Mereka kemudian berpisah, Arkan dan Fatma kembali ke kamar Fatma, sedangkan Brian menunggu di kursi depan. Arkan pergi ke kamar Abi karena dia meminta Abinya untuk ke kamarnya.
Lalu dia memperlihatkan semua foto dan video Nabil pada Abinya yang datang bersama Daffa. Abinya terlihat tegang dan kecewa dengan semua itu, hampir saja Abinya terjatuh karena shock, jika saja Arkan tidak berada disampingnya dan memegangnya.
" Aku sudah curiga malam itu!" ucap Daffa sambil mengepalkan tangannya.
" Apa maksudmu?" tanya Arkan menatap adik bungsunya itu dengan mata tajam.
" Aku semalam bertemu dia di apartement temanku, Bang! Aku tanya dia ngapain? Katanya ke apartement temannya!" kata Daffa.
" Lalu?" tanya Arkan.
" Tapi aku melihat dilehernya ada tanda merah seperti bekas..." Daffa tidak meneruskan ucapannya.
" Kenapa kamu tidak bilang sama kami?" tanya Arkan dengan nada sedikit kecewa.
" Aku pikir karena tadi sudah tidak terlihat, jadi...Maafkan Daffa, Bi!" kata Daffa menyesal.
" Sudahlah! Sekarang bagaimana Fatma? Dia pasti sangat terpukul karena hal ini!" kata abi yang sudah sedikit lebih tenang.
" Dia memang shock sama seperti Abi, tapi dia sudah baik sekarang! Dan dia telah mengambil keputusan, Bi!" kata Arkan.
" Apa itu?" tanya Abi.
" Tapi sepertinya kita harus bicara dulu dengan Om dan Tante!" kata Arkan. Abi menghembuskan nafasnya dengan panjang, dia menganggukkan kepalanya dengan berat, karena dia merasa tidak enak dengan persahabatan mereka yang telah terjalin selama bertahun-tahun harus ternodai oleh tingkah Nabil. Tapi dia juga tidak mau Fatma menikah dengan pria seperti Nabil.
" Om!" panggil Ibram yang mendekati Abi Nabil yang sedang duduk dengan istrinya.
" Ya, Bram?" sahut Abi Nabil.
" Om Azzam meminta Om Farzan ke dalam sebentar!" kata Ibram.
" Ada apa?" tanya Farzan sambil mengerutkan dahinya.
" Saya tidak tahu, Om!" jawab Ibram.
" Ummi! Abi masuk dulu!" kata Abi Nabil.
" Iya, Bi!" jawab Ummi Nabil.
" Ada apa lagi, sih, mi?" tanya Nabil yang terlihat kesal.
" Sabar, nak! Om Azzam memoanggil abimu!" jawab umminya mengelus punggung putranya.
" Nikah aja ribet banget, kayak nikah sama anak presiden aja!" rutuk Nabil.
" Astaghfirullah, Nabil! Kamu kenapa, sih? Akhir-akhir ini ummi seperti nggak kenal sama kamu!" ucap Umminya marah.
" Habis, ada aja masalahnya! Perasaan ini cuma nikah sirih aja, bukan nikah resmi! Tapi ribetnya kayak apa aja!" tutur Nabil sebel.
" Astaghfirullahaldzim! Cukup, Bil! Jaga mulut kamu!" kata Ummi yang kecewa dengan sikap putranya itu. Nabil sebel karena umminya malah marah-marah, nggak malah membelanya. Setelah beberapa menit kemudian, abi nabil keluar dengan wajah tegang.
" Ummi! Kita pulang!" kata Farzan menatap istrinya.
" Lho, Bi! Tapi..."
" Nanti abi jelaskan di rumah! Ayo, Zidan! Nabil!" kata Abinya.
" Lho, Bi! Apa'an, sih? Nabil udah lama nunggu sekarang malah mau pulang gitu aja!" kata Nabil marah.
" Cukup! Jangan menantang kesabaran Abi!" jawab Abi Nabil marah, Ummi, Zidan dan Nabil terkejut mendengar perkataan Abi Nabil. Abi Nabil lalu menyadari sikapnya yang sedikit berlebihan, dia memejamkan matanya dan menarik nafas.
" Kita pulang dulu! Fatma sedang sakit!" kata Abinya pelan. Kemudian mereka berdiri dan mengikuti langkah Abinya. Sial! Hilang kesempatan gue nikmatin Fatma! Mana Gina dari semalam nggak telpon-telpon! batin Nabil kecewa.
" Lho, Mas! Ada apa ini? Kenapa mau pergi?" tanya ummi yang kaget mendengar ucapa Abi Nabil.
" Bang Azzam akan menjelaskan semua, dek!" jawab Abi Nabil. Ummi Fatma hanya menatap kepergian mereka, lalu bergegas masuk ke dalam menuju ke kamar Fatma.
" Fatma? Ada apa ini? Kenapa mereka meninggalkan acara?" tanya ummi penasaran.
" Nanti Abi ceritakan, ummi! Sabar, ya!" kata Abi yang telah berada di kamar Fatma, dia menatap istrinya yang datang dengan wajah sedih. Ummi menganggukkan kepalanya, dia percaya semua yang dilakukan suaminya.
" Fatma! Abi tanya sama kamu! Kenapa kamu secepat ini mengambil keputusan, nak?" tanya Abi.
" Fatma nggak mau kehormatan Abi sampai terinjak-injak karena Fatma, Bi!" jawab Fatma sambil meneteskan airmata. Abinya menghela nafas dan menatap putri semata wayangnya itu. Dia tahu jika putrinya itu sangat menghormati dan menyayangi orang tuanya diatas segalanya.
" Sudahlah! Dan kenapa kamu memilih dia? Apa kamu sudah mengenalnya?!" tanya Abinya lembut menepuk bahu putrinya.
" Fatma memang belum mengenalnya, Bi! Tapi saat ini hati Fatma yang meminta Fatma untuk menerima dia, karena hanya dia yang menurut Fatma bisa menyelamatkan kehormatan keluarga kita, Bi!" jawab Fatma.
" Itu bukan jawaban, nak! Abi tidak mau hanya karena kehormatan keluarga akhirnya kamu akan menyesali keputusanmu!" kata Abinya dengan tegas.
" Tapi, Bi..."
" Fatma! Abi tidak mau melihat anak-anak Abi menderita saat bersama pasangannya! Menikah adalah suatu ibadah, bukan suatu permainan atau hal yang harus dicoba-coba!" tutur Abinya.
" Abi benar, Fat! Keputusanmu hari ini yang akan merubah hidupmu ke depannya!" kata Arkan menatap adiknya itu.
" Fatma hanya memintanya mengkhitbah Fatma, Bi! Dan dia punya waktu sebulan untuk memenuhi persyaratan Fatma!" tutur Fatma.
" Siapa yang akan mengkhitbah kamu? Ummi minta penjelasan sekarang! Ummi tidak bisa hanya menjadi pendengar saja!" Ummi Fatma akhirnya tidak bisa menahan rasa penesarannya. Lalu Abi dengna lembut dan pelan menjelaskan semua pada istrinya. Ummi begitu terpukul mendengar dan melihat semua bukti tentang Nabil, dia tidak akan percaya begitu saja jika tidak ada bukti foto dan video itu. Karena Abi tahu jika Ummi sangat menyayangi Nabil karena kesolehan dan sifat santunnya.
" Lalu kamu akan menikah dengan pria yang bahkan tidak mengenal ajaran kita, nak?" tanya Ummi tidak percaya dengan apa yang diinginkan putrinya.
" Iya, Ummi!" jawab Fatma.
" Astaghfirullah! Apa sudah tidak ada pria soleh lain yang mau menikahimu, nak? Sehingga kamu menerima dia?" tanya Umminya dengan airmata yang menetes.
" Dia berjanji akan belajar, Ummi! Dan Fatma beri waktu dia sebulan, jika dia gagal maka dia akan mundur dengan ikhlas!" jelas Fatma.
" Sudahlah! Jika ini merupakan keputusan Fatma, kita harus mendukungnya! Abi akan bicara dengan penghulu kampung!" kata Abi lalu beranjak keluar dari kamar Fatma.
Kemudian Abi Fatma bicara dengan keluarganya lalu dengan penghulu kampung. Abi Fatma menyuruh Ibram memanggil Brian untuk menemuinya di mushalla. Ibram memanggil Brian dan menyuruhnya pergi ke mushalla. Abi menatap seorang pria tampan, gagah, berwibawa dengan wajah lelahnya masuk ke dalam musahallanya.
" Silahkan duduk disini!" kata Abi Fatma sambil menepuk karpet di depannya. Brian mendekati Abinya Fatma dan duduk di depannya.
" Saya Abinya Fatma!" ucap Abi. Brian sedikit terkejut melihat seorang pria paro baya yang ada didepannya. Wajahnya begitu tenang dan hangat. Brian tersenyum dan mengulurkan tangannya, abi menyambut uluran tangannya.
" Kamu yakin dengan hatimu?" tanya Abi menatap Brian.
" Iya! Saya mencintai anak bapak!" jawab Brian dengan sungguh-sungguh.
" Apa kamu yakin bisa membuat dia bahagia?" tanya Abi.
" Tentu saja! Saya memiliki segalanya!" jawab Brian sombong. Abi menghela nafasnya, pria yang terlalu percaya diri dan sombong! Semoga kamu dapat merubah dia, nak! batin Abi Fatma.
" Pernikahan tidak hanya tentang harta saja!" ucap Abi sedikit menekankan kata-katanya.
" Saya punya cinta dan itu cukup untuk saya!" ucap Brian kagi.
" Kamu sudah yakin dengan persyaratannya?" tanya Abi yang tidak lagi memaksakan pikirannya, toh nanti dia akan belajar banyak tentang pernikahan dalam Islam! batin Abi Fatma.
" Iya! Saya yakin! Tapi saya ingin merubah sesuatu!" kata Brian. Abi mengernyitkan dahinya, Fatma tidak berbicara apapun tentang perubahan apapun.