Nggak masalah kamu mau vote dan komen apa nggak! Aku juga nggak ng-ngarepin, huft!
Ba-baca aja sana!
_______________________________________
"Jadi, bagaimana?"
"... Kalau boleh jujur, hamba, kami semua, sangat tersanjung Yang Mulia sudah menilai kami begitu tinggi. Kami juga ingin sekali menerima tawaran dari Yang Mulia Ratu Marca. Tapi... Mohon maaf yang sebesar-besarnya, Yang Mulia...
Dengan berat hati, kami terpaksa menolak tawaran tersebut. Alasannya, karena kami adalah pengikut Arkanava. Kami sudah bersumpah untuk mengabdikan diri kami kepada Arkanava Kardia. Sekali lagi, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, dan berharap Yang Mulia Ratu Marca dapat menyikapi ini dengan bijaksana."
Dengan kata-kata yang sudah dipertimbangkan dengan matang dan hati-hati, Garen menolak tawaran Ratu Marca untuk bergabung ke dalam Pasukan Khusus Pengawal Ratu. Wajah Garen berkeringat. Dia menahan gemetar di tangannya atas perasaan yang kini sepertinya sedang bercampur aduk.
"Hoo? Aku mendengarkan hal yang cukup menarik barusan... Siapa orang ini? Ceritakan semua tentangnya kepadaku."
Dan kemudian, Garen menceritakan dari awal kami bertemu dengan Dark Edge, siapa Arka, siapa anggota Dark Edge lainnya, bagaimana kami bisa menjadi pengikutnya, apa saja pencapaian mereka, dan apa yang dilakukannya saat ini. Tentunya, Garen sama sekali tidak membicarakan apapun yang harus dirahasiakan.
Sang Ratu mendengarkan dengan seksama. Lalu setelah dia diam sejenak dalam lamunannya berpikir, Ratu Marca kembali berbicara.
"Baiklah, aku mengerti situasi kalian. Namun, untuk saat ini aku memiliki sebuah permintaan. Tentu saja, akan ada hadiah yang setimpal jika permintaanku dapat terpenuhi. Saat ini, kalian masih party Petualang Plat Gold, bukan?"
"Benar, Yang Mulia. Selama permintaan itu diajukan kepada Guild dan selama kami mampu menanganinya, kami akan melaksanakannya."
"Bagus. Permintaanku adalah, untuk memberantas seluruh Perampok Perbatasan sampai ke akar-akarnya. Bagaimana, apakah kalian bisa menyanggupinya?"
"Siap, Yang Mulia. Kami akan berusaha menyelesaikan misi memberantas Perampok Perbatasan itu."
"Sepertinya kali ini kita sudah mencapai kesepakatan. Besok pagi, akan tersedia misi khusus di Guild yang diperuntukkan bagi party Lunar Eclipse. Kalian bisa mengambil misi tersebut dan meminta kepada Komandan Ruthar apa saja yang kalian butuhkan. Baiklah, pembicaraan kita sampai di sini saja. Sebelum kalian kembali, ini hadiah atas jasa kalian seperti yang telah kujanjikan."
"""Terima kasih, Yang Mulia!"""
Seorang pelayan datang membawakan nampan yang berisi sebuah kantong biru yang terbuat dari beludru dengan logo Kerajaan Elysium. Kantong itu penuh berisi dengan sesuatu entah apa, yang ukurannya sebesar kepala manusia dewasa.
Setelah menerima hadiah kantong yang ternyata isinya adalah Elysian Gold (EG), Sang Ratu meninggalkan ruangan, diikuti oleh empat orang menteri yang ikut makan bersama. Dan kamipun diantar menuju gerbang depan istana oleh Komandan Ruthar.
"Garen! Itu, isinya beneran EG semua, kan? Tanyaku kepada Garen.
"Coba kuliat dulu...... Wah! Bener, Fi! Gokil!" Jawab Garen.
"Ki-kita... Kaya?"
"Ya. Kita kaya."
"Coba kulihat." Lukas sepertinya tidak mampu menahan rasa penasarannya untuk melihat dengan mata kepala sendiri.
"Nih!" Garen menyerahkan kantong tersebut kepada Lukas.
"A-... A-... Aku tidak bisa berkata-kata." Kata Lukas tercengang melihat isi kantongnya.
"Memangnya kamu bisa ngomong, Luk?" Kutanya Lukas dengan nada sedikit mengejek, bercanda.
Kami bergurau sepanjang perjalanan. Tetapi, Grista hanya diam, tidak bersemangat, apalagi penasaran. Aku juga menyukai Arka. Tapi sepertinya perasaan Grista kepada Arka jauh lebih dalam daripada yang kurasakan. Membuatnya jadi sampai seperti ini...
Kami berjalan kaki menuju penginapan untuk beristirahat. Badanku agak pegal rasanya. Makan malam dengan ratu membuatku tegang dan lelah di luar perkiraan. Aku ingin mandi air panas! Huahh!
Dan keesokan harinya, kami meminta misi permintaan khusus dari Ratu kepada resepsionis Guild. Tapi sebelum berangkat, kami mempersiapkan peralatan kami. Kami membeli equipment baru. Lebih tepatnya, upgrade.
Karena uang hadiah pemberian dari Ratu Marca sangat banyak. Setelah dibagi 4, masing-masing kami mendapatkan 125 EG. Dengan uang sebanyak ini, aku bisa menempa dan memodifikasi Blood Fang, dagger kesayanganku! Dan aku akan membeli pakaian baru! Asoy geboy!
Oh, satu lagi. Kami tidak meminta bantuan Komandan Ruthar dalam hal persiapan sebelum menjalankan misi penting ini. Karena, ya tentu saja kami merasa tidak enak!
Hingga akhirnya, kami sampai pada hari dimana misi khusus ini dimulai. Kami mulai dengan perencanaan untuk memberantas para Perampok Perbatasan. Dan kami tidak berekspektasi bahwa misi ini akan berjalan lancar. Karena, bahkan Ratu pun mengatakan bahwa sulit sekali membasmi Organisasi Perampok ini sampai akarnya.
Mungkin, kami bisa menggunakan cara itu...?
***
"Arkaaa! Peluuuuk!"
*Boink*
"Ehhh malu banyak orang!"
"Bodooo amaaaat~"
Ahh... Apa boleh buat... Hehe... Kalau Syla sudah seperti ini, belum ada sejarahnya aku bisa menghentikannya... Hehe... Ngomong-ngomong, payudara Syla memang yang terbaik! Hehe... Mau bagaimana lagi, kan... Heehehee... Enaaaak...
*Boink*
Tiba-tiba ada sensasi serupa tapi tak sama yang terasa di punggungku.
"Arka... Recharge energi..." Ucap Ren dengan nada sedikit lemas.
Ahhh... Surga... Aku rela mati kapanpun... Sudah tak ada lagi penyesalan duniawi dalam hidupku jika aku mati sekarang...
"Wah! Seruu! Ruby jugaaa!" Ruby melompat dan memeluk kepalaku dari belakang.
*Plokk*
Dewi Nyx, Dewi Gaea, atau dewi apapun... Terima kasih... Ini nikmat... Aku... Aku... Aku...... Ereksi.
*Tuiiiing*
"Eh? Hercules Juniornya kenapa? Pengen?" Syla yang masih memelukku, langsung menggodaku setelah merasakan adanya pergerakan dari dalam celanaku.
"Ugh! Ngilu... Salah... Ini... Salah posisiiii!!!"
"Sini, aku benerin yahh posisinya..." Kata Ren juga dengan nada yang menggodaku, sambil menyelipkan tangannya di antara aku dan Syla, menuju lokasi dimana Hercules Junior sedang salah posisi.
"Hukk... Ugh... Aahhhhh... Makasih, Ren-- Nggaaak! Ini tempat umum woi!" Bentakku dengan berbisik.
"Hihihi... Arka mesum."
"Fufufu... Arka mesum."
"Hee? Arka kenapaa?" Ruby yang berada di atas kepalaku, terbingung.
Kami berempat sedang beristirahat sambil meminum minuman rempah-rempah yang hangat di geladak utama malam ini. Kami baru bisa bersantai sekarang. Karena, sejak tadi malam sampai senja tadi, kami berempat sibuk meluruskan kesalahpahaman dan menyelesaikan permasalahan yang timbul akibat ulah Pangeran Bajingan itu.
Setelah diskusi dan perdebatan panjang, Kapten Kapal akhirnya memahami situasinya. Namun, dia mencemaskan awak kapal beserta kapalnya nanti apabila pihak kerajaan menemukan pangeran mereka dalam kondisi babak belur seperti ini saat kapal berlabuh. Bisa-bisa pihak kerajaan mengamuk dan membahayakan keselamatan para awak kapal dan juga kapal pesiar ini.
Akan tetapi, aku sudah meyakinkan Sang Kapten bahwa aku yang akan bertanggungjawab penuh menghadapi pihak kerajaan. Jika hal buruk terjadi sebagai akibat dari babakbelurnya Sang Pangeran, maka aku yang akan menangani mereka.
Saat itu, Kapten Kapal masih menunjukkan keraguan di wajahnya. Tapi akhirnya dia menyetujuinya. Aku memang tidak ingin melibatkan orang lain yang tidak ada sangkut-pautnya dengan masalah ini.
Kondisi Sang Pangeran Tai Babi itu untuk saat ini, dia hanya bisa terbaring di kasur. Sambil menerima skill recovery nonstop dari acolyte yang sedang bertugas, beserta bidai di seluruh ekstremitas. Rasakan. Sekarang dia akan berpikir seribu kali jika ingin mengulangi hal yang sama.
Namun aku sudah pastikan kondisinya tidak fatal. Aku hanya meremukkan tulang-tulangnya, dan menghancurkan wajahnya. Aku sengaja menghindari area vital dan menjaga arteri di ekstremitasnya tetap intak dan paten. Dia bisa sembuh, tapi akan memakan waktu lama. Dan tidak akan 100% kembali seperti semula.
Aku tak peduli dia siapa. Bahkan jika tentara kerajaannya menyerangku, mereka semua akan kulumpuhkan tanpa harus membunuh mereka. Aku siap memerangi satu atau dua kerajaan sekaligus jika mereka berniat untuk mencelakai wanita-wanitaku.
Berikutnya, hari-hari berjalan dengan datar. Kami sering mendapatkan lirikan dingin dari orang-orang di sekitar kami. Tidak jarang juga kami menemukan orang-orang yang sengaja menjauh dari kami.
Tapi, apalah artinya mereka? Mereka hanyalah makhluk-makhluk rendahan yang insignifikan. Duniaku saat ini hanya berputar di sekeliling Syla, Ren, dan Ruby. Aku hanya butuh mereka dalam hidupku.
Oh, ya. Sekarang juga sudah ada Aesa, walaupun dia belum masuk secara resmi ke dalam party-ku. Rencananya, Aesa memang akan kumasukkan ke dalam party setelah misi ini selesai. Ya, mau tidak mau. Karena sekarang dia akan ikut kemanapun kami pergi. Dan masalah menikah-menikah yang kami bahas sebelumnya, aku juga tidak menolaknya. Hanya saja, untuk waktu dekat ini masih belum bisa.
Aesa adalah anak yang manis, apalagi setiap dia tersenyum dan tertawa. Saat ini umurnya masih 15 tahun. Dia masih memiliki 3 tahun lagi untuk menuju usia dewasa secara biologis, terlepas dari patokan dewasa menurut adat yang berbeda-beda. Tubuhnya yang masih mengkal itu akan terus tumbuh menjadi wanita yang cantik.
Aesa sudah mulai beradaptasi dengan kondisi di atas kapal, sehingga dia bisa ikut kami jalan-jalan di kapal pesiar ini. Aesa juga mulai sering kami ajak nongkrong di cafe.
Dia sudah ceria lagi. Mungkin seperti ini sifat aslinya sebelum tragedi itu terjadi. Aesa juga sudah tidak takut lagi untuk mengobrol dengan Ruby. Dan dari ketiga wanita belia yang ada di party kami, Aesa terlihat lebih dekat dan lebih terbuka jika dia bersama Ren.
Ren memang memiliki kepribadian yang sangat dewasa walaupun tubuhnya mungil dan umurnya masih lebih muda dariku. Tidak heran kenapa Aesa bisa sangat dekat dan terbuka terhadap Ren. Kemungkinan Aesa menemukan sosok seorang ibu atau kakak dari diri Ren.
Namun, satu hal yang mengganjal pikiranku. Walaupun Aesa sudah terlihat dekat dan akrab dengan mereka, dia masih terlihat sangat gugup jika berada dekat denganku, apalagi berbicara denganku. Dan ketika kutanya Ren, perempuan rubah itu hanya menjawab 'rahasia perempuan'. Alaaah, fuck dengan rahasia perempuan.
"Enaaaak! Aesa baru kali ini makan makanan di restoran semewah ini!"
"Tambah aja, Sa... Jangan malu-malu. Kamu masih dalam masa pertumbuhan, harus makan banyak..." Kataku menanggapi Aesa.
"I-i-iya... A-aku kan calon i-i-istrinya Kak Arka. Ja-jadi harus patuh sama calon su-su-suamiku..." Ucap Aesa dengan suara pelan, terbata-bata, wajah merona merah.
"Yak, bagus..."
Aesa... Dia adalah 'wife material' yang bagus. Dia masih muda. Aku masih bisa mendidiknya menjadi wanita yang sesuai dengan keinginanku. Project: Aesa! Uyeee!
Hari-hari terus berlalu begitu saja. Tak terasa, sebulan telah berlalu sejak pertama kali kami naik kapal ini, dengan begitu cepat dan monoton. Semua cafe, semua bar, semua restoran, semua tempat olahraga, semua tempat bermain, dan semua toko-toko yang ada di kapal pesiar ini sudah kami kunjungi berkali-kali.
Saat ini, Aesa sudah benar-benar terbiasa dengan kondisi di atas kapal. Dia sudah bisa menikmati liburan ini. Dan sekarang, kami sedang makan malam di salah satu restoran mewah yang ada di kapal pesiar.
"Ar, Ar! Nanti malem bikin anak yuk!"
"Bbffffuuuu!!!" Wine yang sedang kuminum, seketika menyembur ke arah piringku.
Mendengar ucapan Syla yang sama sekali tidak mempedulikan sekitar, aku benar-benar terkejut dan malu. Orang-orang di meja sekitar kami juga mendengar dan menahan tawa mereka, lalu berbisik-bisik.
"Liat-liat tempat dong kalo ngomong, kambing birahi! Aku kekenyangan, nanti muntah."
"Yaa nantiii agak maleman diki--"
"Udah udah udah! Selesein makan dulu, kita bahas nanti ajaaa..."
"K-Kak Arka dan Kak Syla... Mau bikin... Anak... Uuuu..." Aesa yang juga mendengar ucapan Syla, wajahnya langsung merah menyala.
Tiba-tiba, kami merasakan ada yang aneh. Titik gravitasi seperti berpindah ke samping kanan kapal. Semua meja dan kursi bergeser juga ke arah kanan.
Tak berapa lama kemudian, titik gravitasi sepertinya kembali ke tengah, lalu bergeser lagi ke kiri kapal. Gelombang badai? Tidak. Badai-badai sebelumnya tidak pernah sehebat ini. Ini terlalu ekstrim, padahal kami naik kapal pesiar yang sangat besar.
Penumpang lainnya yang berada di restoran pun langsung panik, berteriak, dan berlarian. Teriakan mereka semakin memperparah kepanikan yang terjadi.
Jangan-jangan...
Gawat!
"Aesa, Ren, balik ke kamar, buruan! Syla, pake Exoskeleton-mu. Syla dan Ruby, ikut aku!"
"""Ok!""" Jawab Aesa, Ruby, Ren, dan Syla serentak.
Situasi panik seperti ini, tidak ada lagi orang yang memperhatikan orang lain. Dan restoran pun sudah sepi karena semua pelanggan dan pramusaji telah melarikan diri menuju kamar mereka masing-masing.
Ren langsung mengaktifkan Trans-Dimensional Storage dan mengeluarkan Exoskeleton yang pernah kubuatkan untuk Syla. Sebelum kembali ke kamar bersama Aesa, Ren memberikan exoskeleton milik Syla, yang langsung dipakai tanpa melepas pakaian yang sedang ia kenakan.
Akupun sama...
"Lucifer Mode."
Ketika kami sudah berada di geladak, aku tidak melihat apa-apa di sekeliling kapal. Tapi, tunggu dulu...
"Darkness Sense."
Aku memeriksa ke dalam air dengan dark magic-ku. Dan dugaanku benar.
Monster ikan raksasa, sedang mempermainkan air laut di sekitar kapal pesiar. Membuat kapal ini terombang-ambing parah.
Dagon.
Seakan merasakan energi dark magic yang kupancarkan, Dagon bereaksi. Dia pergi menjauhi kapal pesiar ini.
"Ruby, Dragon Transformation!"
"Okaaay! Ugggh... Graaaarr!"
Ruby berubah menjadi naga seukuran singa dewasa.
"Syla, naik ke punggung Ruby. Dan Ruby, Full-Scale Dragon Transformation kalo udah terbang. Ayo!"
"Oke bos! Hihi... Arka semangat banget..."
"Graarrr!"
Aku tidak bisa membuang waktu. Kalau dibiarkan terlalu lama, Dagon bisa kabur. Jadi aku langsung terbang duluan mengejar Dagon dengan kecepatan penuh, meninggalkan Ruby dan Syla yang menyusul di belakangku. Dagon berenang dengan sangat cepat.
*Dhuuuusssss*
Tapi, dengan kecepatan terbang yang kumiliki, tak lama lagi aku akan berhasil mengejarnya.
Dan yang membuat aku bingung kemudian adalah, Dagon berhenti di atas sebuah pulau kecil. Kami sudah berada cukup jauh dari kapal pesiar, sehingga penumpang kapal tidak akan dapat melihat kami lagi.
Ditambah lagi, adanya kabut tebal di area ini yang menutupi pandangan. Entah bagaimana bisa sampai ada kabut tebal di sekitar sini. Tak lama, aku pun sampai di dekat Dagon itu.
Tidak sesuai dengan yang digambarkan di papan misi dulu. Wujud Dagon lebih mirip seperti Raksasa dengan tangan dan kaki, namun berkepala ikan dan bersisik seperti ikan. Besar, dan tingginya menjulang sekitar 20 meter lebih.
"Hoooiii~ Dagooon~"
***BERSAMBUNG...***
_______________________________________
Gi-Gimana? Sekali lagi kubilangin! Aku nggak berharap dikasih vote dan komen, kok! Huff! Ma-makasih...
NB: Mengetik dengan ROG Phone 2 jadi cepat pegal karena berat.