Halooohaa para Pembaca! Ayo ayo vote dan komen biar rameee!
Selamat membaca, yaaa!
_______________________________________
"Kuhitung sampai tiga, lemparkan semua senjata kalian ke depanku!"
Salah satu Perampok yang sepertinya merupakan pemimpin mereka memerintahkan kepada seluruh Tentara Sewaan dan Petualang yang melindungi konvoi kereta barang tersebut agar melucuti senjata mereka lalu melemparkannya ke depan Pemimpin Perampok tersebut.
"Satu..."
Pasukan yang melindungi konvoi, tidak bergeming dan tetap memegang senjata mereka.
"Dua..."
Suara detak jantung yang semakin kuat dan kencang, samar-samar mulai terdengar. Namun 14 Pasukan Penjaga Konvoi tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyerahkan diri.
"Tiga! Hahaha... Mari... Kita bermain-main! Seraaang!"
Dengan aba-aba 'serang' dari pemimpinnya, semua Perampok yang memiliki senjata untuk menyerang dari jarak jauh mulai melepaskan serangannya.
"Sacrificial Link!"
Menghadapi tembakan panah dan lemparan pisau dari para Perampok, salah satu petualang yang melindungi konvoi langsung menggunakan skill tingkat tinggi. Skill itu membuat semua serangan jarak jauh mereka, secara aneh berbelok kepada satu orang itu.
*Trang pang pang pang pang traang trang pangg*
Dan semuanya ditangkis menggunakan tameng besar miliknya, tanpa ada satupun yang berhasil melukai orang itu.
"Ha! Lumayan juga kau, bocah! Tapi... Mage!"
Di antara gerombolan Perampok itu, ternyata juga terdapat beberapa Mage. Dan mendengar instruksi dari Pemimpin mereka, semua Mage yang ada langsung menyerang para Penjaga konvoi.
"Thunder Bolt!"
"Fire Bolt!"
"Tearing Gale!"
"Pyro Explosion!"
*Dhuarr cetaarr blegaaarr*
Tanpa perlu instruksi yang detil, empat orang Mage tersebut menembak hanya ke arah satu orang. Ya, Tank yang tadi menahan semua serangan jarak jauh para Perampok.
Tank itu menerima semua serangan para Mage dengan tower shield miliknya. Semua skill magic meledak pada saat kontak dengan tamengnya. Api dan debu menyelimuti Tank tersebut sehingga seluruh tubuhnya tertutupi dan tidak terlihat.
"Hahaha! Bagaimana? Apa kalian sudah merasakan keputusasaan sekarang? Serahka--!"
Pemimpin Perampok tersebut sempat sesumbar melihat ledakan yang terfokus pada Tank yang melindungi seluruh Pasukan Penjaga Konvoi. Dia yakin, tidak ada manusia yang bisa selamat dari serangan terfokus beberapa Mage sekaligus.
Mage yang dibawa bersamanya bukanlah sembarang Mage dengan kekuatan rendahan. Tapi Mage yang sudah mampu mengakses skill-skill tingkat menengah. Dari pengalamannya merampok sebelum ini, belum pernah ada manusia yang selamat dari bombardir seperti itu. Bahkan Petualang Plat Gold sekalipun.
Namun, yang dihadapinya kali ini bukanlah Petualang Plat Gold biasa. Setelah debu dan api yang menyelimutinya mulai menipis, Pemimpin Perampok tersebut terkejut melihat bahwa Tank yang menerima semua serangan Mage mereka, sama sekali tidak bergeming dari lokasinya pertama kali.
Tidak bergeser seincipun.
"Kau-! Bagaimana mung--"
"Heeeyy! Sekarang giliranku, yaa!" Teriak seorang wanita dari Pasukan Penjaga Konvoi, memotong gumaman Pemimpin Perampok itu.
Seorang wanita, berpakaian seperti laki-laki, berdiri di atas salah satu kereta barang dan berteriak kepada mereka dengan suara melengking. Di tangannya, terdapat sebuah dagger yang bercahaya merah pada bagian ujung gagangnya.
"Bakal kutunjukin ke kalian, gimana cara pake magic yang bener! Pyro Explosion! Hell Fire!"
*Blaaaaaarrrrrrr* *bwoooossshh*
Skill tingkat menengah yang sama dengan yang digunakan oleh salah satu Mage dari kaum Perampok tadi, Pyro Explosion, menghadirkan ledakan api yang jauh lebih besar dan dahsyat. Meledakkan dua dari empat Mage Perampok.
Sedangkan Hell Fire, memunculkan jet api yang besar dari dalam tanah, menelan dua Mage Perampok sisanya. Untungnya, Mage memiliki mdef yang lebih tinggi dari orang biasa. Sehingga mereka hanya terlempar dan pingsan, dengan luka bakar derajat 2 di sekujur tubuhnya.
"Hahaha! Padahal tenaganya udah kukurangi loh~"
"Bangsat! Kau pikir segitu saja sudah kuat, hah!? Kau... Kau! Kau tidak akan bisa tertawa lagi! Semua pasukan! Keluar dan serang mereka!"
Pemimpin Perampok itu memerintahkan semua pasukan mereka yang masih bersembunyi di hutan dan di semak-semak agar keluar dan ikut menyerang.
Namun,
.....
Tidak ada pergerakan dari dalam hutan. Tidak pula ada pergerakan dari semak-semak sekeliling mereka.
"O-oi... Ke-kemana semua orang!?"
Keringat mengucur di dahi Pemimpin Perampok itu. Dia panik dan tidak percaya dengan apa yang terjadi saat ini.
"Hoooiii! Lukas! Udah beres, ya!?"
Mage perempuan di atas kereta barang, tiba-tiba berteriak ke arah hutan dimana seharusnya Pasukan Perampok yang bersembunyi itu berada. Pemimpin Perampok tambah bingung.
Lalu dia menghitung lagi jumlah Pasukan Penjaga konvoi. 1, 2, 3, 4, 5, 6... Kurang satu orang!
"Selesai!"
Sebuah suara laki-laki terdengar dari arah hutan dimana Mage perempuan tadi mengarahkan suaranya. Dan tidak lama kemudian, muncul seorang laki-laki dari balik semak belukar hutan tersebut.
"Hahaha! Lukas memang jago! Aku jadi nggak perlu membakar hutan di sekeliling kita..."
"Hei Perampok! Menyerahlah! Kalian sudah kalah!" Teriak Tank yang mereka serang tadi.
"Mu-mustahil... Ini tidak mungkin... Kalian ini apa!?"
"Kami adalah Lunar Eclipse! Hahaha!" Jawab Mage perempuan.
"Bukan itu yang kutanya, goblok! Tapi kalian manusia atau monster!?"
"Kami hanya manusia biasa. Sekarang, kalian pilih! Menyerahkan diri dengan patuh, atau kita pakai cara kekerasan!"
Kondisi berbalik 180° sekarang. Para Perampok jadi berada di bawah. Merekalah yang saat ini diberikan pilihan.
"Lebih baik aku mati daripada masuk penjara! SERAAAANGGG !!!" Perintah Pemimpin Perampok tersebut kepada seluruh pasukannya.
"Semuanya, mendekat ke arah kereta! Hehe... Udah lama aku pengen nyoba ini..." Mage perempuan itu berkata sambil tersenyum lebar.
"""AAAAAAAARRRRGGGHH!!!"""
Semua pasukan Perampok berteriak sambil berlari mendekati konvoi kereta barang.
"Heat Shockwave!"
Gadis Mage tersebut mengeluarkan sebuah skill unik. Heat Shockwave. Berakar dari Heat Wave yang menembakkan gelombang panas ke area di depannya, tapi dia memodifikasinya menjadi skill area 360° dengan sentakan teoanan energi api yang kuat.
Masih berada di atas salah satu kereta barang, dia menembakkan gelombang panas ke sekelilingnya. Energi magic api dikumpulkan dan dipadatkan di dalam kristal merah menyala yang berada di ujung gagang dagger miliknya.
Dengan sekali hentakan energi magic tambahan, semua energi magic yang sudah terkumpul dan dipadatkan tadi, meledak ke sekitarnya. Menimbulkan hentakan kejutan gelombang energi yang sangat panas, membakar semua yang dilaluinya.
Dia menembakkannya dari atas kereta, sehingga semua orang yang berlindung di bawahnya tidak akan terbakar. Termasuk 3 buah kereta barang di dekatnya. Dia memang sengaja menghindari kerusakan pada seluruh anggota dan kereta konvoi.
"""Uuuwwaaaaaaaaaaahhhh!!!"""
Semua Pasukan Perampok yang menjadi target serangan, terpental sekaligus terbakar. Tidak ada yang selamat. Dan setelah terhempas ke tanah, tidak ada yang bisa bangun lagi. Mereka semua kesakitan karena sekujur tubuhnya mengalami luka bakar.
Kecuali satu orang, yaitu Pemimpin mereka.
"Ugghhh... Anjing! Sial! Bangsat! Uuggh!"
"Hoo... Kuat juga kau rupanya. Pantes jadi bosnya mereka... Flame Saber. Hahh!"
Mage perempuan itu mengubah dagger di tangannya menjadi seperti pedang api yang terbuat dari jet api biru dan memiliki konsentrasi energi magic api yang sangat tinggi. Dia kemudian melompat dari atas kereta lalu berlari ke arah dimana Pemimpin Perampok itu berdiri.
"Haa!" Teriak tertahan Pemimpin Perampok.
Pemimpin Perampok tadi terkejut, karena tiba-tiba Mage yang tadinya berada di atas kereta, saat ini sudah berada di depannya. Terlebih lagi, Mage itu mengunuskan pedang api biru ke arah lehernya. Dia merasakan panas di puncak jakunnya karena berada sangat dekat dengan ujung pedang api biru itu.
"Ayo, plis, ngelawan plis! Biar aku bisa membakar hangus tenggorokanmu!" Kata Mage itu sambil tersenyum lebar.
"A- unghh... Aku menyerah."
"Yaahhh... Cupu. Banci. Ya udah deh." Ucap Mage tersebut sambil menarik pedang api yang dihunuskannya, lalu berbalik kembali menuju konvoi.
Dan, hal klise terjadi...
"Hiyaaahh!" Pemimpin Perampok itu berteriak sembari mengayunkan pedang di tangannya ke leher Sang Mage dari belakang.
*Jroosshh*
"Hehe..."
"Khakkk! Aakk!"
Seakan mengetahui hal tersebut akan terjadi, Mage wanita itu merunduk untuk menghindari ayunan pedang sambil menebaskan pedang api biru yang masih menyala di genggamannya, tepat ke lengan Pemimpin Perampok tersebut hingga putus pada bagian tengah lengan bawah. Tidak lama, Mage itu langsung melompat menjauhi Pemimpin Perampok.
"Grista!"
"Ya! Sleep Bomb!"
Seorang wanita Alchemist melemparkan sebuah vial berisi serbuk berwarna abu-abu ke arah Pemimpin Perampok. Vial tersebut pecah setelah membentur tanah, lalu serbuk abu-abu di dalamnya menyebar dan terhirup oleh sang Pemimpin Perampok. Membuatnya jadi tertidur seketika.
"Kerja bagus, teman-teman!" Teriak lelaki Tank tadi kepada teman-temannya.
***
"Garen! Mau diapain ini mereka sekarang?" Fiana bertanya kepadaku setelah mengikat si Pemimpin Perampok.
"Biarin aja yang lainnya, Fi. Kita bawa pemimpinnya aja buat diserahin ke petugas di Kerajaan Elysium." Jawabku santai.
"Loh? Nanti mereka nyari pemimpin baru trus ngerampok lagi?"
"Nanti kan kita ngawal kereta ini buat balik..."
"... Hohoho... Ini nih... Tumben aku suka pola pikir Garen... Fufufu..."
"Hari akhir sudah dekat. Fiana dan Garen bisa sepakat seperti ini..." Ujar Lukas mengomentari kami berdua.
"Lukas..." Gumamku.
"Brengsek Lukas hahaha..."
"Udah, udah... Nanti malah berantem lagi... yuk, kita lanjutin perjalanan, udah mau sore nih..." Kata Grista untuk menghentikan obrolan tidak produktif mereka.
"Yuk... Semuanya, kita jalan lagi, ya!"
"""Siap!"""
Aku, sebagai pemimpin konvoi dan Lunar Eclipse, memerintahkan semua Pasukan Penjaga konvoi untuk melanjutkan perjalanan ke ibukota Kerajaan Elysium. Perjalanan masih panjang. Semoga tidak ada gangguan lain sampai kami mencapai tujuan.
***
"Syl... Apa kabar ya Grista dan yang lainnya?"
"Paling mereka baik-baik aja, Ar... Kamu kangen Grista, ya?"
"Haha... Kalo boleh jujur, ada sih, dikit. Aku sebenernya nggak tega ngeliat ekspresi Grista yang keliatannya kecewa banget pas aku bilang kalo Lunar Eclipse nggak usah ikut perjalanan kita dan kusuruh mereka meningkatkan skill dan level mereka dulu."
"Arka sebenernya nggak pengen mereka celaka, kan?"
"Hehe... Rupanya kamu tau maksudku..."
"Sedikit banyak, aku bisa ngebaca pola pikir Arka. Aku selalu merhatiin semua yang kamu lakuin, semua keputusan-keputusan yang kamu ambil, merhatiin hobi dan selera kamu. Jadi ya wajar aja kalo cuman mahamin yang kayak gitu, aku masih bisa."
"Hahaha... Stalker!"
"Apa itu stalker?"
"Ah, nggak usah dipikirin. Ngomong-ngomong soal tadi, aku jadi ngerasa bersalah karena udah nggak nepatin perkataanku yang bakal ngizinin mereka buat ikut aku."
"Tapi kasian juga mereka kalo harus bayar tiket mahal-mahal untuk naik kapal pesiar ini, padahal uang yang mereka kumpulin kan bisa buat beli equipment yang lebih bagus... Dan aku yakin kalo mereka nggak bakal mau dibayarin tiket kapal pesiar ini."
"Iya, sih... Tapi, tetep aja ada yang ngeganjel di dalem dadaku, Syl. Kayak... Aku kecewa sama diriku sendiri."
"Setiap orang pasti pernah ngerasain kayak yang kamu rasain kok, Ar. Namanya juga manusia. Pasti kita pernah memutuskan suatu hal yang kita sesali kemudian. Tapi, yang udah terjadi nggak bisa diapa-apain. Tinggal ke depannya aja dijadiin pelajaran. Dan ditebus gimana caranya supaya perasaanmu bisa lega."
"Hmm... Iya, bener kamu, Syl. Tapi, ngomong tentang ini sama kamu udah bisa bikin beban karena menanggung rasa bersalah dan kecewa sama diri sendiri di dalam hatiku, jadi berkurang. Makasih ya, Syl..."
"Hihi... Kapanpun, kalo Arka ada masalah, boleh kok cerita sama aku. Kalo aku sedang sibuk atau apa, Ren pasti juga bisa jadi pendengar keluh kesah Arka. Tapi pas giliran kami yang butuh didengerin, Arka harus mau, yaa!"
"Hahaha... Iya, iya..."
Aku teringat tentang ilmu kedokteran jiwa yang pernah aku pelajari dulu walaupun hanya sekilas. Di saat ada masalah, ceritalah ke orang yang dapat dipercaya. Dengan menceritakan masalah, beban di hati kita pasti akan berkurang.
Dan untuk orang-orang yang menjadi pendengar, dengarkanlah keluh kesah orang yang menceritakan masalahnya dengan perhatian penuh. Jangan sambil main HP atau sambil melakukan hal lain.
Bantulah orang itu untuk mencari solusi dari masalahnya jika kamu bisa memberi solusi. Jika tidak bisa, maka menjadi pendengar yang baik saja sudah cukup. Jangan meremehkan permasalahan apapun yang dikeluhkan mereka.
Banyak kasus depresi berat yang terabaikan sehingga berujung pada kasus bunuh diri. Seorang penderita depresi berat, pada suatu titik akan kehilangan alasan untuk tetap bertahan hidup.
Depresi sendiri terbagi menjadi 3 kriteria. Yaitu depresi ringan, sedang, dan berat. Untuk gejala utama depresi secara keseluruhan, ada 3 juga.
Yang pertama, ekspresi wajah tampak murung, tidak bersemangat, dan sedih. Yang kedua, orang yang menderita depresi akan kehilangan kegembiraan dan hobinya, lebih sering melamun atau mengurung diri di kamar tanpa melakukan apapun. Yang ketiga, penderita depresi akan merasa tidak berenergi dan mudah lelah dalam setiap aktivitasnya tanpa adanya penyebab yang jelas.
Ada banyak gejala-gejala lain yang bisa muncul, tapi 3 gejala tadi yang pasti muncul pada orang yang mengalami depresi.
Semakin berat gangguan depresi yang dialami, maka akan semakin jelas gejala yang terlihat. Dan tanda bahaya dari kasus depresi adalah, ketika sudah terucapkan kata-kata untuk bunuh diri.
Ya, jika seseorang sudah mengucapkan kata-kata yang menjurus kepada bunuh diri, berarti masalahnya sudah serius. Kita tidak boleh meremehkan itu. Apalagi jika dia mengatakannya berulang kali. Segera. Bawa. Ke. Psikiater.
Kata-kata yang mengindikasikan ide atau niat untuk bunuh diri itu tidak mesti 'bunuh diri'. Bisa saja dia mengatakan, "ah, sudah tidak ada lagi artinya aku hidup di dunia ini, hahaha...(lalu termenung)" atau "hahhh... Rasanya aku ingin mengakhiri hidupku saja... (Lalu menenggak segelas Jack D)".
Peka. Kita harus peka terhadap gangguan depresi yang dialami orang-orang di sekitar kita. Jangan sampai kondisi depresi itu dibiarkan berlarut-larut hingga timbul kejadian yang tidak kita inginkan. Rekomendasikan atau temani penderita depresi tersebut ke psikiater, minimal untuk sekedar konsultasi saja.
Psikiater atau dokter jiwa tidak hanya menangani orang gila saja. Tapi juga menangani depresi, insomnia, kepribadian atau kebiasaan yang buruk, bahkan sampai pada kecanduan narkoba. Tidak perlu malu, tidak perlu ragu untuk meminta pertolongan psikiater jika mengalami permasalahan tersebut.
FYI, obat-obatan yang diberikan oleh psikiater itu enak-enak. Serius, enak efeknya. Ada yang membuat rileks, ada yang membuat fly, ada yang bisa membuat kita merasakan kepuasan di dalam jiwa, ada yang membuat kita bisa tertidur pulas sehingga saat bangun tubuh menjadi terasa segar.
Itu tadi secuil ilmu yang pernah kupelajari dulu sewaktu masih kuliah. Semuanya tiba-tiba teringat kembali setelah perbincangan singkat yang serius barusan bersama Sylaria.
Saat ini, aku dan Syla sedang duduk dan menikmati suasana bar yang berbeda dengan yang kami masuki di malam pertama itu. Ren sedang memesan sesuatu minuman kepada Bartender. Dia sangat menyukai cocktail.
Tak terasa, seminggu sudah berlalu di atas kapal pesiar ini. Kami tidak pernah berpapasan lagi dengan si Pangeran Sampah. Kalau hanya melihat dari kejauhan, pernah beberapa kali. Dan sepertinya dia menghindari bertemu kami.
"Arka! Arkaaa!"
Kudengar suara Ren berteriak memanggil namaku. Bukan nada panggilan biasa. Tapi itu nada panggilan distres. Ren... Sedang dalam masalah!
***BERSAMBUNG...***
_______________________________________
Yaaahoooo! Makasih udah bacaa!