"Karnaku selaw, sungguh selauw, sangat selauw, tetap santai.."
Saat ini mereka tengah duduk dibawah pohon pinggir lapangan. Ezra yang memang mengikuti eskul Futsal saat ini tengah bermain bersama teman-temannya baik yang satu eskul maupun yang mengikuti eskul lain.
"Yang bener kenapa sih?"
"Dih! Ameera tuh ya sirik banget sama gue." cibir Dara.
Nosi terkekeh. "Fans, Ra."
"Dih, Amit-amit."
"Aksa putus sama Tasya?" tanya Freya.
Aksa hanya mengangguk tak perduli banyak karena ia tetap fokus menatap ke arah lapangan.
"Kok bisa?" tanya Freya.
Tanpa mengalihkan tatapan dari lapangan Ameera menyahut, "Bisalah! Kaya nggak tau Aksa aja."
"Bukannya Aksa—"
"WOII, SA!" teriak Akmal. "MAIN."
"Sa, belum selesai nih." rengek Freya saat Aksa berlari ke tengah lapangan.
"Apa sih Frey?" tanya Dara.
Freya mencebikkan bibirnya. "Ck Aneh aja."
Nosi, Ameera, dan Dara saling bertukar pandangan. "Dahlah, nggak usah di pikirin. Bikin mumet aja." celetuk Dara
****
"KENAPA SIH DI DUNIA INI HARUS ADA YANG NAMANYA CINTA?"
"KALO NGGAK ADA LO NGGAK BAKAL ADA!" celetuk Aksa menimpali ucapan Dara.
"Tapi kucing, mereka nggak cinta tapi tetep punya anak." jawab Dara.
Freya mengangguk, "Bener! Nggak tanggung jawab lagi." sahutnya
"Ya emang udah begitu dari sononye combro!" sewot Ameera.
"Kenapa sih tiba-tiba ngomong begitu?" tanya Nosi heran.
Dara bangkit dari duduknya lantas berdiri di depan mereka yang tengah duduk di pos ronda. "POKOKNYA GUE NGGAK SUKA HARI INI! GUE SEBEL,GUE SEMALEM UDAH NONTON FILM YANG BIKIN GUE NANGIS. EH! TADI PAS DI SEKOLAH SI ALDO SIALAN YANG BIKIN HATI GUE NANGIS." amuk Dara menendang kerikil kecil yang berada di dekatnya.
Tadi setelah bel pulang sekolah mereka memutuskan untuk bermain ke pos ronda sebelum senja datang. Bahkan mereka masih menggunakan seragam putih abu terkecuali Nosi, dia memang sudah berganti pakaiannya namun roknya tetap masih warna abu-abu.
"Kenapa?" tanya Nosi.
"Huhuhu...Gue tadi liat si Aldo lagi sama Laura. Arghh..huhuhu!"
"Muka lo pengen gue hujat ya!" seru Aksa melihat ekspresi Dara yang menyebalkan.
"DIEM! GUE LAGI NANGIS INI. SAKIT HATI INCESSS."
"Ck, ck lo sih terlalu bar-bar."
"Heh!" sewot Dara menunjuk Ameera. "Ngacaaaaaa.." geramnya.
"Wajarlah." sahut Ezra walaupun dia tetap fokus ke arah ponselnya.
Dara mendelik. "APA LO BILANG??"
Aksa melemparkan aqua gelas kosong kepada Dara. "Berisik nyai!"
"Jangan nyampah!" kesal Nosi. Aksa hanya meringis mendapat peringatan itu dan langsung memungutnya kembali.
"Istigfar Ra!" titah Freya. "Dari tadi teriak mulu kaya orang kerasukan." ceplosnya membuat semburan tawa yang keluar dari mulut mereka.
"Sembarangan lo!"
****
"Frey, ada yang nyari di depan." ucap salah satu teman satu les musiknya.
Memang ini sudah jadwal lesnya jadi saat ini Freya sedang berada diruangan yang penuh dengan alat musik. "Siapa?"
"Aku nggak tau."
Freya mengangguk. "Oke thanks yah." kemudian Freya langsung bangkit menuju luar ruangan. Seketika matanya membulat saat tau siapa yang datang. "Eza." celetuk Freya yang tak menutup keterkejutannya.
Ezra yang sedang bersandar sambil memainkan ponselnya pun menoleh. "Udah pulang?"
Freya mengangguk dan menghampiri Eza. "Kok kesini?"
"Jemput lo."
"Ehh?"
"Keberatan?"
"Bukan!" Freya menggeleng dengan cepat. "Cuman, Bara mau jemput." lirihnya.
Tak tau harus bagaimana lagi Ezra mengangguk, "Yaudah kalo gitu gue pulang."
"Ehh?" kagetnya. "Tunggu, tunggu!"
Ezra mengangkat alisnya sebelah. Freya menghela napas pelan. "Oke, Frey pulang sama Eza." finalnya.
"Oh, terpaksa." cibirnya.
"Enggak, Eza!" sahut Freya. "Yudah bentar, Frey telepon Bara dulu supaya nggak jemput. Sekalian pamit sama yang lain." Freya kembali masuk kedalam ruang les musiknya.
Ezra tersenyum dan mengangguk. Suara dentingan ponselnya berbunyi menandakan ada pesan baru.
Aksa : Sukses nggak bro???
👌
Ntah kenapa setelah perkataan Aksa waktu itu membuat amarah dirinya semakin memuncak saat tahu bahwa Freya telah disakiti oleh kekasihnya. Dan saat ini egonya mulai meningkat untuk segera memisahkan Freya dan Bara sebelum Freya mengetahui semuanya.
Senyuman sinis tercetak di bibirn Ezra 'Permainan akan dimulai' batinnya. masa bodo jika dirinya yang di sebut jahat atau perebut. Yang terpenting saat ini dia harus melindungi wanita yang selama ini ia cintai dan membalas laki-laki yang telah membohongi Freya.
"Ayo." ajak Freya menarij tangan Ezra.
"Mau langsung pulang?" tanya Ezra.
"Hmm.." pikir Freya. "Gimana kalo kita makan di tempat biasa sama anak-anak?" usul Freya. "Lapeeerrr!" rengeknya.
Ezra terkekeh mengacak rambut Freya dengan gemas. "Oke."
"Yeey!"
•••••
Salam hangat,
Sriwulandarii8