.
"YA, PAKSA DONG!"
"Ra, udah. Freya juga udah ketemu kan." seru Ameera.
"Tapi dia nggak baik-baik aja Mir."
"Dia pasti baik-baik aja." ucap Nosi.
Dara berdecak sebal, Sementara Ezra mengepalkan tangannya wajahnya memerah menahah emosi.
"Za, udah. Freya nggak papa." kata Ameera menenangkang saat melihat Ezra.
"GIMANA GUE BISA TENANG, HAH? APA GUNANYA GUE SEBAGAI SAHABAT COWOK YANG NGGAK BISA NGELIDUNGIN LO SEMUA."
"Apa yang lo mau, Za?" tanya Aksa yang baru saja keluar dari kamar Freya.
Dada Ezra naik turun seiringnya emosi yang sudah meluap. "Gue nggak bisa ngebiarin dia gitu aja!" jawabnya.
Seringai kecil terbit di wajah Aksa. "Setuju " katanya.
"DIMANA FREYA?" Teriak Ferdi yang sedang menapaki tangga dengan tergesa-gesa. Mereka semua bangkit dan menghampiri Ferdi.
"Ada di kamarnya Om." jawab Ameera.
Ferdi memijat pelipisnya kemudian berjalan menuju kamar putrinya. "Ya ampun." gumamnya.
****
"Dimana Freya?" tanya Bara yang melihat sahabat Freya berada di kantin namun ia tak melihat adanya Freya.
"Lo tau nggak si Aldo mukanya pucet banget semalem di omelin sama lo, Ra." ucap Ameera yang seolah-olah menulikan telinganya dengan pertanyaan Bara, begitupun dengan yang lainnya.
"Dimana Freya?" tanyanya lagi.
Bara menghela napasnya kasar kemudian ia menggebrak meja membuat seisi kantin tersentak kaget termasuk kelima sahabat itu.
"LO BERLIMA BUDEK YA! GUE TANYA DIMANA FREYA?" geramnya.
"Perlu banget yah kita kasih tau." sahut Ameera.
"Asal lo tau yah?" tunjuk Bara tepat di wajah Ameera. "GUE INI COWOKNYA!" ucapnya lantang.
Dara yang melihat itu berdecak sebal dan menepis tangan Bara. "Cowok kaya lo nggak pantes buat Freya." sarkasnya.
"Bangsat." umpat Bara mendendang meja mereka dengan keras sehingga gelas dan berbagai macamnya berjatuhan.
Bugh
Seisi kantin terpekik saat melihat Ezra menghantam rahang Bara dan membuatnya terhuyung ke belakang.
"Setan." geram Bara membalas memukul rahang Ezra
"Za, Stop!" seru Nosi.
"Aksa bantuin Eza buruan." kesal Dara yang melihat Aksa hanya menonton.
"Biarin aja, Eza lagi meluapkan emosinya. Jarang-jarangkan lihat Eza berantem kek begitu." jawabnya santai.
"ARGHH" pekiknya saat rambutnya di tarik oleh Ameera dengan mata yang sudah seperti ingin keluar menatapnya.
"BURUAN ANJIR!"
"Iya-Iya."
Namun ketika Aksa berdiri semuanya sudah terlambat, Ezra dan Bara sudah di tarik oleh pak Dul sebagai guru Bk yang terkenal galak.
****
"Bapak nggak habis pikir sama kalian berdua. Kalian itu ketua osis dan calon ketua osis Bara, Ezra. Seharusnya memberikan contoh yang baik buat mereka, bukannya berkelahi." gerutu pak Dul menggelengkan kepalanya.
"Maaf, pak." jawabnya bersamaan.
"Siapa yang bikin ulah?"
"Dia, pak." jawab mereka bersamaan.
"Tapi dia duluan yang mukul saya, pak." ucap Bara cepat.
"Tapi lo duluan yang cari masalah."
Bara menarik kerah seragam Ezra hendak memukul namun terhenti saat suara deheman dari pak Dul.
Bara mendecak sebal.
"Ezra.." panggil pak Dul.
"Kami lagi makan pak, tiba-tiba dia datang langsung menendang meja kami dengan keras." jawab Ezra.
"Bohong, pak." sela Bara cepat.
"Bohong apanya." kesal Ezra.
"Kenapa Bara?" tanya pak Dul.
"Saya cuma nanya pak, tapi mereka malah diem aja. Kesel lah!"
"Kita emang nggak denger kok, pak."
"ANJ—"
Pak Dul menggelengkan kepalanya. "Kalian itu bener-bener yah, sekarang juga kalian bapak hukum sampai bel pulang di bawah tiang bendera."
"Ck, kita kan baru pertama kali pak masa di hukum." keluh Bara.
"Ya justru itu, Karena ini pertama kalinya bagi kalian jadi bapak hukum supaya nggak terjadi yang kedua, ketiga dan seterusnya."
Pak Dul mendengus ketika melihat dua anak muridnya yang masih saja duduk. "Ayo cepat, tunggu apalagi? Tunggu bapak kasih uang buat kalian ongkos jalan." ucapnya.
****
"Frey." panggil Dara pelan saat kepalanya masuk ke dalam kamar dan di ikuti yang lainnya.
Freya yang tadinya sedang menatap langit-langit rumahnya jadi menoleh dan langsung mendudukan dirinya begitu melihat banyak kepala yang menyelinap di pintu.
"Masuk." katanya.
"Gimana Frey? Udah baikan?" tanya Nosi yang langsung duduk di samping Freya, sedangkan yang lain di bawah. Berbeda halnya dengan Dara yang langsung menyambar makanan yang berada di nakas.
"Ini apaan Frey?" tanya Dara yang heran melihat amplop putih. "Rumah sakit Pel—"
"Itu kemarin Freya abis periksa, Cuma demam biasa kok." sela Freya dan langsung merebut amplop tersebut menyimpannya di bawah bantal.
"Serius." sahut Aksa.
Freya terkekeh. "Apaan sih Aksa." balasnya.
"Oh ya, bentar lagi kita Annive nih. Kira-kira kalian mau ngapain?" ucap Ameera.
Dara berteriak heboh "Gue pengen pesta yang meriah." ucapnya.
"Gue rasa itu berlebihan." sinis Ezra.
Dara berdecak sebal. "Kita belom pernah tau bikin pesta." keluhnya.
Seketika senyum Freya terbit di wajahnya. "Gimana kalo kita tukeran kado."
Aksa pun langsung memprotes. "Gue mana bisa pilih kado."
"Boleh juga. Tapi sebelum tuker kado kita bisa seru-seruan dulu kayaknya." kata Ameera.
"Nyanyi."
"BBQ."
"Foto-Foto."
"Foto mah udah pasti lah."
Dara langsung berdiri. "Joget, Mir."
Ameera mengangguk. "Boleh lah bikin pesta kecil-kecilan, seadanya uang saku kalian aja."
"Dan inget, beli kado sesuai nama squad kita! Nggak usah mahal-mahal yang penting berharga." sambungnya.
"Kalo misalkan belinya samaan gimana?" tanya Nosi.
"No problem, kan beda orang. Seenggaknya kita masih menghargai pemberiannya."
"Kayanya kita harus nyewa villa deh." usul Aksa.
Ameera mengibaskan tangannya "Ribet! Di rumah Eza luas, sepi lagi." cengirnya. "Biar Bang Fazri jadi tukang foto sementara."
Ezra yang tadinya hanya menyimak jadi bejengit kaget saat mengingat. "Lo lagi deketin abang gue njir." Ameera hanya tersenyum.
"Ck, pantes dia punya nomor telpon lo." lanjutnya sinis.
"Inget Rizal woy." geram Aksa.
Ameera mencebikkan bibirnya. "Selaw, Kantongin."
•••••
A/N : Sampai jumpa. Wkwk
Salam,
Sriwulandarii8