Chereads / Terang Dalam Gelapku / Chapter 17 - Kekecewaan

Chapter 17 - Kekecewaan

*** Buat menemani buka puasa kalian ^^^

------------------------------------------------------

Lalu Abi mengambil minyak kayu putih dan menggosok tangan serta kaki putrinya, sementara diluar Nabil gelisah karena ijab qobul tertunda gara-gara Fatma pingsan.

" Sabar, nak! Kita tunggu Fatma siuman dulu!" kata Ummi Nabil. Nabil menganggukkan kepalanya dan melihat ke arah dalam rumah Fatma. Tanpa disangka Brian datang lebih cepat dan pergi ke rumah Fatma dengan wajah gelisah, dia takut jika dia datang terlambat. Brian keluar dari dalam mobil dengan cepat dan menuju ke dalam rumah Fatma.

" Maaf! Anda mau bertemu siapa?" tanya seorang pria yang berjaga di depan pintu masuk.

" Apa Zahirah ada?" tanya Brian.

" Mbak Zahirah akan menikah jadi jika anda tidak diundang saya tidak bisa mengijinkan anda masuk!" jawab pria itu.

" Saya tahu! Tolong sampaikan saja jika Brian datang! Dan harus pada Zahirah sendiri!" kata Brian dengan nada sedikit emosi.

" Baik! Tunggu disini!" jawabnya lagi. Kemudian Brian menelpon Fatma, tapi tidak bisa. Sementara Fatma telah siuman dari pingsannya.

" Kamu tidak apa-apa, nak?" tanya Abi.

" Iya, Bi! Maafkan Fatma telah membuat Abi dan ummi khawatir!" kata Fatma.

" Maaf, Om!" kata pria tadi.

" Ya, Bram? Ada apa?" tanya Abi.

" Ada seorang pria yang bernama Brian..."

" Dimana dia?" tanya Fatma dengan cepat.

" Diluar, Fat!" jawab Ibram sepupu Fatma.

" Siapa dia, nak?" tanya Abi.

" Nanti Fatma jelaskan, Bi!" kata Fatma.

" Dimana dia?" tanya Fatma.

" Di depan!" jawab Ibram.

" Bang Arkan, bisa temani Fatma menemui Brian?" tanya Fatma.

" Iya, Fat!" jawab Arkan.

" Suruh dia pergi ke mushalla, Bang!" kata Fatma.

" Iya!" jawab Ibram. Kemudian Ibram keluar dari kamar dan menuju keluar rumah, dan Fatma bersama Arkan menuju ke mushalla. Ijab Qobul sengaja Fatma minta diadakan di rumah bukan di mushalla karena dia merasa ragu dengan hatinya.

" Silahkan ikut saya!" kata Ibram. Brian menganggukkan kepala, dia mengikuti Ibram yang berjalan ke arah samping rumah. Nabil melihat keluar rumah, mengikuti langkah Ibram, tapi dia tidak bisa melihat orang yang diajak Ibram bicara. Ada apa lagi ini? Kenapa mau nikah sirih aja susah sekali? batin Nabil.

" Masuklah! Fatma di dalam! Lepas sepatumu!" kata Ibram. Brian masuk ke dalam mushalla setelah melepas sepatu dan kaos kakinya. Dia melihat ada Arkan sedang berdiri di depan sebuah hijab atau pembatas.

" Assalamu'alaikum!" ucap Brian.

" Wa'alaikumsalam!" jawab Arkan dan Fatma bersamaan dan Brian mendengar suara Fatma dibalik hijab itu.

" Saya kakaknya Fatma!" kata Arkan menjulurkan tangannya.

" Saya Brian!" jawab Brian.

" Ada keperluan apa anda mencari adik saya disaat dia akan menikah?" tanya Arkan.

" Saya ingin memberikan bukti siapa Nabil sebenarnya!" kata Brian.

" Apa maksud anda dengan memberiakan bukti itu?" tanya Arkan.

" Saya mencintai Zahirah! Dan saya ingin dia menikah dengan saya!" jawab Brian.

" Lalu anda bersaing dengan tidak kesatriya?" tanya Arkan yang membuat Brian tersudut.

" Anggap saya tidak ksatriya, tapi Zahirah tidak memberikan saya kesempatan untuk mendekatinya!" elak Brian.

" Karena dia memang telah dikhitbah! Dan dalam agama kami itu adalah sebuah bentuk pinangan!" jawab Arkan.

" Tapi saya mau membatalkan khitbah itu!" jawab Brian sedikit emosi.

" Siapa anda berani membatalkan khitbah?" tanya Arkan dengan nada emosi.

" Saya calon suami Zahirah! Hanya saya yang berhak menikah dengannya!" kata Brian dengan suara tinggi.

" Cukup!" teriak Fatma yang marah dengan perdebatan kakaknya dan Brian. Mereka berdua langsung terdiam.

" Berikan bukti itu!" ucap Fatma. Brian mengeluarkan ponselnya dan menyalakannya, lalu dia membuka sebuah video dan memberikan pada Arkan. Arkan menerima dan melihatnya, wajahnya menegang melihat adegan di dalam video itu.

" Bang!" panggil Fatma.

" Sepertinya dia mabuk!" kata Arkan.

" Apa anda yang membuat dia mabuk?" tanya Arkan curiga. Brian benar-benar tersudut kali ini.

" Ya! Saya yang membuat dia mabuk!" jawab Brian. Bukkk! Arkan meninju wajah Brian dan Brian yang tidak menyangka, jatuh tersungkur kebelakang dengan sudut bibir berdarah.

" Lo emang laki-laki bejat!" kata Arkan. Sekali lagi Arkan memukul Brian yang telah berdiri dengan tegak sambil mengusap sudut bibirnya, kali ini Brian terjatuh menimpa hijab yang ada di dekat lemari kaca. Bruakkk! Fatma terkejut, dia keluar dari balik hijab dan melotot melihat kakaknya menghajar Brian dan Brian tidak melawannya.

" Bang Arkan! Hentikan!" teriak Fatma. Arkan menghentikan pukulannya lalu berdiri mendekati Fatma. Fatma melihat Brian yang wajahnya babak belur dipukul Arkan. Brian sebenarnya bisa saja membalas, tapi dia tidak ingin membuat jelek imejnya di depan kakak Fatma, bagaimanapun dia yang bersalah.

" Aku akan memaafkan Nabil!" kata Fatma.

" Tidak!" sahut Brian mencoba mendekati Fatma.

" Kenapa? Anda yang membuat dia mabok!" kata Fatma tanpa menatap wajah Brian.

" Tapi sejak itu dia telah sering tidur dengan wanita lain!" tutur Brian tegas.

" Astaghfirullah! Apakah anda sadar anda telah suudzon terhadap Nabil?" ucap Fatma.

" Apa itu?" tanya Brian.

" Bernuruk sangka alias menuduh Nabil!" jawab Arkan.

" Ak...Saya tidak bohong Zair! Saya takut kamu bertambah sakit hati jika semua saya buka disini!" jelas Brian.

" Kirim semua yang kamu tahu tentang Nabil!" kata Arkan lalu memasukkan nomor ponselnya ke ponsel Brian. Brian menerima ponselnya dari tangan Arkan, lalu mengirim semua info tentang Nabil yang diperolehnya dari anak buahnya. Ponsel Arkan berbunyi, nama Abinya tertera dilayar.

- " Assalamu'alaikum, Kan!" -

" Wa'alaikumsalam, Bi!"

- " Kalian dimana? Ini sudah siang! Pak Penghulu kampung ada urusan lain!" -

" Beri kami waktu 10 menit, Bi!"

- " Baiklah! 10 menit tidak lebih! Assalamu'alaikum!" -

" Wa'alaikumsalam!"

Arkan lalu membuka file yang dikirim Brian setelah panggilan Abinya ditutup. Wajah Arkan kembali mengeras dan menegang melihat foto dan video dari Brian.

" Bang?" panggil Fatma. Arkan menatap adiknya dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Fatma meneteskan airmata,ini adalah jawaban dari semua mimpinya semalam. Fatma menundukkan kepalanya, Arkan merengkuh bahu adiknya dan mengelus punggungnya.

" Fatma mohon Abang bicara baik-baik dengan Abinya Nabil!" kata Fatma.

" Iya! Kamu yang sabar, ya!" kata Arkan, Fatma menganggukkan kepalanya dan menghapus airmatanya.

" Fatma hanya kasihan melihat Abi dan Ummi! Bagaimana malunya mereka jika..." Fatma tidak mampu meneruskan kata-katanya. Arkan memejamkan matanya dan menghela nafas panjang.

" Saya akan menikah denganmu, Zair!" kata Brian.

" Tidak! Kalian berdua sama-sama brengsek dan bejat!" hina Arkan tiadk dapat ditahan lagi.

" Astaghfirullah, Bang! Istighfar!" ucap Fatma.

" Astaghfirullah!" ucap Arkan.

" Tolong Zair! Izinkan aku menikahimu!" kata Brian memelas.

" Kami tidak mengenalmu!" ucap arkan.

" Kalian mengenal Nabil tapi apa?" bela Brian.

" Kamu..."

Tolonglah, Zair! Saya akan membuatmu bahagia! Saya akan mencintaimu dengan segenap hati dan jiwaraga saya! Saya bersumpah demi mama saya!" kata Brian bersimpuh dihadapan Fatma. Seorang Brian Daniel Manaf yang selalu disembah dan dikagumi banyak orang baik pria dan wanita, kali ini dia bersedia untuk bersimpuh dihadapan seorang gadis biasa.

" Aku tidak setuju!" jawab Arkan marah.

" Mana KTP kamu!" tanya Fatma.

" Apa? KTP?" ucap Brian bingung. Lalu dikeluarkannya dompetnya dan dicarinya KTPnya.

" Kamu nggak punya KTP?" tanya Arkan.

" Ada1 Ini!" kata Brian. Fatma menerima KTP Brian dan melihatnya.

" Aku setuju!" jawab Fatma datar.

" Fatma?!" ucap Arkan kaget.

" Dengan syarat!" kata Fatma.

" Apa? Saya akan mengabulkannya apapun itu!" kata Brian senang.

" Khitbah aku sekarang lalu perbaiki agamamu. Setelah menurut Abi kamu pantas, kita menikah dicatatan sipil!" tutur Fatma. Brian terkejut dengan syarat yang diajukan Fatma.

" Apa tidak bisa dirubah?" tanya Brian.

"Tidak!" jawab Fatma. Brian menundukkan wajahnya dan menghel nafas panjang, Fatma tahu pasti berat bagi Brian melakukan semua itu, tapi dia tidak mau memiliki suami yang buta dalam hal agama.

" Baiklah! Saya siap!" jawab Brian.