Malam sudah semakin larut dan waktu tidur telah tiba, namun kini Freya tengah berjalan bolak-balik di samping kasurnya.
"Ck, gimana nih," gumamnya. Freya kembali menatap ponselnya yang menampilkan chat grup.
'The Fosil
Kak putra : FOSIL, Alhamdulillah kita dapat undangan sebagai pengisi acara pesta rakyat di xxx. Pulusnya lumayan loh kalo kita kumpulin buat konser nanti.
Satria : Serius kak? Pasti rame itu.
Oval : Waaah! Ambil aja kak.. Pokoknya kita harus tampil bagus.
Satria : Iya, Val. Apalagi itu di kampung kalo kita tampil bagus pasti dari mulut ke mulut bakal tersebar muji kita.
Iqbal : Pasti terkenal.
Leo : Pasti terkenal (2)
Kak putra : Pasti terkenal (3)
Oval : Pasti terkenal (4)
Satria : Pasti terkenal (99999++)
Satria : Btw, anak curut mana ya?
Leo : Btw, anak curut mana ya? (2)
Iqbal : Dah molor!!
Leo : Dah molor (2)
Satria : Yo, gue jadi berpikir kalo jari tangan lo lagi karatan?
Oval : molor apaan! Sider dia.
Leo : >____<
Kak Putra : Frey mana suaranya? Temen2 kamu sudah setuju, loh. Bukannya kamu paling suka kalo di acara seperti ini.
Tapi Frey besok ada acara kak.
Kak Putra : Yakin nggak mau ambil?
Oval : Frey ayolah seenggaknya kita bisa kumpulin uang buat acara kita nanti.
Leo : Frey ayolah seenggaknya kita bisa kumpulin uang buat acara kita nanti.(2)
Iqbal : Frey ayolah seenggaknya kita bisa kumpulin uang buat acara kita nanti. (3)
Satria : Frey ayolah seenggaknya kita bisa kumpulin uang buat acara. kita nanti. (99+)
Satria : Acara sama sahabt2 lo bisa di rubah kan? Lagian kalian sering kumpul. Gue nggak maksa tapi kapan lagi kita bisa keluar kaya gini. Kesempatan emas jangan di sia-siain Frey.
"Gimana jelasinnya!" Freya melempar ponselnya ke kasur, ia menghela napas kasar. "Kenapa Freya jadi bingung gini sih ahh." kesalnya seraya merebahkan diri di atas kasur.
****
"Frey mau ngomong."
Mereka yang tengah beraktivitas memakan pun berhenti saat Freya bersuara.
"Ngomong aja kali Frey," jawa Dara.
Freya menunduk dan memainkan sendok yang berada di atas piring somay. "Frey besok ada undangan tampil di acara pesta rakyat di xxx." cicitnya.
"Waah bagus dong kalo gi—Eh..wait,wait. Besok?" tanya Ameera.
Freya mengangguk.
"Besok kan acara kita Frey, lo lupa!?" ujar Ameera.
"Pergi aja Frey, bisa kita undur kok." jawab Ezra tenang.
"Loh, nggak bisa gitu dong, Za. Kita udah lama ngerencanain ini."
"Mir, udah si. Kan bisa besoknya lagi." kata Aksa.
"Iya, Mir. Kita juga belum nyiapin apa-apa kan." Dara pun menyahut.
"Freya bisa batalin acaranya kok, Jadi kita tetep besok." ucapnya pelan.
Ameera mendecak. "Nggak usah!" ucapnya dan langsung ke luar dari kantin.
"Nggak papa, Frey." tenang Nosi yang melihat Freya sudah membendung. "Dia lagi datang bulan."
"Mau kemana?" tanya Ezra saat Freya bangkit dari tempat duduknya.
"Ameera." jawabnya.
****
"Aksa! Di panggil Pak Dul," teriak Satria yang berjalan menghampirinya.
"Males." ucapnya yang masih lesehan di lantai belakang.
"Ada bokap lo nyet!"
Aksa langsung menegakkan tubuhnya. "Serius?"
"Hm." jawab Satria yang sudah berbaring di samping Akbar yang tertidur pulas.
"Lo ngadu, Ra." tuduh Aksa
Dara yang sedang mengobrol dengan Nosi pun menoleh menatap Aksa garang. "Terus aja gue! Oci kali noh." tuduhnya membuat Nosi menggeleng. "Lagian Lo lupa sekolah ini punya siapa? Makanya kalo udah tau bokap lo begitu nggak usah cari masalah." geramnya. "Nih, gue kasih satu kata buat lo," Aksa mengangkat alisnya sebelah. "MAMPOS!" lanjutnya terkekeh pelan.
"Terus aja hina gue!"
"Muka lo nistaable, pantes buat di hina." celetuk Satria.
"Setan!" umpat Satria saat Aksa menendang tulang keringnya.
Aksa yang tak perduli dengan umpatan Satria melengos begitu saja menuju ruang BK.
****
"Berangkat jam berapa besok?" tanya Ameera merangkul bahu Freya yang berjalan di sampingnya menuju parkiran.
"Kata kak Putra sih jam 9."
Di samping Freya ada Ezra yang memainkan kunci motornya yang terdapat gantungan. Lalu, Aksa berjalan di depan mereka dengan bersenandung kecil. Sedangkan, Dara dan Nosi berada di belakang Aksa. Dengan jahilnya Dara menangkis kaki Aksa yang tengah berjalan hingga membuatnya hampir terjatuh.
Aksa yang mulai geram dengan tingkah Dara yang terus menerus menjahilinya pun menghampiri dan melingkarkan tangannya di leher Dara seakan ingin mencekiknya, Dara menggigit tangan Aksa dan langsung berlari kencang saat tau dirinya di kejar. Semua yang melihat tingkah mereka pun tertawa.
Ezra memandang wajah Ameera datar hingga membuat Ameera berdecak sebal.
"Ya, sorry. tadi gue kesel aja tiba-tiba Freya ngomong gitu, padahal kan besok acara kita." ujar Ameera. "Mungkin karena efek datang bulan juga, jadi gampang emosi. Tapi nggak papa acara kita bisa minggu depannya lagi. Jadi lo bisa pergi, asal kita semua ikut. OKE!" Freya hanya mengangguk.
"Nggak latihan, Frey?" tanya Nosi yang kini berjalan di samping Ameera.
Freya menggeleng, "Besok sekalian GR disana. Kan acaranya sore."
****
"Ngopi apa ngopi diem-diem bae." celetuk Aksa.
"Ishh" ringis Aksa saat melihat Momy nya menusuk daging dengan garpunya sangat terlihat ganas.
"Awas aja kalo kamu udah punya cewek menel sana-sini!" ucap Nadia menunjuk Aksa dengan garpunya. "Cewek juga punya hati, jangan coba-coba kamu! kamu bayangin aja kalo yang di sakiti itu Momy sama Sasa."
Dahi Aksa berkerut bingung, apa Momy nya tau anaknya telah menyakiti wanita di hari ini sekaligus dua, Tasya dan Amel. Aksa menoleh saat mendapati Sasa terkekeh pelan.
Aksa menyikut lengan Sasa, "Apa?" tanyanya pelan.
Sasa mendekat. "Momy lagi cemburu sama Popy." balasnya berbisik kemudian terkekeh lagi.
Aksa melirik Momy nya dan ayah nya dan ia pun terkekeh pelan. "Jangan kasih jatah Mom." ucapannya membuat sang ayah menatapnya tajam dengan santainya Aksa pun mulai menyuapi makanannya ke dalam mulut. "Kali-kali kan popy dapat hukuman."
Nadia menatap Aksa dengan tajam. "Kamu juga! Kenapa tadi bolos!?"
"Mom, kayaknya Aksa belom kerjain tugas deh. Kalo gitu Aksa ke atas dulu yah." Aksa pun mulai bangkit.
"Duduk!"
"Mah."
"Kamu juga bukannya kerja malah berduaan sama sekertarismu!" tudingnya.
"Enggak gitu, kamu salah paham—"
"Terus saja mengelak!"
"Sayang,"
"Nggak ada sayang-sayangan! Malam ini kamu tidur di kamar sebelah."
"Janga—"
"Nggak ada penolakan!" tegasnya.
Aksa dan Sasa yang melihat orang tuanya pun hanya terkekeh, mereka seakan-akan sedang menyaksikan ABG yang tengah di landa cemburu.
"Popy kalo sama Momy berubah jadi kucing." celetuk Aksa.
"Emang tadinya apa, Kak?"
"Serigala."
Keduanya hanya terbahak tanpa sadar kedua orang tuanya tengah memperhatikan dengan sorot tajam.
"AKSA!!"
"SASA!!"
Seketika mulut mereka terkatup dan dengan perlahan mereka bangkit dari temat duduknya saat mereka telah berditi keduanya langsung berlari menuju kamarnya masing-masing.
•••••
A/N : Terimakasih buat yang masih setia baca cerita ini:))
Jawa,
Sriwulandarii8