"WOW.. AKSA! THIS IS AMAZING." teriak Dara histeris.
Aksa tersenyum kemudian merangkul bahu Dara. "Do you like it?"
Dara mengangguk antusias. "Yes."
"WUAAA..FREYA UDAH NGGAK CAPE LAGI KALO KAYA GINI MAH." heboh Freya seraya memukul-mukul lengan Ezra. "KENAPA NGGAK BILANG SIH AKSA! KAN FREYA JADI NGGAK NGELUH TADI." gerutunya.
Aksa tersenyum. "Suprise. Come on!" ajaknya.
"Ck, Kenapa keren begini sih ini karnaval." kata Ameera yang di buat terpukau.
"Lo tau darimana sih, Sa? Gila sih ini mah keren karnavalnya." ucap Nosi saat mereka memasuki area lapangan besar yang sudah padat.
"Woaahh...Banyak pisang disini." pekik Freya.
"Namanya aja Karnaval bertema pisang, Ya jelaslah pisang semua. Masa tiba-tiba jeruk!" jawab Aksa.
"Oke. SAATNYA KITA JALAN-JALAN SEKARANG! YEYY!" teriak Dara yang sudah berjalan di ikuti kelimanya menyusuri setiap deretan penjual makanan hingga aksesoris yang bertema pisang.
****
Seharian penuh mereka menghabiskan waktu di acara karnaval tersebut, dari mulai kuliner yang keseluruhannya terbuat dari pisang seperti: pisang nugget, pisang coklat, Frozen choco banana, Pisang geprek, pie pisang, dll. dan juga mencoba permainan yang ada di area tersebut, sampai berfoto bersama sama pengisi acara karnaval yang menggunakan pakaian dengan tema pisang.
Dan sampai di penghujung acara berakhir mereka tersadar hari sudah mulai gelap, tak terasa mereka telah menghabiskan waktu hingga 7 jam dalam karnaval ini.
Langit yang mulai menggelap menandakan bahwa malam akan segera datang. Tepat pukul 17.48 sore ini mereka baru saja tiba di kediaman keluarga Broto—Papa Aksa. Yang untungnya kedua orang tuanya sedang menghadiri pesta di rekan kerja Papanya.
"Huh, Capek." keluh Ameera yang langsung merebahkan tubuhnya di sofa besar.
Freya mengulet, merentangkan tangannya. "Uhh Freya ngantuk." ucapnya.
Aksa yang baru saja selesai mandi melemparkan handuk yang dibawanya satu persatu ke arah mereka. "Mandi gih, bentar lagi maghrib." ujarnya.
Dara langsung melompat dari berbaringnya menghampiri Aksa dan mencubit pipinya. "Uuuhh..makin sayang." katanya.
Aksa menepis tangan Dara. "Jijik anjir."
Ameera yang baru menginjak anak tangga langsung berteriak. "SA, PAKAIAN KITA DI LEMARI YANG MANA?"
Aksa mencibir mendengar teriakan Ameera, padahal dirinya tidak terlalu jauh yang berada di ruang tengah dengan Ameera yang berada di tangga hanya kaca hias pembatas. "Kamar, Sasa." jawabnya malas.
"Oke." sahut Ameera yang langsung berlari mengejar ketiga temannya yang sudh berjalan ke atas.
Bukan hal lumrah jika mereka memiliki pakaian gantinya di setiap rumah mereka masing-masing, Jika keadaan mendesak seperti inilah mereka akan mengenakannya. Orang tua mereka pun tidak mempermasalahkannya, Bahkan mereka mengatakan jika hal seperti itu wajar, karena orang tua mereka tau jika mereka sudah berkumpul lupa akan waktu kapan mereka harus pulang.
Aksa menendang kaki Ezra yang tengah berbaring dengan tangan yang menutup matanya. "Lo nggak mandi, nyet?"
Ezra mengumpat pelan yang dibuat kaget oleh Aksa. "Males." jawabnya enteng.
Aksa langsung menarik rambut Ezra. "Mandi nggak lo! Bentar lagi maghrib, lo nggak mau sholat? Lagi datang bulan, Hah?" ujarnya kesal.
"Lo nggak bisa lihat orang tenang dikit apa!" geramnya.
"Heh, nyadar! Lo cowok bakal jadi imam, Nggak malu sama degem-degem lo kalo mereka tau lo males solat." ucap Aksa yang mengikuti kata-kata Ezra jika ia malas menunaikan ibadah solat.
"Pencitraan, najis!" cibir Ezra yang langsung beranjak menuju kamar Aksa.
****
"Panggilan kepada Bella Ameera rizky, Freya Alexandra, Ezra Bratadikara kelas XI IPA 1, Aksa Delvin Orion, Clasilda Nosi, Kelas XI IPS 1 dan Dara Dafeena dari kelas XI IPS 3, diharapakan berkumpul di lapangan sekarang. Terimakasih."
Ameera yang tengah menulis menghentikan gerakannya saat mendengar namanya dari pengeras suara yang disediakan di setiap kelas.
Ameera menoleh ke arah Freya dan Ezra bergantian. "Ada apa ya?" tanyanya.
Ezra duduk di belakang Ameera dan Freya segera bangkit dari persinggahannya. "Bolos." singkatnya.
"Kemana lo?" tanya Miko teman sebangku Ezra.
Ezra berdecak sebal. "Lo nggak denger gue di panggil." kemudian Ezra menatap Freya dan Ameera. "Ayo." ajaknya.
Kemudian mereka bertiga berjalan dan menghampiri guru yang tengan mengajar untuk meminta izin, setelah itu mereka keluar kelas.
Disisi lain, Aksa terus merapalkan doa agar tak kena amukan singa jantan yang tengah lapar itu.
"Siapkan hati, siapkan mental, siapkan telinga, agar tidak sakit hati oleh Ayah sendiri." sindir Satria yang langsung membuat seisi kelas tertawa.
Aksa yang merasa mendapat sindiran dari teman sebangkunya itu langsung melayangkan jitakan di kepalanya. "Bacot." kesal Aksa yang langsung berjalan menghampiri Nosi yang sudah menunggunya di dekat pintu.
****
Plak
Pukulan buku terasa di lengan Aksa sehingga membuatnya meringis, ia tak bergerak sedikitpun hanya matanya saja yang fokus kepada orang yang berada di depannya.
"Apa kamu tidak merasa bahwa seragammu sudah mengecil dan menguning?" tanyanya, yang langsung dijawab Aksa hanya dengan gelengan kepala.
"Apakah Ayahmu tidak mampu membelikan pakaian untukmu?" tanyanya lagi namun menekankan di kata Ayahmu.
"Lah, Kan Bapak Papa saya." jawabnya.
Broto—Ayah Aksa pun langsung menatapnya tajam. "Jangan banyak bicara! Besok ganti seragam kamu Aksa!"
Aksa hanya memutar matanya sambil bergumam tidak jelas.
"Dengar tidak?"
"Iya, bapak." jawabnya kesal seraya mengusap lengannya.
Kini Broto langsung beralih menatap Ezra. "Calon ketua osis, kenapa kemarin membolos di saat jam pelajaran?"
"Kita di ajak Aksa, Pak." jawaban Ezra membuat Aksa mendelik tidk terima.
"Lah, Kok gu-"
Plak
"Dua." lirih Aksa yang menghitung pukulannya.
"Papa tidak mengajarkan untuk melakukan yang tidak benar Aksa." ucapnya.
Kini Broto menatap Ameera. "Kemana kalian mebolos?"
"Ke karnaval, Pak." jawab Ameera.
"Karnaval? Darimana kalian bisa tau bahwa ada karnaval disana?"
"Dari Aksa, Pak." sahut Dara.
Plak
Aksa yang sedari tadi memainkan kakinya menjadi tersentak saat buku memukul lengannya, dan tanpa sadar dia menghitung. "Tiga." katanya.
"Apanya yang tiga?"
Aksa hanya menggeleng pasrah.
"Ezra, kenapa kaos kakimu berwana hitam?"
"Ke cuci, Om..eh Pak."
"Orang tua kamu itu dokter, masa membelikan kaos kaki saja tidak mampu."
"Bukannya tidak mampu, Dianya aja yang males beli. Terus duitnya masuk kantong deh." seru Aksa enteng.
Plak
"Diam!"
"Bapak mukul mulu nih! Perasaan yang lain dari tadi nggak kena pukul, Nggak adil itu namanya." ucapnya tak terima.
"Yang anak saya siapa?"
"Aksa." cicitnya.
"Jadi, Salah kalo Papa kasih pelajaran buat anak yang mengajarkan tidak baik sama temannya?" Aksa menggeleng.
"Apa Papa pernah melakukan seperti ini sebelumnya?" Aksa menggeleng lagi.
"Lalu, apa kamu paham kenapa Papa melakukannya sekarang?" Aksa diam.
"Papa tidak pernah melarang kalian untuk berteman, tapi ingat, bertemanlah dalam hal kebaikan. Jika salah satu dari kalian yang mengajak kalian ke jalan yang salah, seharusnya kalian tau bagaimana caranya kalian memperingatkan bahwa jalan yang mereka ambil salah. Paham?"
"Paham, Pak."
"Dan kamu, Aksa. Jangan pernah membolos lagi, Nilai kamu harus di perbaiki." sarkasnya. Aksa hanya bisa mengangguk
"Jika Papa yang tidak turun tangan menghukumu, mana mungkin guru disini berani menghukumu."
"Iya, Pa."
"Sekarang berdiri di sini sampai jam istirahat berbunyi." tegasnya.
"Baik, Pak!"
Aksa yang melihat Papa nya pergi langsung mendengus sebal. "Untung Bokap, kalo bukan udah gue tendang kali ke rawa-rawa." cibirnya yang di iringi kekehan dari kelima sahabatnya.
•••••
A/N : Terimakasih banyak yang masih setia membaca cerita togetherness sampai part ke-12.
----------
Sampai jumpa di part selanjutnya.
Salam,
Sriwulandarii8