Hehehee... Halo Pembaca... Hehee... Silahkan vote dan komen dulu... Hehehee... Lalu kalian bebas melakukan apapun yang kalian mau! Hehee...
Selamat membaca hehehee...
_______________________________________
"Tuan Arka! Hujani hamba dengan kasih sayang! Sakiti hamba! Itu... Mata yang melihat payudara hamba dengan buas itu! Hahh... Hahhh..."
Oh. Ini yang dari tadi kurasa ada yang aneh. Tatapan Cyane kepadaku selalu seperti tatapan binatang yang sedang birahi. Dia dengan sengaja menyodorkan dan membusungkan payudara masifnya agar aku melihatnya.
Cyane ini... Perempuan mesum birahi tinggi. Aku malah menjadi tidak bernafsu melihatnya. Malah, tingkahnya jauh lebih memalukan daripada Syla ketika di tempat umum seperti ini.
Kami menghabiskan sisa malam di sebuah bar. Aesa dan Ruby sudah tidur. Sekarang, kami berempat sedang minum cocktail sambil mengobrol. Cyane, sepertinya tidak kuat terhadap alkohol. Sehingga dia jadi lebih cepat mabuk.
Tidak mabuk saja tingkahnya sudah mesum. Setelah mabuk, menjadi semakin tak terkontrol. Aku malu dilihat orang-orang di sekitar kami.
Aku, Syla, dan Ren memang suka meminum minuman beralkohol. Bahkan Ren memiliki toleransi yang cukup tinggi terhadap alkohol. Mungkin ada kaitannya dengan masa lalunya. Atau memang semua manusia rubah seperti itu? Entahlah.
Kami bertiga memang suka minum alkohol, tapi kami selalu kontrol agar jangan sampai mabuk. Terutama Syla yang cukup gampang mabuk. Meminum alkohol memiliki kenikmatan tersendiri.
Peminum itu ada dua jenis. Yang pertama adalah penikmat minuman beralkohol, dan yang kedua adalah pemabuk. Banyak orang yang meminum alkohol hingga mabuk karena sedang stres.
Memang, dengan meminum alkohol hingga mabuk dapat membuat koordinasi di otak kita berkurang, bahkan sampai hilang. Hal itu bisa menyebabkan informasi-informasi di dalam otak yang merupakan penyebab stress menjadi tidak dapat diproses lagi, sehingga akhirnya kita melupakan masalah kita.
Tapi, apakah setelah sadar kita bisa kembali fresh? Belum tentu. Ada penelitian yang mengatakan tidak. Ada juga yang mengatakan bisa, tapi dengan kondisi, latar belakang, dan penyebab stres tertentu.
Terlepas dari masalah stres tadi, alkohol memiliki manfaat dan kerugian. Salah satu manfaat dari mengkonsumsi alkohol (ethanol) adalah, jika dikonsumsi rutin dalam jumlah sedikit, akan dapat meningkatkan 'kolesterol baik'. Kolesterol baik sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Namun, mengkonsumsi alkohol juga memiliki akibat buruk. Yang pertama dan paling jelas adalah mabuk. Kondisi dimana seseorang sedang mabuk, dapat memicu terjadinya tindakan kekerasan, kriminal, hingga terjadinya kecelakaan.
Bahkan, kondisi mabuk dengan kadar alkohol di dalam darah yang mencapai 400 mg/dL dapat menyebabkan koma hingga kematian.
Selain itu, alkohol yang dikonsumsi akan menjadi kalori non-nutrisi. Akan membuat bertambahnya jaringan lemak di dalam perut terutama di sekitar liver, dan menyebabkan munculnya berbagai gangguan metabolisme.
Jika sudah terjadi gangguan metabolisme, maka dapat menimbulkan berbagai macam penyakit di tubuh. Penyakit-penyakit yang muncul tersebut, dapat menyebabkan kondisi tubuh kita secara umum menjadi menurun, hingga dapat menyebabkan kematian. Seperti serangan jantung, stroke, dan kejang, menjadi tiga dari banyak masalah lainnya yang dapat muncul akibat alkohol yang berlebihan dalam waktu lama.
Dan lagi, minuman keras akan menjadi sangat berbahaya jika sudah dioplos. Alkohol yang digunakan untuk minuman keras pada umumnya adalah alkohol golongan ethanol. Tapi banyak orang yang mengoplosnya dengan alkohol dari golongan methanol, agar efek mabuknya lebih kuat.
Methanol bukan jenis alkohol untuk dikonsumsi. Methanol adalah spiritus, yang biasa digunakan untuk bahan bakar. Jika dioplos ke dalam minuman keras, resiko kematian dan penyakit saraf seperti kebutaan akan menjadi lebih tinggi.
Aku tidak banyak membaca tentang alkohol dan tidak terlalu memperhatikan kuliah. Sebagian besar waktuku di kelas kuhabiskan dengan tidur, dulu. Jadi aku tidak ingat banyak tentang hal ini.
"Syl... Kayaknya aku salah udah ngizinin dia ikut kita..."
"Kamu sih, Ar. Ngomong nggak mikir pake logika, tapi pake birahi doang kalo udah ngeliat susu besar."
"Hihihi... Kita jadi semakin rame yaa..." Kata Ren sambil tertawa kecil.
"Hehhh... Iya... Maafin aku..."
"Ya mau gimana lagi. Kamu harus mempertanggungjawabkan kata-katamu, Ar." Ujar Syla dengan santai.
"Tapi... Dewa Kematian... Demon Lord... Kenapa aku dipanggil seenaknya kayak gitu, ya..."
"Nggak tau..." Jawab Syla, mengangkat kedua bahunya.
"Mungkin ada hubungannya dengan apa yang pernah disampaikan oleh Vioraze?" Tanya Ren.
"Ya, aku juga sempet mikir kesana. Tapi abis itu kepalaku pusing."
"Hihi... Dasar, Arka..." Ucap Ren sambil menyandarkan kepalanya di bahuku, sepertinya Ren sudah mulai mendekati mabuk.
"Tuan Arkaaaa... Tuan Arkaaaaa..."
Keasyikan mengobrol, aku baru menyadari kalau saat ini Cyane sudah tergeletak di lantai sambil menyandarkan kepalanya di kakiku.
"Aaah! Ayo kita balik aja. Ikan bau amis ini nyusahin dan malu-maluin--"
"Hiccup... Arrrkaaaaa~ hiccup..."
Lah? Syla juga sudah mabuk? Dia mengusap-usapkan wajahnya di dadaku, memanggil namaku sambil cegukan.
Memang sudah waktunya balik ke kamar.
Aku menggendong dua perempuan madesu ini pada bahu kanan dan kiriku. Seperti penculikan. Semua orang yang melihat sudah tidak heran lagi karena ini sudah sering terjadi. Bedanya, kali ini ada 2 wanita yang kugendong. Dan Ren juga sudah mulai sulit melangkah, menjadikan lenganku sebagai pegangan. Keasyikan mengobrol malah mereka jadi kelepasan.
***
"Haaaaaaahh... Udah sebulan kita coba berbagai cara, tapi tetep nggak dapet-dapet. Mentok paling cuman dapet beberapa kroco yang nggak mau buka mulut."
"Sabar, Garen. Mungkin kita memang masih kalah cerdik dari mereka."
"Fi, apa kita pake cara terakhir itu?"
"Yang mana satu?"
"Kita nyamar jadi Petualang yang udah lelah dan bosan menjalani semua misi dari Guild dan ingin bergabung dengan mereka karena akan menghasilkan uang yang lebih banyak. Karena kayaknya yang kuliat itu beberapa dari mereka adalah mantan Petualang. Gimana teman-teman?"
"Bisa dicoba, Gar."
"..." Grista hanya diam saja
"Menurutku... Tidak mungkin." Lukas memiliki pandangan berbeda.
"Ke-kenapa nggak mungkin, Luk?" Tanya Garen.
"Coba pikirkan. Sudah sebulan ini kita berlalu-lalang untuk mengurusi masalah ini. Dengan begitu, tentunya Organisasi Perampok itu sudah mengenal betul wajah kita. Akan sangat mencurigakan jika kita tiba-tiba ingin bergabung dengan mereka."
"Hm. Lukas bener, Gar."
"Jadi, bagaimana menurutmu, Lukas? Apa yang sebaiknya kita lakukan sekarang?" Tanya Garen serius.
"Menurutku, kita terpaksa merepotkan Komandan Ruthar. Kita tidak bisa bekerja sendiri untuk menangani masalah seperti ini."
"Berarti, menurutmu kita harus bekerjasama dengan tentara Kerajaan Elysium?"
"Benar."
"Kalo dipikir lagi, harusnya malah dari awal kita ngikutin saran dari Ratu Marca untuk meminta bantuan kepada Komandan Ruthar." Fiana menyampaikan pendapatnya setelah memikirkannya.
"Baiklah. Kalau begitu, kegiatan hari ini kita stop dulu. Kita butuh istirahat secara mental juga. Besok pagi kita ke istana."
"Oke."
"Hm." Lukas mengangguk.
Seharian mereka habiskan untuk bersantai. Mencoba menyegarkan pikiran dan tubuh mereka. Malamnya mereka hanya tidur di penginapan. Dan tak terasa, pagi pun menjelang. Mereka tetap pada rencana yang kemarin, yaitu untuk mendatangi Komandan Ruthar.
Mereka berangkat ke istana, menyampaikan tujuan kedatangannya kepada tentara penjaga gerbang istana, dan kemudian mengadakan pertemuan kecil dengan Komandan Ruthar. Membahas rencana untuk bekerjasama dengan Tentara Kerajaan Elysium.
"Hahaha... Jadi, pada akhirnya kalian memutuskan untuk bekerjasama dengan kami?"
"Benar, Komandan." Jawab Garen dengan tegas.
"Baiklah... Sebenarnya, sudah banyak strategi yang kami gunakan selalu gagal. Mereka licin seperti belut. Dan untuk strategi pamungkas ini, kami merencanakan untuk memobilisasi 4.000 pasukan militer Kota Syndas. Kami akan menyisir area Hutan Zurg maupun Hutan Goturg yang berada di sekitar area terjadinya perampokan yang sudah kami petakan."
"O-oh... Jadi, rencana berikutnya adalah penyisiran hutan dengan 4.000 pasukan?"
"Ya. Tindakan mereka sudah tidak bisa ditolerir lagi. Sudah cukup lama Kerajaan Elysium dan Balvara mencoba cara yang efisien energi, namun selalu gagal. Kali ini, kami akan mengerahkan pasukan dalam jumlah yang cukup banyak untuk mencari lokasi persembunyian mereka. Dan tentunya, kami akan sangat terbantu jika Lunar Eclipse bersedia untuk membantu kami."
Ruthar menata perkataannya agar terkesan bahwa dialah yang membutuhkan bantuan Lunar Eclipse. Padahal, sebenarnya dengan tentara sebanyak itu, praktis mereka tak terlalu membutuhkan Lunar Eclipse. Ruthar memang orang yang cukup bijaksana.
"Tentu saja kami akan membantu! Kalau boleh tahu, kapan rencana ini akan dilaksanakan, Komandan?"
"Dalam 5 hari, di pagi hari, kami akan berangkat dari depan gerbang utama kota."
"Baiklah, kami akan hadir di sana." Jawab Garen bersemangat.
Dalam lima hari menjelang keberangkatan pasukan, mereka tidak hanya diam menunggu. Masing-masing dari mereka berempat mengambil Misi Plat Copper atau Plat Iron untuk dikerjakan. Lumayan uangnya bisa untuk menambah pemasukan.
Mereka tidak bisa mengambil Misi Plat Silver atau lebih tinggi. Kenapa? Karena semuanya akan memakan waktu yang lama. Minimal butuh waktu seminggu. Tidak akan cukup, karena mereka harus ikut dalam misi pemberantasan Organisasi Perampok Perbatasan.
Grista... Masih murung dan sering melamun. Tapi dia tetap menjalankan misi harian, walaupun hanya setingkat Misi Plat Iron. Grista harus terus melakukan kegiatan. Karena jika dia tidak ada kerjaan, otomatis dia akan melamun lagi.
Recehan demi recehan mereka kumpulkan. Untuk membayar penginapan, untuk makan sehari-hari, dan untuk membeli kebutuhan hidup dasar. Karena jika tidak seperti itu, uang mereka akan berkurang terus setiap harinya.
Sebenarnya, sebuah party Petualang tidak boleh mengambil lebih dari 1 misi dalam waktu yang bersamaan. Namun, karena permintaan dari Ratu Marca bukanlah misi biasa, mereka diizinkan untuk mengambil misi sampingan.
Lima hari berlalu seperti sekelebat bayangan saja. Dan di pagi itu, Lunar Eclipse beserta 4.000 Tentara Kerajaan Elysium berangkat menuju perbatasan antara Kerajaan Elysium dengan Kerajaan Balvara.
Tentara Elysium tidak didampingi Komandan Ruthar, karena dia harus standby di dalam istana untuk mengurus urusan yang lain yang sudah merupakan tanggungjawabnya sebagai Komandan Tertinggi Tentara Kerajaan Elysium.
Tidak banyak yang terjadi selama perjalanan. Yang mereka temui hanyalah monster-monster kelas F dan E yang lemah. Sampai akhirnya setelah 3 minggu melakukan perjalanan darat, mereka tiba di area yang sudah ditandai sebelumnya.
4.000 tentara tersebut, dibagi menjadi 2 grup besar. Sebanyak 2.000 masing-masingnya. Grup pertama bertugas menyisir Hutan Zurg, dan grup kedua bertugas menyisir Hutan Goturg. Masing-masing Grup, dipimpin oleh seorang Kapten.
Garen dan Fiana ikut ke dalam grup yang menyusuri Hutan Zurg. Lukas dan Grista ikut grup satunya lagi. Pembagian ini dilakukan berdasar pertimbangan yang menitikberatkan pada tim dua orang yang berisi DPS dan support/tank.
Penyisiran, dimulai...
***
"Tuan Arka! Mau hamba pijat?"
"Nggak!" Jawabku, singkat, padat, membentak.
"Ahhh~ Bentakan itu... Tatapan seolah-olah hamba adalah makhluk yang hina dan menjijikkan... Kuhhh! Hamba merinding!"
"Pergi sana!"
"Kuuuuhhhhh! Usiran yang menebas perasaan hamba... Aaahhhh~ becek..."
"Arka, Syla, Ruby, Aesa, Kak Cyane, yuk kita sarapan dulu..."
"Yuuuk! Ruby mau sarapan Daging Flaren!" (Flaren, monster burung kelas E).
"Yuk, abis itu kita berenang, yaaa!"
"Yuuuk, mau! Aesa mau ikut berenang, Kak Syla!"
"APANYA YANG YUK YUK!!! PAKE BAJU DULU KALIAAAAN!!!"
"Aaaaakkkhhhh~ Tu-Tuan Arka... Hamba... Aaaaaaaaaaaakkkhh!"
Masih pagi, birahi ikan lacur ini sudah meledak-ledak. Di antara mereka semua, hanya Aesa yang sudah memakai pakaian lengkap. Yang lainnya hanya memakai celana dalam dan bra. Itupun masih banyak yang compang-camping memakainya.
Entah kenapa, beberapa minggu belakangan ini, Syla, Ren, dan Ruby selalu membuka pakaian mereka setiap tidur, hanya mengenakan pakaian dalam. Saat kutanya, jawabannya karena panaslah, karena tidak nyamanlah, atau karena ingin bersentuhan skin-to-skin dengankulah. Apalagi sekarang ada ikan asin berlendir ini.
Urat malu mereka sudah putus amburadul. Padahal, aku ini laki-laki... Apa mereka sudah tidak menganggapku sebagai laki-laki lagi?
Tidur mereka pun tidak tenang. Setiap malam, mereka semua sering berakrobat ketika sedang tidur. Salto miring, kayang, nungging, kaki tangan melayang kesana kemari. Hingga pernah mencolok mataku.
Tidak heran kenapa setiap pagi bra dan celana dalam mereka compang-camping, miring-miring, dan lepas-lepas.
Kamar ini sebenarnya punya 2 ruang tidur dengan kasur terpisah. Tapi karena setiap malam mereka berebut untuk tidur denganku, akhirnya kuputuskan untuk memindah 2 kasur tersebut ke ruang tengah yang lebih besar.
Perabotan di ruang tengah kupinggirkan, dan dua kasur king-size itu kudempetkan. Aku tidur di tengah, yang lainnya terserah mau tidur dimana. Tapi si ikan asin sambel terasi tidur di 'extra bed' terpisah. Di lantai.
Aesa, yang awalnya sungkan, kini sudah mulai berani ikut tidur bersama kami. Tapi dia hanya berani tidur di posisi paling pinggir. Yaa walaupun setiap pagi posisinya sudah sangat jauh berbeda daripada posisi awal sebelum tidur. Kami bertumpuk-tumpukan tak berseni sama sekali. Dan, coba tebak, aku dimana?
Ya, di tumpukan paling bawah. Berjuang melawan sesak nafas karena ditindih oleh massa demonstran pemilu 2019.
Saat ini, semua perempuan yang ada di ruangan ini sedang mengganti pakaian dalam mereka dengan pakaian renang. Di atasnya, mereka akan mengenakan baju santai yang longgar. Kecuali Aesa, dia mengganti pakaian di kamar mandi.
Aku... Tidak pernah kuat melihat pemandangan seperti ini. Aku tidak pernah terbiasa walaupun setiap hari melihat mereka ganti baju dengan cuek di hadapanku. Walaupun aku pernah bersenggama dengan mereka.
Sangat berbeda rasanya tekanan darahku jika melihat semuanya sekaligus dibandingkan hanya satu orang dalam satu waktu. Tanpa kusadari, aku mimisan. Dan, pandanganku mulai kabur. Kunang-kunang mulai bermunculan, semakin lama semakin banyak.
*Bruugg*
Gelap. Pandanganku gelap. Terlalu banyak payudara, bokong, dan Miss V di dalam satu ruangan. Aku hanya mendengar samar-samar suara mereka.
"... Ah, Arka pingsan dan mimisan. Selalu begini."
"Iya, payah, cupu. Baru ngeliat gini doang... Padahal udah sering."
"Arkaaa! Siapa yang jahatin Arka!?"
"Hehee... Tuan Arka pingsan... Aku bisa melakukan... Heeheeheee..."
"Kak Ren, Kak Syla, itu Kak Arka kenapa?"
"Dia... Mentalnya masih perlu dilatih."
Dan... Hilanglah kesadaranku.
***BERSAMBUNG...***
_______________________________________
Terima kasih sudah membaca! Ayo dukung cerita ini dengan klik vote dan komentar kritik dan sarannya!
Akhir-akhir ini, rasanya sedikit malas untuk menulis cerita. Entah kenapa. Curcol saja.